Mid Exit (2)

2.8K 148 2
                                    

"Hai." Sapa Dika datar. "Hai juga." Balas Tara ramah. Dika tersenyum lalu masuk kedalam Toilet untuk mencuci tangan. "Itu siapa Ta?" Tanya Nadine pelan. "Dika. Gebetan Calista." Tara lalu tertawa kecil. "Sapa dong Cal. Dia lumayan kok." Komentar Nadine.

"Bukan lumayan mba. Itumah cowo idaman." Kata Calista. Dia mengatakan itu diluar kesadarannya. Dika sengaja tidak menutup rapat pintu toilet. Dia ingin mendengar gossipan ketiga cewek.

"Calista mah, kalo ngomong suka bener." Tara melirik teman se-perjuangannya itu dan tertawa kecil. Calista lalu tertawa. "Jujur amat dah Cal." Ledek Nadine. Sementara itu, Dika hanya tertawa geli mendengar apa yang diceritakan 3 perempuan tersebut. Dia lalu keluar.

"Cie cie, yang lagi ngomongin Dika." Dika memasang ekspresi jahil dan keluar dengan tangan basah. Bisa dibilang Dika adalah seorang manusia yang 'sok kenal sok dekat' atau bahasa gaulnya SKSD.  "Cie ketauan Cal.." Goda Tara.

Tara adalah orang yang sangat terbuka dan cepat berbaur. Maka dari itu, Dika senang bisa berkenalan dengan Tara. "Dika." Pemuda ini dengan pasti memberikan tangannya kepada Nadine untuk berkenalan. Dia memang tidak pernah malu jika bertemu orang baru.

"Nadine." Nadine tersenyum dan melirik Calista. "Eh, btw gue balik dulu ya. Gosipin aja lagi. Gue seneng kok. Bye.." Dika tersenyum menunjukkan deretan giginya yang rapi dan melambaikan tangan. Ketiga pramugari cantik itu membalas lambaian Dika.

• • •

50 menit adalah waktu yang telah dilalui burung besi untuk mengudara di langit Indonesia. Dika memandangi jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Artinya, sisa waktu yang dia miliki untuk bersama dengan Calista tinggal 20 menit lagi. Ingin sekali rasanya untuk kembali menghampiri ketiga wanita itu.

Tapi sepertinya tidak mungkin. Mereka pasti sedang sibuk bersiap untuk landing. Yang dia lakukan hanyalah membaca majalah dan kartu keselamatan.

• • •

'Penumpang yang terhormat. Waktu mendarat sudah dekat. Diminta untuk menegakkan sandaran kursi, membuka penutup jendela, dan melipat meja yang ada dihadapan anda. Terimakasih'

Itulah pemberitahuan yang Dika dengar. Dia segera melipat meja dihadapannya dan melirik kearah pramugari yang sedang berlalu lalang. Terlihat Calista yang sedang sibuk bekerja mengatur penumpang.

Calista tersenyum tipis kepada Dika ketika mata mereka tidak sengaja bertemu. Hingga akhirnya suasana kembali tenang. Calista kemudian datang dan duduk disebelah Dika.

"Hai." Sapa Dika. Calista tak berkata. Dia hanya membalas dengan senyuman. "Kok bukan Tara?" Tanya Dika gugup. "Tukeran. Dia dibelakang."

• • •

Dengan perlahan, burung besi ini menapakkan rodanya di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Lega rasanya bisa sampai tujuan dengan selamat. Senyuman terlukis di wajah Dika ketika ia melirik ke arah kiri. Yaitu Calista.

Ketika pesawat berhenti, Dika mengeluarkan ponselnya dari saku celana. "Maaf mas, ponselnya bisa dinyalakan di terminal kedatangan." Calista menegur Dika.

Calista dan Dika harus berprilaku seperti penumpang dan pramugari pada umumnya. Tanpa ada hubungan.

"Oh, ini. Hehe, ini airplane mode kok." Dika tertawa kecil.
Semua penumpang dari berbagai latar belakang dan profesi berbaris untuk keluar dari pesawat. Hanya Dika yang berdiri dan menunggu sampai pesawat hampir kosong. Ariq, Reza, dan Lintang saling bertatapan sambil menunggu Dika. "Hayuk lah Dik!" Ajak Reza yang posisinya paling dekat dengan Dika.

"Bentar," Dika lalu berjalan menghampiri Calista. "Duluan ya." Pamit Dika. "Iya." Jawab Calista ramah "See you." Lambai Dika sambil berjalan keluar pesawat. "See you." Balas wanita itu.

• • •

"Salam buat Nadine dan Tara."
Itulah pesan terakhir Dika sebelum mereka berpisah.

• • •

"Anjaay, nyampe juga kita!" Sorak Ariq sambil membetulkan topinya. "Siapa tuh Dik?" Tanya Lintang sambil memasukkan ponsel yang ada di genggamannya kedalam saku celana. "Ada deh, ntar gue ceritain." Dika membuat ke tiga temannya penasaran.

• •

"Gotcha!" Sorak Reza ketika dia mendapatkan kopernya. "Udah semua nih?" Dika memastikan. "Udah nih. Btw mantan lo gimana?" Ariq menatap Reza. "Pricyl gue suruh nunggu di lobby hotelnya aja."

"Tega amat lo, Za." Komentar Lintang. "Si Eza mah takut flashback." Ledek Dika. "Berisik ah, yuk yuk cari taksi." Reza tertawa dan berjalan menuju pintu keluar.

- - -

Multimedia
©DevaMahenra

✔Sky And UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang