Say Yes | 8

803 104 12
                                    

"Sana-ya!" panggil Jungkook saat melihat Sana yang baru saja pulang berjalan menuju flat.

"Apa kau akan mengabaikanku selamanya? Yakk, bukan aku yang menyuruhnya datang pagi ini. Aku tidak menghubunginya sama sekali. Kau tidak percaya padaku?" ucap Jungkook menyeimbangi langkahnya dengan Sana.

"Diamlah! Aku sedang berkonsentrasi." balas Sana dingin. Kali ini memang Sana sedang membaca rangkuman dari catatan kecilnya.

"Yak! Yakk~ Sana-ya, aku sungguh tidak menghubunginya. Dia menemukan alamatku dari atasan dimana tempatku bekerja. Dan," ucap Jungkook ragu. "Dan aku sudah memintanya untuk tidak menemuiku lagi."

Langkah Sana terhenti, pandangannya ia alihkan pada Jungkook yang menatapnya. "Jinjja? Kau sudah mengatakannya?" tanya Sana.

"Eung, aku mengatakannya tepat di hadapannya. Jadi sekarang sepertinya dia akan berhenti menemuiku. Aku yakin itu, bahkan aku sudah menghapus nomornya. Lihat." ucap Jungkook bangga menunjukan ponselnya. "Tidak ada bukan?"

"Jungkook-ah," panggil Sana.

"Ne?"

"Menurutmu... apa aku terlalu ikut campur dalam urusan pribadimu? Apa aku menyulitkanmu?" tanya Sana.

"Waeyo? Yak, mengapa kau mengatakan hal semacam itu?" ucap Jungkook heran.

"Ahh sudahlah, lupakan. Mulai sekarang aku tidak akan peduli lagi dengan siapa kau berkencan dan apapun yang kau lakukan. Lakukanlah semaumu. Kencanlah dengannya jika kau mau." ucap Sana melanjutkan langkahnya. Jungkook semakin bingung, sebenarnya apa yang ingin Sana coba sampaikan padanya?

"Sana-ya! Tunggu! Apa kau memaafkanku sekarang? Apa aku boleh berbicara denganmu?" desak Jungkook.

Sungguh Sana merasa terganggu, ia tidak bisa berkonsentrasi pada rangkumannya. "Yak! Bisakah kau berhenti? Aku tidak akan berbicara padamu jika kau terus mengusikku." bentak Sana.

"Ne~" jawab Jungkook singkat. "Tapi, Sana-ya. Perutku ini sangat lapar, tidak bisakah kau memasakan ramyeon untukku?" ucap Jungkook.

"Issh ini membuatku kesal, apa aku ini pesuruhmu? Yak! Aku mohon, aku sedang bersiap dengan ujianku. Bisakah kau memberiku waktu untuk sekedar belajar? Lagipula itu hanya ramyeon, kau bisa memasaknya sendiri!" ujar Sana meninggikan suaranya dan, Blamm! Ia menutup pintu kamarnya tidak membiarkan Jungkook masuk.

"Mwoya? Apa dia sedang datang bulan? Tapi seharusnya bukan sekarang." ujar Jungkook heran, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Sementara itu Sana,

"Mwoya ini? Mengapa aku merasa kesal pada Jungkook? Isshh biarlah. Kau sudah melakukan hal yang benar Sana-ya, biarlah dia mengurus hidupnya sendiri. Kau tidak perlu peduli dengan siapa yang di ajaknya berkencan. Lebih baik kau fokus pada ujianmu, sebentar lagi waktunya akan tiba. Fighting!" Ucap Sana menyemangati diri sendiri di balik pintu kamarnya.

****
Hari semakin gelap, entah mengapa Sana tidak pernah berniat untuk bangkit dari sofa berwarna peachnya dan mengalihkan pandangannya dari catatan kecil di hadapannya. Bukan hanya itu kini di hadapan Sana tepatnya di atas meja sudah tersusun beberapa buku tebal berisi contoh soal yang bisa saja di jadikan pengganjal pintu.

Sesekali Sana membenarkan kacamata bulat yang bertengger di hidungnya jika melorot. Entah mengapa ditengah-tengah belajarnya yang khidmat perut Sana bersorak sorai mengeluarkan suara yang menandakan bahwa saat ini ia perlu asupan.

"Ahh lihatlah sudah pukul berapa ini? Pantas saja kau sudah meraung meminta makanan. Mianhae, perut." ucap Sana mengelus perutnya sendiri.

Ia bangkit dan berjalan menuju lemari pendingin untuk melihat apa yang bisa ia makan. "Emmmh terlalu malas untuk memasak selarut ini." ucap Sana menutup kembali lemari pendinginnya.

SAY YES (Completed)Where stories live. Discover now