24. Putri Tatiana

5.7K 419 0
                                    

Tiga minggu sudah berlalu. Tatiana merasakan tubuhnya sudah membaik. Rasa sakit sudah hampir hilang. Kecuali di bagian dada yang terkena panah. Kali ini ia sedang mempersiapkan dirinya. Mereka akan melakukan perjalanan menuju Kerajaan Great. Pernikahan Annabeth dan Michael telah ditentukan. Dua hari dari hari ini. Ia sebenarnya ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi ia merasa takut. Lagipula ia menyadari telah membohongi Michael dan mana mungkin Michael akan memaafkan.

" Kau sudah siap ?" Tanya Annabeth ketika masuk dalam kamar Tatiana.

" Ya. Seperti yang kau lihat."

"Kau sangat cantik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau sangat cantik. Sudah lama aku tidak melihat menggunakan gaun seperti ini." kata Annabeth. Ia mendekat dan meraih kedua tangan Tatiana. " Aku sangat bahagia kau kembali."

" Aku juga." Balas Tatiana. Annabeth tersenyum. Ia sangat bahagia melihat adiknya pulang dan pulih.

" Oh ya, mengenai kau adalah Ksatria Tawanan. Ayah sudah memberitahukannya kepada Raja Arthur." Ucap Annabeth. Tatiana terkejut.

" Benarkah? Apakah,.Pangeran Michael,"

" Ia juga pasti sudah mengetahuinya." Annabeth menjelaskan. " Lagipula kita tak bisa menyembunyikan selamanya bukan? Aku rasa ini lebih baik supaya waktu kita bertemu dengan mereka tidak ada lagi keterkejutan lainnya." Annabeth tertawa. Tatiana memaksakan dirinya untuk tertawa. Ia jadi serba salah. Ia masih menyimpan kejutan lainnya yang ia rasa tak perlu untuk di katakan.

" Kau benar." Tatiana berusaha menyembunyikan perasaannya. Ketika Annabeth keluar dari kamarnya wajahnya kembali muram. Sebenarnya ia sangat takut menghadapi hari ini. Apa yang harus dia katakan jika bertemu dengan Michael? bagaimana juga ia harus bersikap? Dan bagaimana reaksi Michael ketika melihatnya nanti? Ia menatap wajahnya di cermin.

" Apa yang kau harapkan, Tia? " Katanya pada dirinya sendiri. " Bukankah sudah cukup akhirnya kau pulang?" Tatiana memegang dadanya yang sakit karena terkena panah. Tapi ia tahu, itu bukan sakit karena panah, tapi karena hatinya terluka.

Ia lalu melangkah perlahan keluar kamar. Gaunnya yang panjang tak membuatnya geraknya sebebas dulu. Sebenarnya ia sudah biasa memakai baju pria karena latihan-latihan yang ia lakukan sejak kecil yang membuatnya berhasil ikut dalam perang melawan Kerajaan Great. Tapi karena kali ini mereka akan mempersiapkan pernikahan Annabeth ia hanya ingin terlihat sopan.

Kereta kuda telah di persiapkan. Mereka sudah siap untuk berangkat. Para pejabat Kerajaan beberapa juga ikut dan bangsawan yang merupakan keluarga dekat Kerajaan. Selain itu di jalan-jalan yang mereka akan lalui, rakyat dengan senang hati telah menghiasnya dengan banyak pita dan bunga-bunga indah.

Para rakyat berdiri di sepanjang jalan mengelu-elukan mereka. Peperangan yang terjadi waktu itu walau belum lama namun mereka telah bangkit kembali. Dan Kerajaan Green merupakan Kerajaan yang paling cepat pulih setelah peperangan. Tatiana sangat mengingat Ayahnya pernah menulis surat padanya dan berkata bahwa rakyat mereka tidak kelaparan karena itu mereka bisa pulih dan punya kekuatan untuk bangkit kembali. kata Ayahnya, rakyat yang kelaparan tidak akan mampu melakukan apa-apa selain berpikir pesimis. Sebenarnya itu adalah pemikiran Raja-Raja terdahulu. Itulah sebabnya ketika Kerajaan ini di bentuk mereka lebih berfokus untuk memajukkan pertanian daripada kekuasaan.

" Apa kau baik-baik saja?" Tanya Annabeth. Lamunan Tatiana buyar. Ia tersenyum.

" Aku hanya sangat senang melihat mereka." Ujar Tatiana. Ia mendongak keluar lewat jendela keretanya dan melihat rakyat yang melambai-lambaikan tangannya pada mereka. Mereka terlihat gembira karena ia kembali dan pernikahan Annabeth dan Michael yang akan membuat keamanan Kerajaan lebih baik lagi.

" Kau tahu," kata Annabeth " waktu pertandinganmu, mereka membakar pelita di sepanjang jalan sebagai tanda untuk mereka mendoakan keselamatanmu. Mereka sangat mencintaimu Tia. Bukan hanya aku dan Ayah."

Tatiana mengangguk mengerti. Matanya berkaca-kaca karena terharu.

" Kau harus memperhatikan mereka dengan baik,Tia." Pinta Annabeth. Wajahnya terlihat sedih.

" Apa yang kau sedihkan? Kau akan tetap menjadi putri Kerajaan ini."

" Aku tahu, Tia. Tapi tidak setiap hari lagi aku akan ada di sini." Annabeth ikut menatap keluar jendela. Kali ini ia membuka jendela kereta mereka dan melambaikan tangannya. Tentu saja rakyat yang ada di sepanjang jalan terus mengelukan namanya.

Tatiana tahu kalau kakaknya ini sangat mempedulikan rakyat. Ia juga peduli, Ayahnya juga. Tapi kakaknya selalu berusaha lebih keras lagi. Ia memang berjuang menjaga kehormatan Kerajaan ini, tapi kakaknya berjuang agar para rakyat tidak kelaparan. Ia tidak segan-segan mengunjungi mereka dan memastikan ada yang kelaparan atau tidak memiliki lahan untuk di kelola. Ia juga sering pergi ke negri-negri tetangga dan pulang membawa tanaman – tanaman yang baru untuk di coba tapi sellau saja ia mengatakan kalau pengorbanan yang lain lebih besar darinya.

Annabeth kembali duduk dengan tenang. Ia tersenyum sendiri, tapi Tatiana memperhatikannya.

" Kau harus bahagia, Anna." Cetus Tatiana. Tapi Annabeth hanya membalas dengan senyum simpul.

" Aku tak tahu apa aku bisa bahagia, maksudku aku akan bahagia, tapi apakah seperti aku ada di Kerajaan ini." wajahnya kembali murung.

" Anna," Panggil Tatiana ragu. Annabeth menoleh. " bagaimana jika aku –" Tatiana diam sejenak, ia mempertimbangkan apa yang ada dai benakknya kini. Annabeth menunggu.

" Bagaimana jika aku menggantikanmu? " Tatiana menahan nafasnya. Tak menyangka ia akan mengusulkan hal ini. Annabeth tersenyum bahagia karena Tatiana mengatakn hal itu. Tapi bukan untuk menyetujuinya.

" Tidak Tia. Kau sudah cukup berkorban. Tapi terimakasih karna kau mempedulikan aku." Ucap Annabeth. Tatiana mengangguk. Ia tidak lagi membantah. Lagipula pernikahannya tinggal tiga hari. Bagaimana mungkin ia membatalkannya. Lagipula apa Michael mau menikah dengannya? Jangan-jangan Michael semakin benci padanya. Ia tak berani lagi membayangkan.



 ( haloo.. trimakasih sudah membaca. berikan dukungan kalian dengan vote ya. tinggal klik tanda bintang yang ada dibawah atau diatas untuk setiap chapter yang di baca supaya penulis tambah semangat ya. nggak ribet kan? trimakasihhhh!! )  

Knight Prisoner of The Prince (END)Where stories live. Discover now