12. Malaikat Pencabut Nyawa

48.9K 1.9K 39
                                    

Karena takdir membawa ku padamu.
-Melvin-

"Tuan muda"

"Jadi karena ini mereka tak datang ke pemakaman" Desis pemuda berkacamata hitam itu, menatap tajam kearah kaca besar rumah sakit tersebut.

Menampilkan seorang anak perempuan yang sedang berusaha menolak untuk disuapi oleh sang ibu beserta sang ayah yang membujuk putrinya.

"Ya Tuan, anak kecil itu harus dirawat disini, karena mengalami trauma. Saya dengar dia sempat tak sadarkan diri selama tiga hari" Balas pria berjas itu kemudian.

"Lalu,"

"Dapat saya simpulkan, sementara ini bukan mereka Tuan, tidak mungkin mereka bisa seceroboh itu sampai meninggalkan putrinya sendiri. Ini tak masuk akal"

Pemuda berkacamata itu tersenyum tipis menanggapinya.

Memang, perkataan itu memang benar adanya.

"Saya tau"

"Maksud anda?" Tercengang atas jawaban yang keluar dari Melvin. Membuat pria itu menatap kaget bercampur bingung.

"Saya sudah tau dalang dibalik itu semua" Gumam Melvin, berbalik meninggalkan pria yang masih menatapnya terkejut.

"Tu-tuan, tunggu..." cegahnya mengejar pemuda di depannya.

"Jika anda sudah tau, lalu kenapa memberi perintah seperti itu kepada saya? Apa anda sedang menguji saya?"

"Lima tahun tujuh bulan bukan? Paman telah bekerja di keluarga ini. Sepertinya waktumu akan-"

"Saya mohon Tuan, jangan pecat saya. Istri saya baru melahirkan dan anak kedua saya akan segera lulus. Saya mohon Tuan, saya ingin mengabdi lebih lama lagi dengan keluarga anda. Saya janji akan lebih cepat dan teliti lagi mencari informasi yang anda inginkan" Mohon pria itu penuh harap.

"Tenang paman, saya tak akan memecat paman. Saya meminta paman supaya memperpanjang waktu paman untuk bekerja dengan saya. Saya harap paman bersedia membantu saya"

"Tentu. Tentu Tuan muda "

"Hanya satu pekerjaanmu nantinya. Selalu kirimkan informasi tentang anak perempuan itu"

"Ke-Kenapa anda-"

"Dan ingat jangan sampai ada yang mengetahui. Saya percaya padamu paman. Karena dirimu adalah orang kepercayaan ayah saya" Balasnya kemudian melanjutkan langkah.

"Tapi kenapa anda menginginkan informasi tentang anak itu?"

"Rasa penasaranmu akan membunuhmu, Paman"

Lorong rumah sakit itu begitu sunyi sore ini, bahkan gema langkah kakinya terdengar jelas disana.

"Huaaaa Mommy, Acel gak mau makan!!!"

Deg

Teriakan itu sukses membuatnya berhenti dan membalikkan badan menghadap asal suara.

Sebelah alisnya pun terangkat saat melihat siapa yang tengah berlari kearahnya.

Dia? Anak perempuan itu?

"Aish. Sayang sini! Jangan lari-lari nanti jatuh" dengan tergopoh-gopoh sang ibu mengejar putri kecilnya.

"Pokoknya gak mau!!! Acel mau pulang!!!"

"Iya-iya kalau makanannya kamu habisin sayang, kita bakalan pulang okey" bujuk sang ibu.

"Mommy bo'ong!!" Balas sang anak mencibir.

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang