Chapter 5 : Mitos Kalau Jodoh Akhirnya Akan Bertemu Juga

1.4K 203 124
                                    

Kami kebingungan menghadapi masalah yang ditimbulkan Kosasih. Wanita di depan kami menaikan level manuvernya dari menangis seharian menjadi mengancam untuk bunuh diri. Juragan Kos yang juga kebingungan memanggil Pak RT. Juragan Kos mengcopy cerita yang diceritakan kami kepadanya lalu mempastenya kepada Pak RT. Ternyata Pak RT pun ikut bingung. Maka terjadilah kebingungan berjamaah.

Aku melihat Nanang Kosim duduk terdiam. Juragan Kos dan Pak RT berjalan pontang-panting di depan kami berdua. Sedangkan tiga temanku yang lain sudah kabur duluan ke kamar kosnya masing-masing, menutup pintu rapat-rapat lalu menguncinya. Setelah itu mungkin mereka bersembunyi di balik selimut sambil berdoa agar tidak ikut terkena masalah. Orang-orang macam ini akan menjadi pengecut untuk seumur hidupnya.

Setelah dipikir lagi, kenapa aku harus ikut pusing? Ini bukan masalahku. Wanita itu yang salah karena termakan racun rayuan Kosasih. Dia melakukan perbuatan maksiat karena bersenggama sebelum waktunya. Keadaan sudah terlanjur buruk. Suka atau tidak, dia harus menerima risiko dari perbuatan yang telah dilakukannya.

Pandangan kami bertemu ketika aku melihat wanita itu. Dia terlihat masih muda. Seperti remaja yang baru lulus SMA. Si Berengsek Kosasih itu sudah benar-benar kelewatan. Aku menggeleng, baru menyadari ternyata dia bukan seorang janda. Pantas saja wanita itu menangis seharian meminta pertanggungjawaban. Orangtuanya pasti akan marah besar kalau tahu keadaan yang sebenarnya.

Nampaknya Nanang Kosim dari awal sudah menyadari hal itu. Di atas tikar yang satu-satunya ditinggalkan Kosasih di kamar kosnya, Nanang Kosim duduk tercenung di sampingku. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Jadi gimana dong, Te?" tanya Juragan Kos yang masih panik. "Apa kita lapor polisi saja?"

"Jangan!" Bentak wanita itu. Lalu dia menangis semakin keras.

Pak RT menghampiri wanita itu untuk menenangkannya. "Bagaimana kalau kami pergi ke rumahmu, Nak?" Usul Pak RT. "Kami akan temani kau untuk menceritakan semua yang terjadi kepada orangtuamu. Kami akan berusaha membantu sebisa mungkin agar mereka tidak sampai memukulmu."

Wanita itu malah menjadi semakin histeris. Juragan Kos menjadi semakin panik. Pak RT menjadi semakin kikuk. Nanang Kosim menjadi semakin terdiam. Dan aku pun menjadi merasa semakin sial karena terjebak dalam masalah bodoh ini.

Kebodohan Kosasih dan wanita itu kini merugikan orang-orang di sekitar mereka. Yang paling pasti terkena kerugian terbesar adalah wanita itu dan keluarganya. Aku pun merasa dirugikan karena waktuku terbuang di sini. Buang-buang waktu itu mubadzir. Kau tahu, bukan? Orang zaman dulu bilang waktu tidak akan kembali meski hanya sedetik. Bagi pengusaha, waktu adalah uang. Bagi orang beriman, waktu adalah ibadah. Bagi orang bijak, waktu adalah kebaikan. Bagi pemula, waktu adalah pengalaman. Dan bagi pengangguran, waktu adalah tidur. Jadi aku memutuskan untuk pergi dari sini dan kembali tidur.

Namun sebelum aku beranjak dari tempatku duduk, Nanang Kosim sudah berdiri duluan.

"Aku sudah memutuskan," katanya tiba-tiba kepada kami. Dia melirik wanita itu yang seketika menghentikan tangisannya. "Aku yang akan bertanggung jawab." Telunjuk Nanang Kosim kini mengarah kepada wanita itu. "Aku akan menikahinya."

Aku langsung berdiri karena terkejut mendengar keputusan Nanang Kosim. Apa dia sudah gila? Memang belakangan ini para jomlo sudah menjadi kaum yang tersudutkan. Mereka seakan tertindas karena status sosialnya yang terpinggirkan. Tapi ini tidak lantas menjadi alasan bagi Nanang Kosim untuk melakukan hal itu agar dianggap laku. Bertanggung jawab atas dosa besar orang lain demi mendapat pasangan adalah sesuatu yang terlalu berlebihan.

"Kau tidak perlu berbuat sejauh itu, Nang," kataku dengan menepuk pundaknya. "Biarkan wanita itu menanggung akibat dari dosanya sendiri. Kita tidak perlu ikut campur dalam urusan ini."

Tanpa melihat ke arahku Nanang Kosim berkata, "Tidak, aku tidak bisa tinggal diam. Aku merasa ikut bertanggung jawab dalam masalah yang ditimbulkan Kosasih. Kita ini adalah temannya. Harusnya dari dulu aku sudah menghentikan kebiasaannya bermain perempuan. Kalau saja usahaku lebih keras untuk mencegahnya, sesuatu yang buruk seperti ini tidak akan pernah terjadi."

"Ada apa dengan otakmu, Kawan!" Aku meninggikan nada suaraku untuk menyadarkannya. "Bila kau temannya, seharusnya kau tahu watak Kosasih. Dia itu hatinya sudah dibutakan oleh nafsu. Jangankan kau, Nang, bahkan bila para ulama bersatu untuk menyuruhnya bertobat, Kosasih tetap tidak akan berubah. Jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri dan berhenti bertindak sok pahlawan. Mari kita antar wanita ini kepada orangtuanya dan tinggalkan dia bersama mereka. Sampai di situ saja kita sudah cukup membantu."

Nanang Kosim menggeleng. "Kau yang tidak mengerti, Bray. Dijelaskan pun mungkin kau tetap tidak akan mengerti. Keputusanku sudah bulat. Aku yang akan bertanggung jawab menggantikan posisi Kosasih."

"Apa kau benar-benar yakin, Nang?" Pak RT dan Juragan Kos yang sedari tadi melongo serempak bertanya.

Nanang Kosim mengangguk mantap.

Pak RT tersenyum kepada Nanang Kosim sambil mengusap rambutnya. Dia lalu kembali menghampiri wanita di depan kami yang nampaknya telah membeku di tempat setelah mendengar keputusan Nanang Kosim. "Apa kau mau menerimanya sebagai suamimu, Nak?" tanya Pak RT kepada wanita itu dengan lembut.

"Ta-tapi, lelaki itu bukan tipeku," jawabnya sambil menunjuk Nanang Kosim.

Mendengar jawaban wanita itu membuat darahku mendidih. "Ini bukan saatnya untuk pilih-pilih! Dengar, kau sudah cukup beruntung karena temanku ini mau menikah denganmu. Seharusnya kau tahu tempatmu saat ini sekarang. Bila kau ingin Kosasih yang bertanggung jawab, cari saja sana sendiri. Aku yakin sampai kiamat pun kau tidak akan pernah menemukannya!"

Kini giliran pundakku yang ditepuk Juragan Kos. "Tenang, Bray. Aku tidak mengerti kenapa kau yang jadi emosi?"

"Tak masalah bagi kami jika itu sudah menjadi keputusanmu, Nak. Nanang Kosim sudah mencoba ingin membantu dan kami pun tidak bisa memaksakan bila ternyata kau tidak mau menerimanya sebagai pengganti Kosasih. Tapi tolong jangan melakukan sesuatu yang nekad seperti bunuh diri atau menggugurkan kandungan. Keadaan sudah menjadi buruk, jangan memperburuknya lagi dengan perbuatan yang seperti itu. Demi kebaikanmu dan juga janin yang kau kandung."

Kemudian setelah itu Juragan Kos membuka mulutnya. "Mari kita antarkan dia ke rumahnya. Orangtuanya saat ini pasti sedang cemas karena semalaman anaknya tidak pulang. Seperti kata Pak RT kita harus pastikan kalau dia tidak berbuat hal-hal yang dapat memperburuk keadaan."

Namun wanita itu kembali menangis. Aku sudah tidak tahan lagi melihat tingkahnya itu. Sekarang aku benar-benar kesal. Tidak peduli dia seorang wanita, aku akan menyeretnya keluar dari sini.

Pak RT menghentikanku dengan tangannya sambil tersenyum. Dia membungkuk, membisikan sesuatu ke telinga wanita itu. "Jadi, sekarang bagaimana? Pilihanmu tidak banyak."

Dengan masih berurai air mata, wanita itu mengangguk sebagai jawaban.























MitosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang