22. Pulang

5.4K 425 1
                                    



Hijau tanahku, biru langitku

Negriku yang subur pemberian Pencipta yang mahakuasa

Menggerakkan kakiku dan tanganku untuk menanam

Menggerakkan hatiku untuk bertahan

Oh hijau negriku, selamanya ku cintai...

Oh hijau negriku, selamanya ku cintai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tatiana mengakhiri lagunya. Lagu kebangsaan Kerajaannya. Ia dmelangkah pelan membiarkan angin menuntun jalannya. Angin lembut membelai rambutnya. Matahari ia rasakan begitu hangat menyentuh kulitnya. Matanya memandang hamparan gandum yang bergerak lembut oleh angin. kupu-kupu beterbangan di depannya, ia bangun dan mengejarnya, tapi sebuah suara menghentikan langkahnya.

" TIA..TIA.. TIA."

Ia menoleh dan melihat Annabeth melambai dari kejauhan. Ia tersenyum. Lalu berlari ke arah Annabeth dengan riang. Ketika ia berlari baju zirahnya terlepas satu persatu dari tubuhnya. Ketika sampai di depan Annabeth ia menggunakan gaun putih seperti yang di pakai Annabeth. Annabeth meraih tangannya.

" Ayo kita pulang. Semua menunggumu" Ajak Annabeth. Lalu Tatiana bisa melihat di belakang Annabeth sosok Ayahnya yang sedang tersenyum, Edward, Elisabeth dan Alex, lalu ia bisa melihat Arnold dan terkejut ketika melihat seorang lagi.. Michael.

Wajah Michael kelihatan tak berseri. Ia menatap Tatiana.

" Kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Michael.

" Aku bisa jelaskan." Tatiana melepaskan tangan Annabeth dan mencoba mendekati Michael tapi Michael terus menjauhinya.

" Terlambat Tia. Kau sudah mati."

" Tidak, aku hidup. Lihat aku."

" Aku melihatmu mati,Tia."

" Tidak Michael aku hidup!"

Tapi Michael berbalik dan pergi menjauh.

" Tidak Michael! jangan pergi! Michael!"

Tatiana terkejut. Ia membuka matanya. Lalu merasakan nyeri yang luar biasa di tubuhnya.

"AAAAA!" rintihnya panjang. Annabeth yang tertidur di samping tempat tidurnya tersadar. Ia terkejut tapi merasa bahagia.

" Tia, kau akhirnya kau bangun." Annabeth segera memanggil dokter dan Ayahnya. Dan dengan cepat mereka datang dan memeriksa keadaan Tatiana. Tatiana melihat Annabeth memeluk Ayahnya dan menangis.

" Apa – yang terjadi ? " Tanya Tatiana terbata. Para dokter selesai memeriksa dan menghadap Raja.

" Kondisinya lebih baik. tinggal menunggu luka-lukanya sembuh."

" Terimakasih. Kalian sudah bekerja keras." Kata Raja Peter. Para dokter lalu keluar meninggalkan mereka bertiga sendiri. Annabeth lalu duduk di samping tempat tidur Tatiana.

" Kau gadis bodoh! Apa yang coba kau lakukan? Apa kau tak menyayangi kami? Apakah kau tak berpikir bahwa kami akan sangat berduka?" Annabeth mengutarakan isi hatinya, tapi airmatanya tak berhenti mengalir. Tatiana juga ikut menangis. Ia lega karena ia masih hidup. Ia melihat Ayahnya yang tampak begitu pucat dan terlihat kurus.

"Maafkan aku, maafkan aku Ayah.. Anna maafkan aku." Katanya terisak.

" Syukurlah kau selamat," Ucap Raja Peter. " dan mengenai lukamu,"

" Ayah. Ku mohon jangan salah paham." Tatiana memotong perkataan Ayahnya.

" Ya, Raja Arthur sudah menghukum para pengawal yang melakukannya padamu. Sebenarnya ketika di pertandingan dia sudah curiga ada yang tak beres. Ia memanggil doktermu dan menanyakan apa yang terjadi dan memeriksa para ksatia tawanan dan para pengawal. Tapi salah satu pengawal eksekusi telah melepaskan anak panahnya sebelum sempat dihentikan. "

" Raja melakukannya? " tanya Tatiana.

" Apa kau kuatir akan ada perang makanya kau tak melaporkan kejadian itu?" Tanya Raja Peter. Tatiana mengangguk. Raja Peter mendesah. Ia melangkah dan memeluk bahu Annabeth.

" Kalian gadis-gadis luar biasa. Ayah lemah tapi terlihat kuat karena kalian." Raja Peter tersenyum bahagia. " Terimakasih karena terlahir sebagai putri-putri Kerajaan ini." sambungnya.

" Tidak Ayah, seharusnya kami yang berterimakasih." Ucap Annabeth.

" Oh ya, Ayah. Kita harus menyampaikan kepada Kerajaan Great bahwa Tia sudah sadar." Kata Annabeth. Mendengar nama Kerajaan itu di sebut Tatiana merasa jantungnya berdegup kencang.

" Ah, benar. Setidaknya kabar ini akan menenangkan Pangeran Michael juga."

" Kenapa dengan dia?" Tanya Tatiana. Perasaannya menjadi tak enak.

" Raja Arthur meminta kita mengabari tentang perkembanganmu, Tia. Karena nampaknya Pangeran Michael sangat terpukul dengan pertarungan dan saat kau memilih bendera merah. Menurut Raja, Pangeran Michael berpikir jika mereka hanya akan bertanding untuk poin." Annabeth menjelaskan. " Aku hanya terkejut ternyata dia pria yang penuh perasaan." Annabeth tersenyum. Tatiana terdiam. ia baru sadar. Kakaknya akan menikah dengan Michael.

" Syukurlah kau sudah sadar. Bagaimanapun kita telah membuat perjanjian dengan Kerajaan Great. Tapi pernikahan akan di undur sampai kau benar-benar pulih Tia." Kata Raja Peter. Airmata Tatiana tiba-tiba mengalir.

" Ada apa, Tia? Apakah kau merasakan sakit lagi?" Tanya Annabeth.

" Tidak, Anna. Aku hanya.. aku hanya bahagia." Kata Tatiana berbohong. Hatinya terasa sakit. Tapi setidaknya ia tahu Michael akan menganggapnya telah pulang dan tak dapat menemuinya lagi. Dengan begitu, Michael bisa menikah dengan Annabeth tanpa ada beban.

" Selamat tinggal Pangeranku." Ucap Tatiana dalam hatinya.



 ( haloo.. trimakasih sudah membaca. berikan dukungan kalian dengan vote ya. tinggal klik tanda bintang yang ada dibawah atau diatas untuk setiap chapter yang di baca supaya penulis tambah semangat ya. nggak ribet kan? trimakasihhhh!! )  

Knight Prisoner of The Prince (END)Where stories live. Discover now