Airport

3.8K 187 1
                                    

Setelah 2 minggu membuat 'mahakarya yang luar biasa' Dika, Ariq, Reza dan Lintang harus berangkat ke Yogyakarta untuk mempresentasikan karya mereka. Seluruh kelompok lomba yang masing-masing terdiri dari 3-6 anggota harus mempresentasikan karya mereka di Yogyakarta. Jika tidak datang, dengan terpaksa, kelompok tersebut harus di diskualifikasi.

Pagi ini, pukul 5 Waktu Indonesia Bagian barat, 4 manusia ajaib itu telah berkumpul di rumah Dika untuk pergi ke Airport. Mereka memesan taksi bandara. Tak lama setelah mereka berbincang dengan papa Dika, taksi biru itu pun datang.

Sudah dipastikan tidak ada barang yang tertinggal. Dika, Ariq, Reza, dan Lintang segera berpamitan dan meluncur ke Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. Jalanan yang sepi pagi ini membuat taksi yang mereka tumpangi berjalan cepat.

Dengan perlahan, taksi memasuki terminal '3 Ultimate' Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. Setelah membayar tarif taksi, mereka menggeret koper masing-masing. Reza melepas kacamata dan mengusap matanya yang berair. "Eh, bentar bentar.." Ariq berhenti. "Apaan?" Lintang berbalik melihat Ariq. "Update path dulu." Ariq tersenyum dan mengambil ponselnya. "Gue juga ah.." Sambung Dika. "Yailah, manusia dua biji ini. Za, fotoin gue dong. Hehe." Lintang menyerahkan ponselnya kepada Reza. "Fotoin gue juga ya Tang."

• • •

Melewati pemeriksaan x-ray dan check in. "Nomor berapa?" Tanya Reza sambil melihat boarding pass yang ada di tangannya. "Anjir!" Dika kaget. "Apaan sih Dik?" Ariq penasaran. "Mid exit gue!" Dika menunjukkan boarding pass kepunyaannya. "Enak dong. Daripada gue.." Komentar Lintang. "Berapa Tang?" Tanya Reza. "Di belakang gila!" Kata Lintang

"Gue mid exit juga sih Dik." Kata Reza. "Deketan dong." Dika senang. "Sebrang-sebrangan kita." Kata Reza. "Gue deketan sama Lintang." Ariq lalu memasukkan boarding passnya ke dalam tas.

7:15 AM adalah waktu boarding. Dan sekarang masih pukul 6:10 AM. Masih ada waktu untuk mengitari airport. "Ke mana nih?" Tanya Reza yang masih sibuk dengan ponselnya. "Ke waiting room aja mau gak?" Usul Dika. "Yakali ke waiting room. Belum bisa kali Dik." Komentar Lintang. "Ya di depan-depannya aja. Kan ada kursi bisa duduk." Kata Ariq "Nah, tumben pinter lo cah!" Dika mengangkat topi yang ada di kepala Ariq.

DIKA

Hari ini, gue, Ariq, Reza, dan Lintang bakal pergi ke Yogyakarta buat presentasi hasil desain kita. Beberapa minggu lalu, gue nemu brosur di mading. Ya gue ambil aja dah. Mana tau bermanfaat. Setelah gue baca dengan seksama, ternyata lomba desain per-grup. Gue kasih ke anak-anak, dan mereka mau ikutan. Pesertanya cuma 50 orang dari 5 kampus yang berbeda. Satu kampus 10 peserta. Kebetulan kampus gue khusus anak dkv yang dikasih brosur.

Gue punya kenalan f.a (Flight Attendant/pramugari). Kita kenal dari Instagram. Namanya Calista. Bekerja di salah satu maskapai penerbangan Indonesia, yang baru-baru ini dapet World's Best Cabin Staff (skytrex)*

Dulu gue iseng aja cari hastag #cabincrew di instagram. Dan Calista lumayan sering upload foto pakai hastag #cabincrew. Dari situlah gue kepo dan mulai sering stalking akun dia. Kita cukup sering chat. Dan umurnya gak jauh-jauh amat. Gue 20 dia 21. Dan gue lahir Januari 1996, dia lahir Desember 1995. Beda tipis kan?

Setelah muterin bandara selama 10 menit, kita duduk di depan waiting room. Di depan waiting room ada banyak kursi. Gue duduk dan ngeluarin ponsel dari saku celana. Ada satu pesan dari Calista.

Calista Cassandra: Pagi Dik

Guntur Bintang Mahardika: Pagi mba

Walaupun kami hanya berbeda beberapa minggu, gue lebih suka manggil dia dengan sebutan 'mba' karna itu bikin Calista kelihatan manis.

Calista Cassandra: Jadi ke jogja?

Guntur Bintang Mahardika: Jadi. Mba flight kemana?

Calista Cassandra: Jogja juga. Semoga satu pesawat ya

Guntur Bintang Mahardika: Amiin. Doain menang ya

Calista Cassandra: Amiin. Bentar ya, mau make up dulu

Guntur Bintang Mahardika: 👌

Mungkin kalian heran ngeliat gue sama Calista deket banget. Apalagi kita belum pernah ketemu. Gue dan Dia udah cukup lama kenal. Sejak gue umur 19 dan dia 20. Dari dulu, setiap naik pesawat dari maskapai tempat Calista kerja, gue selalu berdoa biar bisa satu pesawat. Dan semoga kali ini bisa ketemuan.

Kami sibuk bicarain Jogja. Kata Reza, dia punya mantan pacar yang mau bantuin kita mesen travel, ngurusin Hotel, dan semuanya. Namanya Pricyl. Hubungan mereka hanya bertahan 3 bulan, dan setelah itu Pricyl harus pindah ke Jogja. Dia adalah teman SMA Reza.

06:50 AM

"Masuk waiting room yuk guys, udah bisa nih!" Ajak Lintang sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Yuk lah." Reza bangkit dari duduknya, gue dan Ariq ikutan berdiri. Kita masuk dan melewati pemeriksaan x-ray.

Gue, Ariq, Reza, dan Lintang duduk di salah satu kursi yang kosong. Dan mulai ngobrol lagi. "Eh, airbus gak?" Tanya Ariq tiba-tiba. "Kayaknya kaga." Gue menjawab asal. "Pupus dah harapan si bocah maen game." Ledek Reza. Kami selalu memanggil Ariq dengan sebutan 'bocah' karena sifatnya.

"Etdah Riq, sadar umur dah." Lintang ikut meledek Ariq. "Sabar aja gue mah." Ucapnya sambil tertawa. Dan tiba-tiba ponsel gue getar. Awalnya gue kira pesan masuk dari Calista. Dan ternyata dari Driel.

Romeo Driel: Dimana lo bang?

Guntur Bintang Mahardika: Airport lah tong

Romeo Driel: Yaudah. Gue bagi duit dong

Guntur Bintang Mahardika: Yailah, giliran perlu aje ngechat. Ambil dah di bawah tv kamar gw

Romeo Driel: Thanks bang. sf

Guntur Bintang Mahardika: Apaan dah sf?

Romeo Driel: Safe Flight

Guntur Bintang Mahardia: thx dek.

• • •

SKY TREX: Skytrax is a United Kingdom-based consultancy, which runs an airline and airport review and ranking site (Kata om Wikipedia. Author lagi males translate)

Di Part selanjutnya bakal ada tentang Dika sama Calista. Happy Reading guys! :)

Multimedia
©DevaMahenra

✔Sky And UsWhere stories live. Discover now