'Astaga jantungku akan meledak'
Bagaimana bisa dia mengatakan seperti itu? Belajar dari mana?
Mungkin hyungnya di NCT 127 yang mengajarinya? Mungkin Jeno? Renjun? Dua anak itu mengajari Haechan sesuai buku panduan 'cara menjadi suami yang baik'.
Aku pernah menemukan buku itu di meja kamar Haechan, dan sebelumnya mereka bertiga pernah berkumpul mengelilingi buku itu.
Aku melepaskan dekapannya dan duduk di bibir kasur. Dia lalu memeluk guling spidermannya,
"Tidak boleh memelukku di atas ranjang. Itu berbahaya,"
Dia langsung bangkit dan duduk di sebelahku, "Jadi, kalau aku memelukmu di atas lantai boleh, bukan?"
Dia lalu bangkit dan menarikku, seenak jidatnya langsung memelukku. Kalau mau meluk jangan denganku. Sama mbak cabe yang nyium kamu aja.
Warna rambutnya sudah berubah, berwarna ungu.
Dia terus mendekapku, aromanya menyerbak di hidungku. Nafasku menyapu lehernya mungkin membuatnya geli.
"Aku besok akan ada showcase. Music Video comebackku juga akan diupload besok. Mungkin aku akan sibuk. Kau mau menemaniku?"
Tangannya yang masih melingkar di pinggangku dan mengecup kepalaku.
no no no.
"Aku akan menemanimu jika kau di nct dream saja,"
"Oh ayolah. Kau akan kuperkenalkan dengan hyungku,"
"Tidak perlu, aku akan diintrogasi terus-menerus dengan hyungmu,"
Dia masih diam dan melepaskan pelukannya perlahan. Raut mukanya terlihat kecewa dengan memegang kedua pundakku,
"Baiklah jika kau tidak ikut denganku. Tetapi jika aku pulang malam, satu ciuman bonus untukku, oke? Semuanya, tak terkecuali di sini,"
Lalu dia senyum-senyum dengan menunjuk bibirnya,
***
Dan benar saja, pukul 4 sore dia dan Mark dijemput oleh Taeil. Lengkap dengan tas ransel hijaunya, yang tas hitamnya dulu diberikan kepadaku."Kami pergi dulu! Jangan lupa untuk menontonku di V live! Taeil hyung sudah menunggu di dalam mobil,"
Dia melambaikan tanganku, menarik tengkukku, lalu
"Hadiah untukmu di bibir. Jangan merindukanku!"
Mereka berdua juga pamit dengan yang lainnya, tentunya aku yang istimewa.
"Nuna, kau tadi dicium oleh Haechan?"
***
Aku terbangun karena sinar matahari mengenai wajahku, dan terlihat seseorang di depanku.Aku berada di kamar dan malamnya aku tertidur di sofa?
Dia masih mengenakan pakaian yang sama dan tas hijaunya masih di punggungnya.
Tidur di pinggir kasur, dengan lenganku yang dijadikan bantal olehnya.
"Chan, bangunlah. Tidurlah di kasurku,"
Dia mengucek matanya lalu naik ke tempat tidurku. Tasnya masih belum dilepas dan tidur di sebelahku,
"Lepaskan tasmu, lalu tidurlah,"
Dia menurutiku lalu menyerahkan tasnya padaku.
Aku menutup pintu kamarku dan membiarkannya tidur di kamarku. Kuletakkan tasnya di lemari kamarnya lalu menuju ke belakang rumah. Tidak ada orang. Di ruang tamu dan dapur juga tidak ada orang.
Aku mengecek ke kamar masing-masing, hanya ada Mark di kamarnya dan dia masih molor.
Mereka meninggalkanku kedua kalinya, tanpa makan pagi di meja. Bahan makanan juga sudah habis, mungkin mereka ke pasar untuk membeli bahan makanan. Hanya ada satu makanan.
Mie instan.
Haechan selalu melarangku untuk memakan mie instan, sewaktu menemukanku mengambil mie instan dari kulkas.
Karena dia masih tidur dan aku lapar, segera kumasak mie instannya sebelum dia terbangun,
Setelah dimasak, tanpa tergesa-gesa aku menikmatinya. Diselingi dengan menonton drama, Mie instan kari spesial dengan kuah yang bisa disebut banjir.
***
Setelah selesai aku mencucinya, tetapi
Kedua tangan melingkar di pingangguku dan kepalanya ditaruh di bahuku. Sudah terlihat dari sudut mataku, yang berambut ungu ini memelukku dari belakang.
"Sudah kubilang bukan, kau tidak boleh memakan mie instan? Aku bisa memasakkanmu makanan enak sekarang,"
Aku terdiam. Memang dia bisa memasakkanku makanan yang menurutnya lebih sehat dari mie instan. Tetapi dia masih tidur dan tidak mungkin aku membangunkannya. Lagipula bahan makanan sudah habis.
"Kenapa kau tidak menjawab? Kau ketahuan memakan mie instan atau kau gugup dipeluk olehku?"
"E-eh, bukan--"
"Tetapi, dari nadamu saja aku tahu kau suka dipeluk olehku. Benar bukan?"
"Tidak. Aku tidak suka,"
Bukannya melepaskanku dia malah mengeratkan pelukannya,
"Walaupun kau tidak suka tetapi aku menyukainya,"
Dia membalikkan badanku ke arahnya dan menyuruhku untuk menatap matanya.
"Aku menyukaimu, jadilah milikku,"
Matanya fokus menatapku seperti menyuruh untuk menatapnya
"Aku sedikit bisa berbahasa indonesia. Kata-kata dasar yang kuhafal. Seperti anda, kamu, selamat pagi, aku menyukaimu, kamu tampan, kamu cantik. Kalau kalimat itu paman yang mengajariku,"
Sudah kuduga ayah mengajari Haechan yang tidak benar.
Aku menyentil hidungnya.
"Lain kali kau belajar denganku saja. Akan kuajarkan sampai fasih. Kau mau?"
"Tentu saja. Jadi, bagaimana jawabanmu?"
"Jawaban apa?"
"Ketika aku berbicara aku menyukaimu, jadilah milikku,"
Dia membawaku ke sofa dan menyuruhku duduk,
"Ehm, kalau itu--"
Aku belum selesai berbicara, dia memegang kedua bahuku. Mendorong ke arahnya perlahan, mendekatkan wajahnya dan menutup matanya. Apa yang dia lakukan?!
Dan juga aku lupa kalau dia belum mandi.
"Mandilah dulu!!" sambil menutup bibirnya yang ingin berkenalan dengan bibirku.
"Jika sudah mandi boleh, bukan? Hahaha,"
Haechan mengambil handuk berlari dengan tawa khasnya,
"Hei kau lupa membawa bajumu, bodoh! Aku bisa mimisan nanti!"