Chapter 10 : Mitos Orang Baik Selalu Teraniaya

917 160 88
                                    

Kalau dalam urusan penderitaan, Nanang Kosim sudah berada jauh di depan. Segala sesuatu tentangnya adalah penderitaan. Dari proses kelahiran sampai urusan percintaan, yang ditemuinya hanyalah penderitaan. Kemalangan yang dimiliki Nanang Kosim telah berada di tingkat dewa sampai kita tidak perlu lagi untuk membahas wajahnya yang penuh derita.

Ya, aku berpikir ujian hidup yang diberikan kepada Nanang Kosim terlalu berat untuk manusia biasa. Harusnya beban itu diperuntukan hanya untuk para dewa. Ah, bisa jadi Nanang Kosim merupakan jelmaan atau semacam reinkarnasi salah satu dari sekian banyak dewa. Apalagi kalau bukan Dewa Penderitaan. Atau mungkin waktu itu dia hanya sedang sial saja mendapat angka kecil ketika melempar dadu pada saat giliran pembagian nasib.

Meskipun begitu Nanang Kosim selalu menghadapi nasibnya dengan ketabahan yang akan membuat hatimu terenyuh. Pernah ketika SD dia selalu mendapat berbagai ejekan dari teman-teman sekelas. Dari sebutan anak tukang nasi goreng, tali bacang, sampai gayung martabak pernah dia sandang.

"Kenapa aku harus marah?" tanya Nanang Kosim kepadaku waktu itu dalam perjalanan sepulang sekolah. "Mereka tidak salah. Aku memang anak dari tukang nasi goreng, dan aku sangat bersyukur akan hal itu. Terus mengenai julukan-julukan yang diberikan kepadaku, bukankah itu menandakan bahwa mereka peduli dengan keberadaanku?"

Setelah mengatakan hal itu, dia tersenyum sambil menatap langit sore yang telah berwarna oranye. Kami berdua berjalan pulang ditemani suara-suara burung gagak yang terbang ke arah matahari yang hampir tenggelam. Di saat itu pula aku mulai mengerti sedikit tentang perasaannya. Cukup hanya dengan diakui eksistensi dirinya, itu sudah merupakan kebahagiaan bagi Nanang Kosim.

Nanang Kosim bukan berarti tidak pernah bahagia. Ini hanyalah perspektifku saja sebagai salah satu orang terdekatnya. Aku hanya tidak bisa membayangkan bagaimana jika nasibku sama sepertinya. Tidak seperti Nanang Kosim yang selalu menghadapi ujian hidup dengan senyuman, pasti dari awal aku sudah menyerah dan setiap hari akan kukeluarkan sumpah serapah agar dunia ini cepat kiamat.

Untungnya Nanang Kosim tidak mempunyai kepribadian yang gampang menyimpan dendam sepertiku. Dia selalu berpikiran positif akan nasib malang yang harus diterimanya. Mungkin itu jadi sebab Nanang Kosim diberi sedikit kebahagiaan ketika salah satu gadis tercantik di kelas mengutarakan cinta kepadanya.

"Nanang Kosim," panggil gadis itu di depan papan tulis setelah jam pelajaran usai. "Aku menyukaimu. Ayo kita pacaran."

Sontak, semua murid yang berada di kelas terperangah. Begitu terkejut sehingga mereka tidak bisa berkata apa-apa.

Aku menengok Nanang Kosim yang tadi sedang memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Buku-buku itu langsung terjatuh ke lantai. Kini dia hanya bisa mematung seperti murid yang lain. Tentu saja dialah orang yang paling terguncang saat ini. Seketika wajahnya merah padam seperti kepiting rebus.

MitosOù les histoires vivent. Découvrez maintenant