Dika Nabrak Tiang

1.4K 93 2
                                    

Re upload karna kemaren wattpadku menggila lagi.
-fr :)-

Hari ini selesai sudah 4 hari Calista terbang bersama rekan kerjanya yang menyenangkan dan sangat baik. Calista sekarang sedang menginap di apartement Tara karena orang tuanya dan Bang Arie sedang pergi ke Bekasi untuk menurus cabang Distro Arie.

Tara adalah asli Bandung. Dia membeli apartement setelah bekerja. "Ta, kalo gue kejang-kejang trus pingsang gimana?" tanya Calista tiba-tiba. "Buset, serem amat. Ya kali aja lo begitu." Tara tertawa.

"Ya bisa aja sih." Calista masih sibuk menonton televisi. "Emang kenapa lo nanya begituan?" Tara bingung. "Nih, liat film nya. Si bocah disuruh pura-pura mati sama mak nye." Tara kemudian melihat layar televisi yang sedang menayangkan film yang dimaksud Calista.

"Ini film The Room itu? Yang main Jacob Tremblay bocah yang ucul itu kan?" sekarang mereka memang sedang menonton film 'The Room' sebuah film yang dibintangi oleh Jacob Tremblay dan Brie Larson.

"Dih, mendung. Ngampus gak ya?" gumam Dika sambil mengeluarkan motor dari garasi. "Ya bodo lah. Emang gue mau nitip absen sama siapa." lanjutnya. Dia segera memakai jas hujan dan helm. Dengan cepat, pemuda ini mengendarai motornya menuju kampus.

Masih setengah perjalanan, hujan turun dengan deras. Dika tidak bisa berhenti sejenak untuk berteduh karena motornya berada di tengah kendaraan lain. Untung saja dia telah memakai jas hujan.

Setelah lalu lintas sudah cukup terurai, dia mempercepat laju motornya. Pandangannya tiba-tiba saja kabur dan..

BRAKK!

Dika menabrak sebuah tiang listrik yang tak bersalah. Helm Dika terhempas entah kemana. Yang pasti dia tidak sadarkan diri sekarang.

"Astaga." Calista tersedak. "Keselek apa lo mba?" Tara melirik sahabatnya ini. "Keselek kacang. Lo juga kenapa beli kacang goreng dah? Keselek gue jadinya." Calista segera berlari ke dapur untuk minum. "Suruh siapa gak ditelen baik-baik." Tara tertawa.

2:30 p.m

"Lo kok gelisah gitu, Cal?" tanya Tara. Calista terus mengecek ponselnya dengan cepat. "Lo kumat lagi?" Tara menebak-nebak. "Gak." jawab Calista pendek. "Jadi?" Tara masih memandang Calista. Dan Calista hanya menggeleng. "Paketan gue udah mau abis." akhirnya Calista menjawab.

Dika sekarang berada di rumah sakit. Dia mengalami pendarahan di kepala. Untung tidak terlalu parah. Sekarang dia bersama Driel yang telah pulang kemping.

Walaupun pendarahan yang dia alami tidak terlalu parah, Dika harus menginap dan besok baru diperbolehkan pulang. Dia sekarang telah pindah ke kamar rawat setelah ditangani di Unit Gawat Darurat.

"Bang, gue telpon kak Avi ya." kata Driel. "Jangan lah." tolak Dika. "Jadi?" tanya Driel. "Telponin Calista. Nih nomornya. Bilangin ini dari Romeo, Bang Dika kecelakaan." Dika tersenyum jahil. "Seriusan?" Driel seakan tak yakin. Dika mengangguk dan memberikan ponselnya.

"Ha.. halo." Driel memulai pembicaraan dengan Calista.

"Halo. Kenapa Dik?" terdengan suara seorang wanita di sebrang sana.

"Ini aku kak. Romeo."

"Ooh, iya. Kenapa Rom?"

"Gini kak, Bang Dika tadi nabrak, terus pendarahan di kepala. Jadi aku boleh minta tolong kakak kesini gak? Soalnya aku takut." ucap Driel mendramatisir keadaan.

"What? Iya iya. Kakak kesana sekarang. Kirimin alamatnya dari text ya"  Calista terdengar terburu-buru.

"Iya. Makasih ya kak."

"Sama-sama."

"Gimana Yel?" tanya Dika. "Kak Calista mau ke sini. Jantungan keknya dia, bang." jawab Driel. "Mantap jiwa." Dika lalu mengambil ponselnya. "Lo mau ngerjain dia ya, bang?" tanya Driel tiba-tiba. "Enggak. Cuma pengen ketemu aja. Hehe." Dika tertawa kecil.

"Kak Avi perlu gue telpon?" tanya Driel. "Gak usah." jawab Dika. Driel hanya menggangguk dan mengganti saluran televisi.

4:30 p.m

Calista dan Tara tiba di rumah sakit. Driel menjemput mereka di lobby. "Hai." sapa Dika sambil tersenyum. "Hai." balas Calista dan Tara. "Duduk aja." Dika mempersilahkan mereka duduk. Calista dan Tara duduk di sebuah sofa biru yang berada di dalam ruangan yang sama.

"Kamu kenapa Dik?" tanya Calista. "Gue nabrak tiang. HAHAHA." entah kenapa Dika tertawa. "Kan gini, gue mau ngampus dan saat itu ujan. Gue ngebut karna takut telat.Trus kaca helm gue berembun. Otomatis gue gak bisa liat dengan jelas, dan jadilah gue nabrakin tiang."

5:00 p.m

Sebuah pesan text masuk ke ponsel Dika. Pesan dari Reza

Reza: coy, kita ke sana jam brp bisa?

Dika: siap maghrib ae. Btw disini ada Calista ❤

Reza: wakaka sikat terus, tembak aja Dik. Nunggu apa lagi wkwk

Dika: siap lah wkwk

Tara dan Driel tampak mencurigakan. Mereka berbisik. "Dik, Cal, gue ke sevel depan dulu ya." izin Tara. "Gue ikut ya, kak." kata Driel. "Eh? Ikutan juga dong." kata Calista.

"Lo disini aja. Ntar gue beliin sesuatu. Bye Cal, Dik." Tara menarik tangan Driel dan langsung pergi.

"Berapa lama nih kita tinggal mereka berdua?" tanya Tara kepada Driel ketika mereka telah berada di luar kamar.

"Terserah sih kak. Kita ke Sevel beneran aja yuk!" ajak Driel. "Di depan gak ada Sevel. HAHAHA," Tara tertawa. "Btw nama kamu siapa?" sambungnya. "Romeo Adriel. Panggil aja Romeo atau Driel." Driel tersenyum.

"Kalo aku maunya panggil Adriel gimana?" tanya Tara jahil. "Ya terserah aja sih, kak." jawab Driel. "Yaudah, kita muterin rumah sakit aja ya." ajak Tara. Driel menggangguk. Mereka melangkahkan kaki dan berjalan menuju lift.

Hai. Cerita ini updatenya gajelas kapan karna author masih punya beberapa tugas sekolah yang harus diselesain.

Btw multimedianya ngasal wkwk. Itu game airline manager ku :v Blm sempet bikin sesuatu buat jadi mulmed.

:)
-fr-



✔Sky And UsOnde histórias criam vida. Descubra agora