sembilan

208 18 10
                                    

Floopy pov 

Jarum jam dinding antik sudah menunjukan jam 8 pagi. Semua orang sudah terbangun. Padahal masih pagi banget, mereka pada rajin banget bangun pagi-pagi.

Tetapi hanya diriku yang masih menggeliat di kasur. Soalnya masih enak tidur. Apalagi kondisi disini dingin, floopy masih pengen selimutan.

Aku mencoba menjaga tidurku supaya tidak ada yang menggangu tidurku.

Tetapi kudengar seseorang memasuki kamarku. Derap langkahnya membuatku penasaran. Siapa sebenarnya orang itu. Tapi yang pasti orang itu adalah orang yang kukenal. Tak mungkin orang lain.

Derap langkah orang itu berhenti seketika, disertai oleh kecupan manis di bibirku.

Aku sangat kaget, karena benda kenyal beradu dengan bibirku tapi aku harus melanjutkan akting tidurku.

"Ehmp.. hyung" kubuka mataku karena tak tahan lagi dengan semua ini. Lumatannya semakin lama semakin merajalela, jadi aku terpaksa bangun dari tidur bohonganku.

"Makanya, kamu bangun floopy" ia sedikit berbicara lalu mengelus surai rambutku.

"Berhenti menciumku hyung" aku sedikit mendorongnya. "Dasar jimin hyung byuntae" lalu sebuah jam tangan dari bahan kulit terikat pas di pergelangan tanganku. "apa ini hyung?"

"Jam tangan yang disertai gps, jadi kalau kau coba kabur lagi. Hyung tidak segan-segan akan mengurungmu" aku tak berkutip lagi, hanya saja aku memicingkan mataku pada jimin hyung. "Dan menerkammu sampai kau tidak bisa berjalan" kata terakhirnya semakin membuatku pingsan.

"Aish, memangnya aku anak anjing. Hyung memang byuntae" kataku padanya yang membuat ia agak kaget, dengan perkataan kasarku.

"Pokoknya kau harus menurut, selagi hpmu disita. Oh iya, jam tangan ini juga bisa buat telepon kalo kamu lagi tersesat bisa telepon hyung" jimin hyung menjelaskannya panjang lebar padaku. Tapi hanya sedikit saja yang dapat kuingat.

"Hmmm" jawabku singkat.

.
.
.
.

Taehyung pov

Hari ini kami ada konser di daegu. Segala penata rias kami berdatangan untuk mendandani kami. Semuanya sedang melakukan tugasnya sebagai penata rias.

Salah satu penata rias rambut jimin membawa anaknya, aku yakin dia seumuran floopy. Tapi badannya agak besaran anak penata rias itu.

Kulihat saat ini ia sedang berkenalan. Kuharap mereka dapat berteman baik.

"Hai namaku han jo-bum, namamu siapa?" Tanya jo-bum sambil menjulurkan tanganya dan menyenggol bahu floopy.

Sontak gerakan itu membuat floopy tersadar dan menjulurkan tangannya untuk saling berkenalan.

"Park bo-ra imnida"

"Kau mau temanin aku main ps punya jimin hyung tidak" dia menawarkan bermain bersama dengan floopy.

"Ayo, tapi jangan curang ya" floopy mengiyakan perkataannya anak tersebut.

"Ya sudah"

.
.
.
.

Jimin pov

Saat rambutku sedang dirapihkan penata rias. Kulihat dan kedengar sedikit pertikaian antara floopy dan anak penata rias tersebut. Aku agak sedikit malu, karena tak biasanya ia berantam. Apalagi ia berantam dengan salah satu anak penata riasku.

Kufokuskan retina mataku pada dua orang yang berada di depan playstationku. Dan ternyata benar, ia adalah floopy.

"Ya, kau seharusnya tidak menembakku dengan machine gun itu curang. Kan perjanjiannya hanya boleh dengan pistols atau rifles atau shootgun. Kau curang!!" kulihat floopy meneriaki anak penata rias rambutku. Mukanya sangat kesal dan marah. Tak pernah kulihat floopy semarah ini.

"Biarin, wlee. Siapa suruh kau kelamaan. lagi pula suka-sukaku dong. Kau memang siapanya jimin hyung, adeknya saja bukan" ia sedikit menahan amarahnya sedikit, namun perkataannya anak tersebut membuat floopy terlihat kesal.

