11 [Revisi✔️]

40.3K 4.6K 562
                                    

Diterangi oleh cahaya lampu tidur, terlihat jelas wajah Haechan yang tengah terbawa alam mimpinya.

Mungkin ia demam, karena Hana merasa jika tubuh lelaki itu terasa hangat. Benar saja, Hana menyentuh dahi dan lengan Haechan, lelaki itu demam.

Haechan terbangun, tatkala lengannya disentuh. Tatapannya sayu, suaranya serak. Menyuruh lelaki itu untuk duduk dan meminum obat penurun demam.

"Kau demam. Minum ini juga, meskipun terasa sangat manis, setidaknya minuman ini lebih berkhasiat." Hana memberikan obat dan sari dari buah kurma. Menuangkan sari kurma di sendok, dan menyuapkan pada Haechan.

"Tidurlah, masih ada dua jam untuk beristirahat. Besok kita akan berlibur." ucapnya yang tengah mencuci sendoknya

"Nanti saja, kepalaku terasa sakit."

Haechan duduk di atas kasur Hana, menonton acara pagi televisi. Hanya sekedar menonton, karena ia tak tahu bahasa indonesia.

"Mau kubuatkan teh hangat?"

Haechan mengangguk, gadis itu melesat untuk membuat teh hangat. Tidak memakan waktu cukup lama, ia membuat segelas teh dari dapur kecil villa.

"Terima kasih banyak." Haechan meminum tehnya dengan perlahan.

Tubuhnya sudah terasa sedikit bugar, rasa sakit di kepalanya perlahan menghilang setelah menghabiskan tehnya.

Hana masih setia menemaninya, walaupun menyenderkan tubuhnya di tembok.

"Tubuhmu sudah merasa enak?" tanya Hana.

"Sudah. Terima kasih karena telah merawatku." ucap Haechan dan mengusap pelan rambut hitam Hana.

"Sama-sama. Itu sudah tugasku menjaga member ketika sedang tidak sehat."

****

"Dek, coba kamu ke minimarket. Beli bahan-bahan buat masak, ayah lagi pingin ayam pedes." ucap ayahnya. Mengajak Mark yang tengah bermain mobail lejen di ponselnya,

"Tunggu sebentar, aku akan menang setelah ini."

Sebentar katanya? Dirinya sudah menunggu sepuluh menit.

"Renjun, temani aku sebentar ke minimarket."

Renjun mengiyakan ajakan Hana, dan langsung melesat keluar.

Letaknya di luar kawasan villa, dan tak seberapa jauh. Hanya menempuh waktu selama sepuluh menit untuk sampai di tempat itu.

"Selamat datang di alfamei. Selamat berbelanja."

Gadis itu berjalan menuju tempat daging, mengambil tiga bungkus potongan ayam. Renjun, mengambil gula dan garam. Selebihnya bahan-bahan lainnya sudah ada di dapur.

"Ini saja?" tanya Renjun. Hana mengangguk dan membayar di kasir.

Mereka keluar dari supermarket, Hana melihat seorang lelaki yang ia kenal berada tak jauh dari pandangannya.

"Mas Jefri?"

Lelaki itu menoleh, dan benar saja! Itu mantan kekasihnya ketika smp, berada di Bali?

"Loh, Hana? Kamu di Bali?" Jefri berlari ke arahnya.

"Iya mas, ikut keluarga." jawabnya seadanya. Renjun hanya diam di samping Hana karena tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

"Ini siapa?" tunjuk Jefri pada Renjun. Lelaki China itu hanya memandang lurus pada Jefri

"Artis. Ayah gue jadi manajernya." jawab Hana. Renjun tersenyum. Wajah Jefri nampak terkejut setelah mendengar ayah 'mantan'nya itu menjadi manajer.

"Mas gimana ceritanya kok bisa di sini?"

"Gue diajak liburan di sini. Btw artis lo kok diem aja?"

"Dia orang China, mas."

****

Setelah dua puluh menit memasak ayam pedas permintaan ayah, kini makanan itu sudah dihidangkan. Chenle membantunya memasak walaupun sedikit 'ricuh'

"Kalian makan dulu, aku ingin melihat Haechan sebentar."

"Ck ck ck kalian sudah sama seperti pasangan suami istri." ucap Mark. Ucapannya dibalas oleh Hana dengan death glare andalannya.

Kesehatan lelaki itu masih belum stabil, saat ini dirinya masih terbaring di kasur.

"Chan, ayo sarapan."

Matanya terbuka sedikit, mencoba melihat siapa yang membangunkannya pukul 7 pagi ini.

"Nanti saja, aku masih ingin tidur."

Hana menempelkan punggung tangannya di dahi Haechan, rupanya sari kurma kemarin yang ia berikan sudah menyembuhkan lelaki itu.

"Kau sudah tidak demam. Ayo makan."

"Aku makan di sini saja. Aku malas berdiri."

Hana memutar bola matanya malas. Beranjak keluar kamar dan mengambil sarapan Haechan yang sudah ia siapkan.

"Hehe terima kasih."

Usai mengucapkan itu Haechan mengecup pipi gadis itu sekilas.

"Kardus!"

"Apa itu kardus?"


Gadis itu tidak menjawab, lantaran mengambil piring sarapan Haechan dan menyuapinya.

"Berisik. Ndang dhahar. Ojok kakehan ngomong."

(Berisik. Cepatlah makan. Jangan terlalu banyak bicara)

"Argh, jangan berbicara bahasa indonesia!" pekiknya yang sambil mengunyah makanannya

"Aku berbicara bahasa daerah."











"Lain kali jangan berbicara bahasa daerah. Aku tidak tahu apa yang kekasihku bicarakan."

Husband [Haechan NCT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang