Say Yes | 5

781 106 9
                                    

Sudah beberapa hari ini Jin Young sang kekasih sulit untuk di hubungi. Sana tahu karena pekerjaan Jin Young sebagai pembawa berita membuatnya sibuk meskipun hanya untuk memberi kabar pada Sana.(?)

"Aku kemari hanya untuk menanyakan apakah ada penerimaan pembawa berita baru." ucap Sana pada dirinya sendiri. "Ya, aku hanya akan bertanya seperti itu. Kalau bertemu dengannya itu akan lebih bagus."

Tepat setelah langkah pertamanya, Sana kembali terdiam ragu dengan tindakannya. "Tidak, bagaimana jika rekan kerja Jin Young melihat dan mengetahui hubungan kita. Aku tidak boleh membuatnya merasa tidak nyaman." Sana membalikan badannya berniat untuk pergi.

Tapi kemudian, "Tapi karena aku sudah di sini, lebih baik aku masuk." ucapnya tersenyum geli. Rasa rindunya pada Jin Young tidak bisa tertahan lagi.

Sana dan Jin Young berasal dari fakultas yang sama dan mereka sudah bersama sejak semester terakhir karena Jin Young yang mengatakan perasaannya pada Sana. Setelah lulus dengan tidak beruntungnya Sana belum bisa mewujudkan impiannya sebagai pembawa berita, sedangkan Jin Young yang berasal dari keluarga berada dapat dengan mudah masuk dan menjadi pembawa berita seperti sekarang.

Sana sendiri yang meminta untuk menyembunyikan hubungan mereka dari siapapun di wilayah kerja Jin Young karena ia tidak mau rekan kerjanya merendahkan Jin Young karena yeochinnya yang belum memiliki pekerjaan tetap. Itu akan membuatnya malu.

Sana berjalan masuk, matanya membulat kagum begitu melihat keadaan sekitarnya. Ia bertanya kapan dirinya akan bekerja di tempat besar seperti ini. Matanya seperti cctv yang mengawasi setiap sudut, ia melihat segalanya yang ada disana sembari tersenyum.

Mata Sana behenti pada seseorang yang baru saja keluar dari dalam lift, senyumnya melengkung kebawah. Ia sangat mengetahui sosok yang dilihatnya meskipun dari belakang. Ia sedang merangkul seorang yeoja dan tertawa bersamanya. Yeoja yang bersamanya itu dengan manja melengkungkan lengannya pada Jin Young.

Tunggu, Sana mengenal yeoja itu. Ia menyipitkan matanya untuk memastikan. "Nayeon, eonni? Nayeon eonni!" panggil Sana.

Yang terpanggil menghentikan langkahnya. Ia dan Jin Young balikan badannya dan melihat Sana yang berdiri terdiam dan memperhatikan mereka. Tampak raut wajah terkejut pada keduanya, dengan cepat mereka melepaskan rangkulan dan genggaman tangannya.

"Sana-ya," ucap Nayeon begitu Sana mendekat ke arah mereka.

"Jelaskan! Apa yang terjadi." ucap Sana to the point begitu sampai di hadapan Jin Young dan Nayeon.

"Nayeon-ah, kau sebaiknya pergi dulu. Tunggu aku di mobil." ucap Jin Young sedikit berbisik pada Nayeon.

"Tapi, Jin Young-ah." ucap Nayeon merasa tidak enak pada Sana.

Sana tidak peduli dengan Nayeon, pandangannya lurus menatap Jin Young tajam. Setelah Nayeon meninggalkan mereka kini hanya ada Jin Young dan Sana disana. Sana masih menatap Jin Young untuk meminta penjelasan.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan." ucap Jin Young pada Sana.

"Aku kemari dan memergokimu bersama wanita lain. Tidak ada yang perlu dijelaskan!?" ucap Sana geram.

"Ini bukan seperti yang kau pikirkan, Sana-ya." elak Jin Young.

"Lalu apa?"

"Yang penting adalah aku masih sangat mencintaimu. Aku mungkin telah melakukan kesalahan, tapi perasaanku padamu tidak akan pernah berubah. Itulah yang terpenting."

"Sudah berapa kali? Sudah berapa lama!?"

"Kau tidak akan percaya kalau ini yang pertama kalinya, kau akan terluka jika aku mengatakannya. Jadi mengapa kau menanyakan hal seperti ini?"

"Aku tahu ada yang salah padamu semenjak beberapa minggu ini. Tanggapanmu perlahan mulai terasa, kau membalas pesanku begitu lama, kursi yang biasa aku duduki di mobilmu terasa berbeda, dan kenyataannya kau telah berubah dan selingkuh? Asal kau tahu kau itu tukang selingkuh yang menyebalkan. Tapi yang lebih menyebalkan lagi, aku mengetahui itu tapi berlagak pura-pura tidak tahu. Mengapa aku mau saja di tipu olehmu?"

