Say Yes | 10

731 92 14
                                    

Gelisah. Sedari tadi Sana tidak bisa berhenti menggerakan kakinya. Duduknya seolah menjadi perkara, Sana tidak bisa menemukan posisi yang nyaman, keringat dingin sudah mulai menetes dari pelipisnya.

Suara jarum jam yang berjalan setiap detiknya menghantui Sana mereka seolah berbicara pada Sana bahwa ia harus menderita lebih lama lagi. Sana tidak bisa menahannya lagi, tangan Sana menyentuh perutnya yang sedari tadi menimbulkan kekacauan. Tangannya yang lain menggenggam pulpen begitu erat sampai mau patah rasanya.

'Ishhh jinjja! Mengapa juga pagi tadi aku harus memakan kimchi itu? Ahh perutku..' pekik Sana pada dirinya sendiri.

"Kau yang disana!" ucap pengawas yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Sana.

"Ne?" jawab Sana, ia terlihat sangat menahannya.

"Saya perhatikan sedari tadi kau tidak bisa berhenti menggerakan kakimu. Kau bisa menggangu yang lain. Ada masalah?" tanyanya.

"Ahh tidak, joesonghamnida." ucap Sana.

Sana mencoba untuk menjadi lebih tenang, ia menarik nafasnya dalam dan melanjutkan menjawab pertanyaan di hadapannya.

Tidak bisa.

Fokus Sana buyar. Soal-soal ujian dihadapannya kini seolah mempermainkan Sana dengan kata-kata yang membingungkannya. 'Sejarah? Pertanyaan apa ini?! Sulit sekali! Di saat seperti ini!'

"Cheogiyo! Jika kau terus bergerak seperti itu aku akan menganggapmu melakukan kecurangan dan mengambil lembar jawabanmu." ucap pengawas memberi peringatan kedua.

"Ahhh, ne." ucap Sana. 'Ahhh persetan dengan soal-soal ini! Aku tidak bisa menahannya.'

"Cheogiyo," Sana mengangkat tangannya. "Bolehkah saya keluar?" tanya Sana seraya memegang perutnya.

"Apa kau yakin?" tanya pengawas. "Karena jika kau sudah keluar, kau tidak diperbolehkan masuk kembali." sambungnya.

Sana sesaat ragu dengan apa yang harus ia lakukan, ujian ini yang menentukan hidupnya. Ia sudah mempersiapkannya dari jauh hari. Tapi keadaan saat ini membuatnya tidak ada pilihan.

"Ne." ucap Sana mantap. Ia segera berlari keluar menuju toilet, untuk mengurus masalah pribadinya.

Setelah semuanya selesai Sana tidak langsung keluar dari bilik toilet yang ia tempati. Ia duduk di atas closet dan meratapi apa yang sudah terjadi padanya.

Matanya memanas menahan air mata. Ingin rasanya ia menangis sekencang-kencangnya, semua yang dialami Sana begitu saja terjadi tanpa persiapan. Ia terlalu takut dan lemah, tapi apa yang bisa ia lakukan? Segala usahanya hanya menimbulkan hasil yang tidak sesuai harapannya. Terlebih, kali ini terjadi akibat kebodohannya sendiri.

Sana berjalan gontai begitu keluar dari gedung tempat ujian. Semuanya kacau, ia harus menunggu tahun berikutnya untuk mengikuti hal yang sama. Sana menghela nafasnya lemah, ia tidak ada di mood yang baik kali ini.

"Omo! Aku melupakan sesuatu." ucap Sana menghentikan langkahnya. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jarum jam sudah menunjukan pukul 14.30 sekarang. "Byeongari!" ucap Sana teringat janjinya, ia dengan segera berlari ke halte bus untuk menuju lokasi dimana dirinya dan Seonho akan bertemu.

****
Dari dalam kereta yang sedang melaju cepat menuju Seoul, Jungkook menatap sendu keluar jendela. Ia sedang dalam perjalanan untuk kembali setelah menyapa eommanya dan bertemu appanya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SAY YES (Completed)Where stories live. Discover now