.
.
.
.

Floopy pov

Aku tak bisa menahan amarah lagi. Kepalaku sudah sangat panas. Rasanya emosiku sudah tak tertahankan lagi. Kulayangkan satu tinjuan keras ke arah mukanya.

Tak kupedulikan imageku di depan semua orang. Hanya kemarahan saja kini yang ada di otakku. Baru kuketahui anak bocah seperti dia, dapat berkata kasar seperti itu.

Tak kubiarkan orang menginjak harga diriku, aku sangat kesal dengan orang seperti ini. Ia merasa seperti orang besar yang bisa menginjak harga diri orang seenaknya.

"Rasakan itu, dasar bodoh" kumaki-maki dan kuberikan tinju kepada dia supaya dia mengetahui sopan santun sedikit.

Lalu dia membalas pukulanku. "Sial" bibirku mendapat bogeman keras. Kucium bau anyir di mukaku. Kurasakan rasa darah di lidahku.

Jimin hyung menghampiriku. Dia terlihat sangat marah besar padaku. Spertinya aku tau apa yang akan ia lakukan. Benar saja, ia langsung marah besar padaku.

"Berhenti floopy, apa yang kau lakukan. Kenapa kau memukul han jo-bum dia tidak salah apa-apa"

"Maksud hyung apa, kenapa hyung membela han jo-bum. Jelas-jelas dia yang salah" bentakku yang membuat jimin hyung semakin marah padaku.

Pasti hyung kaget dengan perlawananku saat ini. Tapi sekarang dia harus tau bahwa aku tidaklah salah, melainkan jo-bum lah yang salah.

"Diam kau, sudah cukup floopy kau bukan floopy yang kukenal. Hyung tidak pernah mengharapkan sikapmu yang seperti ini" mataku mulai melemah, tak bisa lagi kubendung air mataku.

Kubiarkan setiap tetes air mata jatuh melewati pipiku. Tak terpikir olehku untuk menyeka air mataku. Rasa sakit terus menyeruak di dalam hatiku.

"Apa yang hyung katakan? hiks....."

"Ada apa ini, kenapa kalian ribut-ribut" jungkook hyung dan suga hyung datang memotong pembicaraan kami.

"Jika hyung tidak ingin memiliki sikapku yang seperti ini, aku akan pergi dari sini" aku pergi meninggalkan mereka semua. Dan aku mendengar bahwa jimin hyung berkata untuk tidak mengejarku. Dia bilang bahwa aku nanti juga akan pulang.

.
.
.
.

Aku berjalan di pinggiran jalan. Seandainya aku punya teman di sekitar sini. Tapi keluar dorm saja aku tak pernah, apalagi punya teman di sekitar sini.

Bagaimana ini? Aku harus berada di tempat yang terang. Sebentar lagi matahari akan terbenam.

"Sepertinya ada restaurant 24 jam disana, bagaimana kalau aku berlindung disana" kuberjalan menuju restaurant teesebut. Dan berharap bisa berlindung dari gelapnya malam disana.

.
.
.
.

Jimin pov

Kami sudah menyelesaikan konser kami di daegu. Sekarang Sudah jam 10, kulihat kasur tempat floopy berbaring. Tidak ada orang yang biasa terbaring disana. Aku mulai mencemasinya.

"Dimana anak ini, sudah jam 10 kok belum pulang ya" pikirku aaat melihat jarum jam menunjukan angka 10.

"Jin hyung, floopy belum pulang"

"Floopy, dimana kau sebenarnya. Apa yang kau lakukan jimin?" Jin hyung mulai menunjukan muka mencemaskan lagi. Ini sudah kesekian kalinya.

"jadi hyung tadi siang...." aku mulai menceritakan kejadian tadi siang.

"Dasar bodoh, apa yang kau kenapa kau bicarakan hal itu pada floopy. Omonganmu itu sangat kasar bagi hati jimin, cepat cari dia"

"Baik, hyung"

.
.
.
.
.
.

Voment dan follownya ditunggu ya.
Mau nanya, mau sampe episode berapa?
Lanjut gak?
Kalo lanjut comment ya.
Jangan lupa follow biar bisa buka chapter genapnya.

#capek
#maubikinceritabaru

Oh, iya jangan lupa baca ceritaku yang lain ya.
Semoga ceritanya dapat menghibur.

BTS WITH THE PHOBIA Where stories live. Discover now