"Sana-ya, jangan seperti ini. Baiklah, aku mengaku jika aku salah. Aku mengakui dan tidak akan pernah melakukannya lagi. Aku bersumpah." ucap Jin Young menaikkan tangannya.

"Apa ini lelucon untukmu?"

"Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Cobalah untuk serius dan berkata jujur, brengsek!" kini mata Sana mulai memanas, pandangannya mulai kabur akibat air mata yang membendung.

"Kau menyalahkan aku dengan semua ini? Bagaimana denganmu? Kau selalu saja sibuk bekerja dan belajar menyiapkan ujian bodoh itu. Kau tidak ada waktu untuk bersamaku. Aku jenuh! Kau seharusnya memikirkanku juga, sudahlah aku susah meminta maaf dan mengatakan aku tidak akan melakukannya, bukan? Aku tidak akan pernah melakukannya lagi."

Plakk,
Satu tamparan mendarat di pipi mulus Jin Young.

"Bodoh? Dengan kata lain kau mengatakan segala usaha yang aku kerjakan itu tidak berguna? Aku tidak sepertimu yang memiliki segalanya! Kau mengatakan bahwa kau tidak akan mengulangnya, tapi mengapa yang aku rasakan kau akan mencoba untuk tidak tertangkap lagi. Kau akan menjadi lebih berhati-hati ketika sudah pernah menipu, brengsek!" kini amarah Sana mulai memuncak, ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan Jin Young. Ia harus menahannya sampai semua ini selesai.

"Lalu apa? Apa hubungan kita berakhir?"

"Ne, dan aku akan mengatakannya tepat si hadapanmu sekarang. Kau pria bajingan yang sudah beraninya menipuku, aku harap kau dan dia tidak akan bahagia. Tidak, aku berharap segala hubungan yang ingin kau coba kau tidak akan pernah berhasil. Kita cukup sampai disini." ucap Sana.

Ia membalikkan badannya dan pergi menjauhi Jin Young yang menatapnya. Kini air matanya tumpah tidak bisa tertahankan lagi. Air matanya menetes semakin banyak begitu ia berjalan semakin jauh dari Jin Young.

Sana sudah merasa seperti orang bodoh yang tertipu begitu saja dengan namja yang sudah bersamanya selama ini. Sungguh percuma saja Sana mencintainya tapi tak di cintai. Gerak tubuh Jin Young seolah berkata, tak cinta pada Sana dan tak suka padanya. Sana rasa ini keputusannya yang terbaik.

****
"Apa kabar, Jeon Jungkook?"

Jungkook terdiam. Apa yang dilihatnya kini adalah Ji Eun yang sedang menatap padanya. Tatapan sama yang membuat Jungkook jatuh hati untuk pertama kalinya.

"Jadi ini barangmu? Aku akan menyimpannya disini." ucap Jungkook menyimpan kotak besar yang sedari tadi ia bawa.

"Mengapa kau tidak membalas pesanku dan mengangkat panggilanku?" tanya Ji Eun.

"Tolong tanda tangan disini." ucap Jungkook menghiraukan pertanyaan Ji Eun seraya menyodorkan secarik kertas untuk di tanda tangani Ji Eun.

Ji Eun menandatangani suratnya. Begitu selesai, Jungkook yang hendak pergi di tahan olehnya. "Jungkook-ah," panggil Ji Eun.

Langkah kaki Jungkook terhenti. "Apa kau akan menghiraukanku begitu saja?" tanya Ji Eun.

Jungkook terdiam, ia tidak mampu mengatakan apapun. Sebenarnya banyak pertanyaan yang ada di benak Jungkook, ingin rasanya ia melontarkan pernyataan itu pada Ji Eun tepat di hadapanya. Tapi ia takut.

Jungkook mungkin akan marah pada Ji Eun. Tapi untuk membencinya Jungkook takut ia tidak bisa, ia pernah mencintai Ji Eun saat itu. Belum Jungkook menjawab pertanyaan Ji Eun, ponselnya berbunyi. Dengan cepat ia mengangkat panggilannya begitu tertera nama Sana di layarnya.

"Yeoboseyo? Yaa! Sana-ya, mengapa kau menangis? Apa ada sesuatu yang terjadi? Dimana kau sekarang? Eung arraseo tunggulah, aku akan segera kesana." ucap Jungkook terlihat panik.

"Kau masih bersamanya? Sana? Haha wah persahabatan kalian begitu erat. Apa selama ini dia masih tetap menyusahkanmu? Mengikutimu kemanapun, dan ikut campur urusanmu? Apa dia masih tetap sama? Sama seperti saat ia ikut campur dalam hubungan kita." ucap Ji Eun, Jungkook mutar kepalanya menatap Ji Eun. Ia tidak suka Ji Eun mengatakan hal buruk tentang Sana.

"Setidaknya dia tidak pernah meninggalkanku." ucap Jungkook membuat Ji Eun kalah telak, dan pergi.

🚙To be continued 💨
Votemment chuseyo 🙏

SAY YES (Completed)Where stories live. Discover now