Say Yes | 19

982 94 14
                                    

Perlahan Jungkook membuka matanya, kepalanya masih sedikit terasa pening. Hal seperti ini sudah lama tidak terjadi padanya, dahulu karena dirinya yang selalu berolahraga membuat sistem imunnya begitu kuat. Tapi sekarang, waktu berolahraga terganti begitu saja karena pekerjaannya untuk mencari uang.

Jungkook bangun seraya memegang kepalanya yang terasa berat. Ia melihat sekelilinya, tidak ada siapapun disana. Matanya menangkap jam bulat yang menggantung di dinding telah menunjukan pukul 8 malam, matanya terbelalak ketika ia mengingat janjinya untuk berkencan bersama Sana.

"Mwoya?! Apa aku melewatkannya?" ucap Jungkook. Dengan segera ia bangkit dari posisinya dan berlari keluar kamar. Ia melihat ke luar jendela, sudah gelap. Bulan sudah mengambil alih menggantikan matahari. "Ahhhh apa yang sudah aku lakukan?" rutuk Jungkook mengacak rambutnya frustasi.

Klek,
"O, kau sudah bangun?" ucap Sana yang baru saja masuk dengan sebuah panci berisi bubur hangat di tangannya.

"Kau tidak membangunkanku?" tanya Jungkook sedikit kesal.

Sana tidak menggubrisnya, ia hanya sedang sibuk menyimpan pancinya di meja makan dan menuangkan ke dalam mangkuk lalu mendinginkannya untuk Jungkook.

"Aku bilang kau harus membangunkanku setelah 15 menit." ujar Jungkook kesal sendiri. Sana menghentikan tangannya yang sedang sibuk lalu menatap Jungkook dingin.

"Makanlah." ucapnya singkat. Jungkook terheran, ia baru saja marah pada Sana. Tapi yang Sana katakan hanyalah menyuruhnya makan seolah dia tidak peduli, dan yang lebih anehnya Jungkook tidak mengelak dan menuruti perkataan Sana.

Ia menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Sana. "Tapi ini kencan pertama kita." ucapnya kecewa.

"Kau bahkan tidak bisa memakan obat. Setidaknya jaga tubuhmu baik-baik. Chaa, makanlah agar kau merasa lebih baik." ucap Sana memberikan sendok pada Jungkook.

Jungkook terdiam, ia menatap Sana heran. Sana tidak menjawab setiap pernyataan kecewa Jungkook yang sedari tadi ia ucapkan. "Mian, apa aku baru saja membuatmu mengurangi rasa kepercayaanmu padaku?" tanya Jungkook, kali ini Sana mendengarkannya seraya menatap Jungkook.

"Jungkook-ah," panggil Sana menyatukan kedua tangannya di atas meja sejajar dengan dadanya. "Masih ada hari esok, mengapa kau begitu terburu-buru. Sekarang kau harus membuat kondisimu membaik. Setidaknya makan dan beristirahatlah yang cukup, demammu cukup tinggi. Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Sana.

"Aku sudah baik-baik saja. Aku tidak mau tahu, besok adalah kencan sesungguhnya. Maaf membuatmu kecewa." ucap Jungkook memainkan sendoknya.

"Kau tidak membuatku kecewa, tapi berhentilah membuatku khawatir." ucap Sana membuat Jungkook menyunggingkan senyumnya. "Chaa, makanlah. Aku harus kembali ke kamar sebentar, aku lupa dengan samgyetang nya."

"Samgyetang?"

"Eung, aku sengaja membuatnya untukmu. Tunggu sebentar, aku akan segera kembali." ucap Sana tersenyum lebar lalu berlari kecil meninggalkan Jungkook.

Jungkook tersenyum ia tersentuh dengan Sana yang sangat memperhatikannya. Jika di ingat lagi, kapan terakhir kali Jungkook menyantap samgyetang itu sudah lama sekali. Meski rasanya mungkin tidak sama dengan buatan eomma nya, setidaknya itu bisa mengobati rindu Jungkook pada eommanya.

Tidak lama ponselnya berdering, Jungkook mencari dimana keberadaan ponselnya yang sejak tadi malam tidak di hiraukannya. Jungkook mendekati sumber suara yang ternyata berasal dari kamarnya, ia menemukan ponselnya yang tergeletak bebas di atas ranjangnya.

"Appa?" ucap Jungkook mengernyitkan keningnya heran. "Ini sudah panggilan yang kesekian kalinya sejak kemarin malam, apa yang ingin ia bicarakan?" Jungkook menekan tombol hijau untuk menjawabnya.

SAY YES (Completed)Where stories live. Discover now