dua puluh enam : kebenaran terungkap

152 6 0
                                    

Jangan mengcopy cerita ini!!
Sangat susah membuatnya.
Tolong hargai cerita ini.
Vote dan comment tidak membuat anda jatuh miskin.

Cash : hanya milik tuhan semata. Saya hanya pinjam saja.

Menuju b x b, yaoi, yadong. 🔞🔞

































Jimin pov

Hari ini aku berniat membawa floopy bertemu keluargaku. Saat sampai di rumahku yang berada di daegu. Oemmaku mengajaku makan malam bersama dengan floopy. Sedangkan floopy hanya pasrah saja.

Kami duduk berempat sambil berhadap-hadapan. Aku duduk disamping floopy, sedangkan oemma dan appaku berada di seberang.

"Annyeong ahjuma, ahjussi" floopy menundukan kepalanya.

"Oh annyeong, siapa namamu? Kau tampak mirip.....oh tidak-tidak" tanya appaku pada floopy. Muka appa tampak seperti mencoba mengingat sesuatu.

"Je ireumun Park bo-ra imnida ahjussi" ia mengenalkan dirinya dengan sangat sopan.

"Haaa...." teriakan kaget dari mulut oemmaku sontak membuat floopy dan aku kaget.

"Ada apa oemma?" tanyaku.

"Tidak....park jimin" jawab appaku, yang semakin membuatku ragu.

"Apa ada yang kalian sembunyikan?" suaraku kini mulai menajam. Dan mataku menatap intens pada kedua orang di hadapanku.

"Tidak ada" jawab eommaku. "Apa kau benar Park bo-ra dari panti asuhan itu??"

"Ne, dari mana kalian tau??" jawab floopy yang membuatnya semakin bingung.

"Jangan berbelit-belit eomma. Katakan!!!" suaraku meninggi, membuat floopy menggenggam tanganku erat. Mengisyaratkanku untuk bersabar.

"Jika benar kamu Park bo-ra......" eomma menggantung omongannya.

"Sudah katakan saja, sudah saatnya park jimin tau semua ini" jawab appaku. Sedangkan floopy masih diam kebingungan.

"Soal adikmu sebenarnya....ia tidak meninggal karena kanker" eomma berkata pelan.

"Maksud oemma apa?"

"Oemma dan appa menaruhnya di panti asuhan karena waktu itu kami sedang krisis uang karena perusahaan elektronik dan perusahaan meubel ayahmu hampir bankrut dan kami tidak punya uang untuk biaya perawatan park bora. Jadi kami menaruhnya di panti asuhan, sewaktu kami ingin kembali tetapi ia sudah di asuh oleh orang lain" hal itu membuatku sakit, kenapa mereka tega sekali.

"Apakah benar oemma? apakah park bo-ra adalah adikku? Jawab oemma, appa" aku sangat marah mendengarnya dan park bo-ra kini sedang termenung mendengar semua perkataan oemmaku. "Floopy, katamu oemma dan appamu sudah...."

"Meninggal karena kecelakaan pesawat" sambung appa dan eomma serentak. Dan floopy hanya terdiam kaku sambil menangis tak bersuara.

"Darimana appa tau?"

"Karena appa yang bilang kepada pengurus panti asuhan itu jika kami tidak kembali. Supaya park bo-ra tidak mencari kami" appa berkata pelan dan mengambil sebuah foto bayi yang di bahunya terdapat pulau kecil berwarna hitam sebagai tanda lahir. "Lihat ini, jika benar berarti dia memilikinya" appa menarik lengan baju milik floopy sampai bahunya terekspose. Dan benar saja, nampak sebuah tanda lahir yang sama.

"Hiks....hiks... selama ini kalian. Sedangkan aku yang membutuhkan kasih sayang, kalian buang sia-sia begitu saja" suara parau floopy menggema di tengah keheningan ruang makan yang terbilang besar.

"Tenanglah floopy" aku memeluk tubuhnya yang bergetar.

"Bagaimana aku bisa tenang hyung, dua orang ini sudah membuangku di panti asuhan. Selama di panti asuhan aku membutuhkan mereka. Tetapi mereka malah membuangku" matanya mulai dipenuhi oleh air mata. Kepalanya mulai tertunduk menjatuhkan setiap buliran air matanya.

"Maafkan oemma dan appamu bo-ra. Kami sangat menyesal menaruhmu di pan.."

"Diam aku tidak membutuhkan penjelasan kalian" floopy melangkahkan kakinya dari meja makan. Kukejar ia dan kutarik ia kedalam pelukanku.

"Floopy, kau harus bisa menerima ini. Jika kau tidak bisa menerima ini, terimalah pelan-pelan. Oemma dan appa kan sudah menjelaskannya. Hyung juga kaget mendengarnya. Tapi tolong terimalah kenyataannya floopy" kataku pelan mencoba membuatnya menerima semua ini. "Hyung sangat menyayangimu, berarti perasaan hyung padamu selama ini benar. Pantas hyung sudah menganggapmu seperti adik sendiri"

Perkataanku membuat floopy terdiam sejenak dan berpikir.

"Hiks...hikss.....mereka jahat hyung. Floopy sangat membutuhkan mereka pada waktu itu, tapi kenapa mereka membuangku" floopy kembali memelukku erat.

"Sudah, mereka tidak membuangmu. Mereka hanya me..ni..tip..kanmu saja floopy. Ayo kita masuk kedalam bukannya kau takut pada malam hari"

"Ne, ne hyung. Tapi aku saat ini tidak ingin melihat mereka"

"Baiklah, kau bisa tidur-tiduran di kamar hyung. Nanti hyung bawakan makanan"

"Baik hyung, dan satu lagi hyung"

Cup~

"Gomawo hyung" tak biasanya floopy menciumku. Kupikir sepertinya dia mulai mengangapku sebagai hyung kandungnya. Sepertinya yang lain pasti kaget mendengar berita ini.

.
.
.
.



























"Floopy" kubawakan dua mangkok nasi beserta lauk pauknya. Aku mengantarnya ke kamar karena ia belum kunjung mau untuk melihat mereka.

"Masuk hyung" katanya dari dalam.

"Ini hyung bawakan makanan. Kau makan ya floopy atau mau disuapin" aku memberikan pilihan pada floopy.

"Floopy mau disuapin hyung"

"Baiklah, dokter kecil yang manja"

"Ah hyungie. Kau yang memberikanku pilihan"

"Hehehe, iya ya. Aaa..... buka mulutmu yang lebar floopy"

"Ne hyung"

.




















Saat selesai makan, floopy bertanya padaku.

"Hyung, boleh pinjam hpnya hyung tidak?"

"Boleh, buat apa memangnya?" aku memberikannya pada floopy.

"Hanya bermain sebentar, ini hyung. Hyung ayo kita battle, hyung terorist atau counter terorist"

"Memang bisa berdua?"

"Bisa hyung, kan ini permainan online"

"Hyung pilih terorist, hyung akan mengalahkanmu. Yang kalah harus menuruti permintaan yang menang selama satu minggu"

"Ayo"

.
.






















"Ah, hyung. Kok hyung bisa menang sih. Biasanya floopy selalu menang" dia tampak tidak terima atas kekalahannya.

"Kau masih ingatkan floopy perjanjiannya" floopy memutarkan bola matanya.

"Masih hyung" jawabnya malas.

BTS WITH THE PHOBIA Where stories live. Discover now