Kami Ada di Jogja

2.6K 121 2
                                    

DIKA

Disini kami, kota seni dan budaya. Terik matahari yang menyengat adalah sambutan dari Jogja untuk kami.

Sekarang gue, Ariq, Reza, dan Lintang lagi di lobby Hotel bersama Prycil. Setelah mengurus administrasi, Prycil pamit pulang. Karna ada arisan keluarga.
Kita pesen 2 kamar. Gue sama Ariq dan Reza sama Lintang.
"Ntar jam dua belasan cari makan ya.." Pesan Lintang sebelum kami berpisah. "Sip." Balas Ariq santai.

Gue dan Ariq masuk kedalam kamar yang memiliki 2 single bed. "Lo kanan apa kiri Riq?" Gue menutup pintu. "Gue deket tembok. Lo deket jendela." Ariq lalu membuka topinya. "Sip lah." Dan gue menghempaskan badan ke ranjang.

"Dota yuk," Tawar Ariq sambil melepas topinya. "Wi-fi lo sekarat kan? Pake punya gue dulu. Ntar malem punya lo." Dia mengeluarkan sebuah wi-fi portable hitam dari saku jeans yang diketahui merknya adalah levis.

"Kagak. Ntar malem aja. Pake punya gue." Tolak gue mentah-mentah. Gue lagi males aja main dota. Gue mau keluar dan ngambil foto jogja. "Oke. Janji ya pake punya lo." Ariq berbinar. Gue hanya menggangguk. 

"Riq, gue mau ke kolam. Ikutan?" Gue mengajak Ariq sambil ngeluarin kamera DSLR dari tas. "Enggak deh. Gue mau Video call sama Dinda." Ariq merebahkan tubuhnya sambil membuka lock ponselnya. 

Setelah ganti baju dan cuci muka, gue sisiran. Malu dong diliat cewe-cewe Jogja. Sebuah kamera hitam udah bergantungan di leher gue. Gue pamit sama Ariq dan pergi ke kamar Lintang-Reza buat ngajakin dua mahluk itu ikutan. Dan Reza ikutan.

Gue dan Reza turun ke kolam renang. Biasanya kalo siang terik gini, orang-orang pada males renang. Dan pasti kolamnya sepi. Kita bisa ngambil foto sebanyak-banyaknya.

AUTHOR

Sementara Dika dan Reza bersenang-senang, ada seorang wanita yang termenung di jendela kamar Hotel. Siapa lagi kalau bukan Calista. Dia hanya memandangi kota Jogja dari jendela. Sambil sesekali mengecek ponselnya. 

Diruangan yang sama pula, ada sesosok senior yang sedang bersenandung kecil sambil membersihkan make-up yang menempel di wajahnya. "Cal?" Panggil Nadine sambil menutup botol cleansing milk
Kali ini Calista mendapatkan Nadine sebagai teman sekamarnya. Sedangkan Tara, dia bersama Andra. Calista hanya terdiam. Dia tidak menanggapi Nadine. "Cal? Calista!" Kali ini Nadine memanggil lebih keras. Spontan Calista terkejut. "Eh? Iya mba Nad."

"Kenapa?" Tanya Nadine peduli. Dia lalu duduk di single sofa sebelah Calista duduk. "Enggak, gapapa kok." Calista memberikan sebuah senyuman manis. "Cal, emang sih ya, saya baru kenal kamu 6 bulan. Tapi saya udah tau kamu banget deh."

"Ahaha, mba Nadine mah bisa aja." Calista tertawa sambil menyembunyikan perasaannya. "Kenapa sih?" Nadine penasaran. "Ini loh mba. Aku kepikiran sama Dika." Calista mengalihkan pandangannya ke wajah Nadine.

"Jadi dari tadi landing sampe sekarang kamu mikirin dia?"

"Ya gitu deh."

"Kamu jangan gitu banget Cal. Kalian aja masih sekali ketemu. Masa udah kepikiran sampe kaya gitu"

"Dulu kita pernah beberapa kali video call lewat skype mba, tapi ya gitu, kita pasti nutupin cameranya dan yang keliatan cuma item doang."

"Hihi, lucu deh kalian. Telpon aja lagi. Atau chat." Suruh Nadine. "Nanti deh. Mungkin dia lagi istirahat. Kasian kalo ganggu," Calista beranjak dari duduk dan berjalan mengisi daya ponselnya. "Btw menurut mba Nadine dia orangnya gimana?" Tanya Calista tiba-tiba yang membuat Nadine kaget. "Gatau sih Cal. Baru sekali liat sih."

"Kalau dari pertemuan singkat tadi aja deh." "Kalo menurut saya, kayanya Dika anaknya asik. Tapi agak sksd sih." Komentar Nadine dan tertawa. "Iya, anaknya gak ribet kayanya." Calista ikut tertawa. 

"Jadi inget Rival deh. Ahaha." Nadine terkekeh. "Iya deh, yang pacaran sama kapten Rival Rizaldo mah enak." Goda Calista. Rival Rizaldo adalah pacar Nadine yang tak lain adalah seorang Pilot. "Iya dong jelass. Makanya, jangan jomblo terus, gak enak," 

"Ikut bikin video aja yuk!" Ajak Nadine. "Emang boleh mba?" Calista tidak percaya. "Ya boleh dong. Masa gaboleh. Kemaren aku udah buat sama Tara sama Andra juga. Kali ini kamu dong." Nadine mengambil kameranya.

Calista merasa sangat beruntung mempunyai senior seperti Nadine. Nadine bukanlah senior yang galak. Setelah mempersiapkan semuanya, Nadine dan Calista siap untuk beraksi di depan kamera.

"Hai semuanya! Ketemu lagi sama aku, Nadine Citra. Hari ini, aku lagi di Jogja. Dan di video kali ini, aku gak sendiri," Nadine berbicara dengan lancar. Hal itu disebabkan karena Nadine sering membuat video YouTube di setiap kota yang dikunjunginya.

"Aku lagi sama Calista," Dia dengan semangatnya memperkenalkan Calista. "Dia ini temen sekamar." Sambung Nadine.

• • •

"Za, liat nih!" Dika menunjukkan hasil tangkapan gambarnya. "Keren tuh. Masukin ig gih," Usul Reza. "Captionnya i miss you Cal." Sambung Reza dan tertawa. Di perjalanan menuju Hotel,  Dika sudah bercerita tentang Calista.

"Haha njay, ide bagus." Dika setuju. "Balik yuk, udah lumayan juga nih fotonya. Lagian udah mau makan siang. Laper gue." Ajak Reza. Dan kedua pemuda ini pun kembali ke kamar hotel.
.
"Cepet ganti baju Riq, mau nyari makan nih!" Suruh Dika. "Gue cabut dulu ya. Bye Din." Pamit Ariq kepada Dinda yang ada di seberang sana. Mereka baru saja menyelesaikan video call. "Gue gini aja. Yuklah." Dengan santainya Ariq berdiri.

• • •

4 sekawan ini berjalan di trotoar sambil memperhatikan sekitar. Dan perjalanan mereka berhenti di sebuah warung gudeg yang letaknya tidak terlalu jauh dari Hotel.

"Panitianya udah ada nelpon atau apa gitu Dik?" Tanya Lintang lalu mengunyah makanannya. "Gak ada. Gue liat di twitter, katanya acara besok malem," Jawab Dika sambil mengecek ponselnya.

Warung gudeg yang sederhana ini memiliki cita rasa yang luar biasa. Dua buah kipas angin, menempel di sisi kanan dan kiri warung ini. Warung Gudeg Pak Adi namanya.

"Entar gue telpon deh." Lanjut Dika. "Dik, cerita Calista lagi dong!" Seru Ariq. "Iya Dik. Cerita lagi." Lintang dan Reza ikut-ikutan. "Iya deh, iya. Ntar aja tapi."

• • •
Multimedia
©DevaMahenra

✔Sky And UsWhere stories live. Discover now