21. Bendera

5.1K 418 4
                                    


Arnold tercekat. Kehilangan kata-kata. Sejak kapan? Bagaimana ia bisa tahu? Dan bagaimana perasaannya? Itu semua yang ingin di tanyakannya tapi Michael segera mengambil pedangnya dan memakai topi bajanya dan kembali ke arena.

Michael menatap Tatiana. Ia ingin sekali bertanya apa yang terjadi dan kenapa ia berdarah. Tapi jika ia melakukan itu, Tatiana akan di hukum. Ia tak boleh bicara dalam arena. Michael hanya mendesah berat. Pedangnya ikut berat. Apa yang harus dia lakukan? Segala tindakannya dapat membahayakan Tatiana. Jika ia diam maka wasit akan curiga, jika ia menyerang Tatiana dia sangat ragu kalau mereka hanya akan bertanding memperebutkan poin hari ini. Michael masih melihat darah menetes dari balik baju zirah Tatiana. Ia juga bisa mendengar nafas Tatiana yang terengah-engah.

" MULAI!" aba-aba wasit. Dengan cepat Tatiana menyerang Michael, tapi Michael hanya menghindar, dari kuda-kuda Tatiana ia tahu kalau dengan sekali pukul Tatiana akan jatuh. Tatiana berusaha mendorong Michael keluar, tapi Michael tetap bertahan. Ia merasa ini kesempatannya. Dengan jarak sedekat ini dan topi baja yang di gunakan mereka pasti tidak akan ada yang curiga kalau mereka berbicara.

" Teruslah mendorongku dan berpura-puralah kita tidak bicara saat ini." Ucap Michael. Tatiana terkejut, ia mundur, tapi menyerang lagi.

" Mengapa kau terluka? Aku tidak melukaimu tapi kenapa kau berdarah?" Tanya Michael sambil menahan pedang Tatiana. Tapi Tatiana tak menjawab. Mereka saling mendorong tanpa menyerang. Semua yang menonton terlihat kecewa dan bertanya-tanya tentang Pangeran Michael yang sama sekali tak menyerang.

" JAWAB AKU,TIA."

Tatiana terkejut. Tenaganya tiba-tiba hilang dari tubuhnya. Ia terlempar dan jatuh keluar dari lingkaran tengah arena. Rasa sakit kembali menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia kali ini tak dapat bangun. Baru saja Michael berusaha untuk mendekatinya Tatiana mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Itu artinya ia meminta untuk memilih bendera.

" APA YANG TERJADI PARA HADIRIN!! TERNYATA KSATRIA TAWANANNYA MENYERAH! WAKTU YANG CEPAT DI BABAK KE DUA INI! SELAMAT UNTUK PANGERAN MICHAEL ATAS KEMENANGANNYA!" Semua yang hadir bersorak kegirangan atas kemenangan Pangeran mereka. Kecuali Annabeth dan Raja Peter. Mereka berdiri dan menatap ke tengah arena. Michael juga masih terpaku menatap Tatiana yang kedua tangannya masih terangkat. Wasit lalu turun ke arena bersama Edward untuk memeriksa Tatiana. Arnold masuk kedalam arena dan menarik Michael keluar ke Ruang Jeda. Michael hanya diam memandang dari kejauhan. Annabeth terus menangis di pelukkan Ayahnya sambil berdoa agar Tatiana tidak mengambil keputusan gegabah.

Edward membuka penutup muka dari topi baja Tatiana. Terlihat wajahnya sudah pucat kehabisan darah. Tak di sadarinya ia menangis.

" Bertahan Tia. Semua akan baik-baik saja." Kata Edward. Sang wasit yang ikut memeriksa Tatiana tampak terkejut. Ia juga menyadari kalau Ksatria Tawanan Green adalah wanita.

" Tidak Edward... Biarkan aku memilih... Aku akan hidup... Aku berjanji padamu. Aku akan memilih bendera putih." Pinta Tatiana terbata-bata.

" Kau janji padaku."

" Aku.. berjanji." Ucap Tatiana dengan susah payah. Edward lalu menatap wasit yang masih terlihat kaget.

" Kami akan memilih bendera." Kata Edward. Sang wasit mengangguk lalu berlari naik kembali ke tempatnya.

" HADIRIN YANG TERHORMAT. INI SAATNYA KEPUTUSAN SEORANG KSATRIA. KELUARKAN BENDERANYA! " Beberapa pengawal lalu keluar membawa bendera putih dan merah. Dan menancapkannya di depan Michael. sebagai pemenang, Michael harus menyaksikan sampai akhir.

Tatiana di bantu Edward mencoba berdiri. Ia lalu berjalan tertatih. Tapi ia merasa tenggorokannya sangat kering, pandangannya kabur. Tapi ia terus berjalan terseok-seok. Michael menanti dia dengan perasaan kuatir. Ia tak dapat membuka topi baja yang juga menutup wajahnya.

" Tolong pilih bendera putih. Kumohon, Tia." gumamnya

Tatiana bisa melihat bendera merah dan putih sudah ada di dekatnya. Ia mengulurkan tangannya dan mengambil bendera itu. Tapi tiba-tiba ia mendengar suara Annabeth dengan jelas.

" TIDAKK..APA YANG KAU LAKUKAN TIA?" teriak Annabeth. Tatiana mencoba memandang Annabeth tapi pandangannya kabur. Ia hanya tak mengerti. Ia lalu mengangkat bendera yang di pilihannya sebagai tanda ia sudah yakin dengan pilihannya. Dan tiba –tiba ia merasa sakit luar biasa di bagian dadanya. Ia terjatuh ke belakang. Ia mencoba melihat dan walau samar, ia tahu sebuah anak panah tertancap menembus baju zirahnya. Ia tak percaya, lalu melihat bendera yang di pilihnya. Bendera merah masih tergenggam di tangannya dengan erat. Ia tersenyum tak percaya, menertawakan kebodohannya. Lalu merasakan matahari menempa tubuhnya. Langit begitu biru, cahaya yang terang. Terdengar sangat sepi. Tapi kemudian dari balik topi bajanya ia samar-samar melihat Annabeth yang terlihat pucat dan panik.

" TIA!" teriak Annabeth. Dan itu kata terkahir yang di dengarnya. Ia tak bisa lagi mendengar apa-apa.

Michael merasa kakinya lemas. ia tak mampu melangkah sedikitpun menuju Tatiana. Ia tak menyangka kondisi bisa seperti ini. Padahal pertarungan mereka tidak seperti pertandingan mereka sebelumnya, kenapa sampai separah itu.

" Pangeran.." Arnold begitu kuatir. Ia membantu Michael berdiri. Anehnya tak ada sorak-sorai. Sang wasitpun tak mengumumkan apa-apa. Ia masih terkejut karena tahu siapa Ksatria Green. Semua hening sebagai respon tanda berbelasungkawa atas gugurnya sang ksastria.

 Semua hening sebagai respon tanda berbelasungkawa atas gugurnya sang ksastria

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


 ( haloo.. trimakasih sudah membaca. berikan dukungan kalian dengan vote ya. tinggal klik tanda bintang yang ada dibawah atau diatas untuk setiap chapter yang di baca supaya penulis tambah semangat ya. nggak ribet kan? trimakasihhhh!! )  

Knight Prisoner of The Prince (END)Where stories live. Discover now