16 [Revisi✔️]

33.9K 3.4K 231
                                    

Hana Point Of View.

Aku terbangun, ketika kedua pundakku terasa berat. Haechan masih dalam posisinya, namun pelukannya melonggar. Jaemin pun sama. Huh, memangnya aku bantal?

Masih dua setengah jam untuk sampai di Korea, dan aku merasa lapaaaaaaarr! Semoga saja pramugari datang membawakan roti dan sebotol minuman, setidaknya perutku terisi.

Haechan pun terbangun-mendengar suara perutku. Tak bisa diajak berkompromi, aku sangat malu saat ini!

"Hmm? Kau lapar?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidurnya. Terdiam sejenak, lalu mengeluarkan sepotong roti.

Haechan membaginya menjadi dua, dan itu adalah roti yang diberikan pramugari setelah tak lama take off. Jadi? Ia belum makan.

"Kau belum makan? Rotimu saja masih utuh." tolakku halus ketika Haechan memberikan potongan roti itu. Ia tersenyum,

"Tak apa-apa. Sudah makan saja, kau banyak bicara." ucapnya gemas dan memaksakan mulutku menerima potongan roti itu. Sialan!

Aku mulai memakannya, dan sempat menatap ke arah Haechan yang tengah mengunyah makanan. Pipinya yang bulat itu-semakin bulat ketika sedang mengunyah makanan. Huh, aku ingin mencubitnya!

"Kenapa menatapku? Kau mulai menyukaiku?" ucapnya disertai cengiran khasnya. Seketika aku memalingkan wajahku dan kembali mengunyah roti.

"Tenanglah, perasaanmu terbalaskan. Aku menyukaimu juga." sambungnya. Seketika aku menjambak rambutnya-dan dia mengaduh kesakitan. Kasihan sekali dia, baru saja rambutnya mendapatkan perawatan dan sekarang kujambak.

Aku sedikit merasa kasihan, ketika Haechan mengusap-usap rambutnya-dia sebal dan bibirnya itu mengerucut. Tanganku terulur untuk mengelus rambutnya, dan ia terlihat tersipu! Baru kali ini aku melihatnya tersipu, walaupun sedikit tak terlihat karena warna kulitnya.

"Eoh? bibirmu kering." ucapnya sambil menunjuk bibirku, dan benar saja. Aku belum meminum air selama beberapa jam. Tersisa banyak, aku meminumnya-dan mengambil lip balm-ku untuk melembabkan bibirku.

"Tak perlu pakai itu." Haechan menark jari telunjukku, dan menempelkannya di bibirnya. "Pakai bibirku saja."

Huh, bisa-bisanya dia seperti itu. Aku mencubit bibirnya seketika, dan ia mengaduh kesakitan lagi.

"Tanggung jawab! Bibirku sakit, kau harus menciumnya!"

Setelah beberapa jam berkarat di atas kursi pesawat, akhirnya aku sampai di rumah! Walaupun sempat kesulitan ketika keluar dari bandara dan Jisung merengek meminta makan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setelah beberapa jam berkarat di atas kursi pesawat, akhirnya aku sampai di rumah! Walaupun sempat kesulitan ketika keluar dari bandara dan Jisung merengek meminta makan. Memang dasar maknae yang satu itu!

Haechan memasuki kamarku, dan duduk di atas kasur. Menatapku yang tengah merapikan pakaian dari koper ke lemari pakaian.

"Kau lelah?" tanyanya padaku. Seharusnya aku yang menanyakan itu padamu. Lihatlah matamu itu, seperti panda yang menggemaskan!

"Aku tak lelah. Seharusnya aku yang menanyakan itu padamu. Kau adalah fullsun-ku, yang memberiku energi dengan sinar mataharimu." balasku.

Huh, aku bicara apa? Kalimat itu langsung terlintas di otakku! Dia baper, aku tidak akan bertanggungjawab!

Mendengar suara kasur yang bergerak, dan tanganku ditarik olehnya. Mendekap tubuhku di dalam pelukannya. Tercium aroma parfum khas miliknya, dan mungkin lelaki ini terbawa perasaan dengan kalimatku tadi?

"Sebenarnya ada suatu hal yang mengganjal di hatiku. Aku berpikir, jika aku tak bisa selalu bersinar seperti yang penggemar bayangkan. Namun aku sadar, dengan sinar matahariku aku dapat memberikan energi bagi mereka."

"Terima kasih, aku tak salah memilihmu."

oH mY GoD pLeasE heLp mE

Haechan melepaskan pelukannya, dan mendekatkan wajahnya hendak menciumku. Dengan segera aku menutup bibirku dengan telapak tanganku, sehingga ia mencium punggung tanganku.

Walaupun Haechan menciumku secara tak langsung, itu membuat pipiku memanas!

"Astaghfirullah. Heh! Heh! Heh! Lepas! Ayah nikahin kalian berdua nanti!"

Aku tak sadar jika ayah berada di depan kamarku-memekik layaknya seorang gadis ketika melihatku dengan Haechan. Spontan aku mendorong tubuhnya hingga menjauh dariku, dan menyuruhnya untuk keluar. Tetapi yang ada Haechan menarik tanganku dan keluar dari kamar.

Mendorongku hingga duduk di sofa, bergabung dengan Chenle dan Jisung. Ayah masih melototiku dan dengan tampang polosnya Jisung bertanya,

"Ada apa paman?"

"Mereka berdua berciuman tak langsung dan paman akan menikahkan mereka!"

"Oh, Haechan hyung secara langsung pernah mencium bibir noona sewaktu kita berangkat ke Indonesia. Dan bukan sekali saja."

Lalu......

"Aw! Aw! Aw! Iya-iya paman! Aduh sakit telingakuu!" Kasihan sekali telinganya, ditarik oleh ayah hingga Haechan mengaduh kesakitan. Ayah melepaskannya, dan Haechan mengusap telinga kirinya yang menjadi korban.

"Kau aku restui jadi menantuku. Nggak tahu lagi kalau orangtuamu bagaimana tanggapannya. Hehe, jaga baik-baik! Awas kau jika membuat Hana menangis, akan kunikahkan kau!" ancam ayah dan pergi meninggalkan Haechan. Mamah yang berada di dapur hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Pegang janjiku, aku akan bersamamu. Aku tak akan berganti pasangan, dan kau yang kupunya."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Husband [Haechan NCT]✔Where stories live. Discover now