Chapter 14.2

236 44 13
                                    

Eksperimen Edi yang paling fenomenal dilakukannya ketika dia menginjak remaja. Saat itu dia menggunakan lem Aibon sebagai bahan percobaan. Edi adalah founder yang menemukan manfaat lain dari lem Aibon bukan hanya untuk merekatkan, tapi kandungan dari lem tersebut juga dapat meningkatkan gelombang Alfa di otak siapa saja yang menghirupnya dalam jangka waktu yang lama. Benar, Edi merupakan orang yang bertanggung jawab sepenuhnya atas pemandangan kerumunan anak-anak jalanan yang doyan mabok lem di pinggir jalan.

Sebenarnya itu tidak disengaja. Lebih parah, Edi awalnya ingin memakan lem Aibon karena bentuk dan warnanya mirip selai karamel. Tukang tambal sepatu menginspirasinya melakukan eksperimen itu ketika sedang mengoles lem ke sol sepatu yang hampir lepas. Hanya saja saat membuka tutup kaleng lem Aibon, Edi jadi lebih tertarik dengan aromanya yang sungguh unik.

Kaidah menghirup aroma lem Aibon pada dasarnya sama dengan menghisap ganja ataupun narkotika namun dalam skala harga yang lebih terjangkau. Ketika gelombang Alfa meningkat dengan drastis, sang pelaku akan merasa ngefly dan dapat mengantarkannya ke dalam perjalanan Astral maupun Lucid Dream yang di mana mereka bisa melakukan apapun semaunya tanpa ada batasan dan larangan. Bayangkan, betapa begitu luar biasanya hal itu!

Edi langsung ketagihan. Fantasi di dalam pikirannya menjadi terasa begitu nyata. Dia berkhayal menerbangkan layangan berdua dengan Dian Sastro di pematang sawah sambil bercanda dan tertawa-tawa. Setelah lelah bermain layangan, Edi mengajak Dian Sastro untuk istirahat sejenak di gubuk yang berada di tengah sawah.

Pembaca yang budiman, tentunya kita tahu apa yang akan dilakukannya setelah itu kepada Dian Sastro. Imajinasinya begitu liar dan mengandung muatan vulgar sehingga tidak pantas ditulis apalagi dideskripsikan secara mendetail. Kita hanya bisa berdoa semoga Dian Sastro yang berada di dalam fantasi Edi baik-baik saja dan tidak mengalami trauma berkepanjangan.

Efek samping dari kecanduan menghirup lem Aibon berakibat pelemahan sistem saraf pada otak. Selaras wajahnya yang menjadi lebih menjijikan karena sudah penuh dengan kerak-kerak lem, emosi Edi juga semakin tidak stabil. Pikirannya pun berubah sengklek. Dia sering tertawa-tawa sendiri, kemudian tiba-tiba marah, dan setelah itu menangis sejadi-jadinya. Setiap hari Edi seperti orang yang kesurupan. Aing teh macan!

Masuk ke dalam Lucid Dream pun semakin sulit. Bila awalnya Edi cukup menggunakan satu kaleng lem Aibon untuk membuka pintu imajinasinya, sekarang dia harus menghabiskan sepuluh kaleng terlebih dahulu. Belum lagi, Dian Sastro sudah tidak mau lagi muncul ke dalam fantasi Edi karena trauma atau mungkin sepuluh kaleng saja tidak cukup untuk memanggil sang artis cantik tersebut. Jadi, dia terpaksa mengganti sang pemeran wanita yang lebih mudah dipanggil. Edi mengganti Dian Sastro dengan seorang janda bahenol sang biduan organ tunggal yang sering menyanyi bila ada kawinan warga.

Lama-kelamaan warga sekitar menjadi resah oleh kelakukan Edi yang sering mencuri. Awalnya, dia mencuri dengan cara cerdik tanpa ketahuan bagaikan Kaito Kid di serial anime Detective Conan. Namun setelah kecanduan menghirup lem Aibon, Edi mencuri terang-terangan lebih tepatnya menjarah barang-barang, tidak ada rasa takut persis seperti teroris bom bunuh diri yang siap untuk mati. Hasilnya sudah bisa ditebak, Edi dilaporkan ke polisi.

Edi dijebloskan ke penjara pada usia 20 tahun karena perbuatan mencuri. Dia digerebek petugas polisi saat malam hari sedang mabok lem Aibon bersama anak-anak jalan lainnya di bawah jembatan layang. Anak-anak yang lain dibebaskan karena waktu itu tidak ada undang-undang tentang pasal yang mengatakan bahwa mabok lem adalah sebuah kejahatan. Hanya Edi yang ditangkap sebab sudah terbukti mencuri sekitar 300 kaleng lem Aibon selama dua tahun ke belakang.

Hari pertama Edi masuk bui dia langsung dihajar habis-habisan. Wajahnya dipukul bertubi-tubi dan tubuhnya ditendang berkali-kali oleh sesama tahanan satu sel di sana. Itu adalah sistem ospek sebagai ucapan selamat datang kepada penghuni baru. Untungnya Edi tidak disuruh memakai pita ataupun diminta untuk membawa balon gas sebelum masuk penjara.

Ada lima orang tahanan lainnya yang satu sel bersama Edi. Mereka kesal karena tempatnya semakin sempit. Setelah puas menghajar Edi sampai babak belur dan terkapar di pojokkan, mereka langsung tidur terlelap karena sudah kelelahan.

Di sudut penjara, Edi masih meringkuk kesakitan. Namun kemudian tiba-tiba saja seluruh tubuhnya gemetar. Rupanya dia sedang berusaha menahan tawa. Itu sudah kebiasaan Edi bila menemukan hal baru untuk ide percobaan. Malam itu juga dia melakukan eksperimennya.

Keesokan paginya, lima tahanan yang memukul Edi habis-habisan tadi malam terbangun dengan rasa heran yang sama. Lubang pantat mereka semua terasa perih dan berminyak. Para tahanan itu serempak melihat dengan ngeri ke sudut penjara. Di sana, Edi menyeringai kepada mereka dengan wajah yang masih babak belur.

Sembilan bulan kemudian rasa penasaran Edi akhirnya terjawab sudah. Hasil eksperimennya membuktikan bahwa kaum lelaki tidak dapat hamil dan melahirkan seorang bayi. Edi mengangguk puas, sementara lima tahanan yang berada satu sel bersama Edi tidak pernah berani lagi tertidur di malam hari.

MitosWhere stories live. Discover now