Absolutely Yes| 20

1.3K 97 22
                                    

"Samchon?"

Perlahan tuan Jeon membuka matanya, ia melihat sekelilingnya sebelum pada akhirnya kedua matanya menangkap sosok Jungkook dan Sana di sana. Dengan kondisinya yang lemah ia hanya tersenyum kecil.

"Samchon, gwaenchana?" tanya Sana khawatir, sementara Jungkook hanya diam menunggu jawaban tuan Jeon.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya tuan Jeon, senyumnya tetap disana. Menemani setiap perkataan yang kelar dari mulutnya. "Jungkook-ah?" sambungnya.

"Kalau begitu aku akan keluar sebentar." ucap Sana sebelum langkahnya terhenti tertahan oleh Jungkook. "Aku tidak akan kemana-mana, aku hanya akan memberikan waktu pada kalian berdua untuk berbicara." ucap Sana mengelus lengan Jungkook untuk meyakinkannya.

Setelah Sana pergi, hanya ada tuan Jeon dan Jungkook disana. Tuan Jeon berusaha membenarkan posisinya untuk duduk agar sejajar dengan Jungkook. Merasa ayahnya sedang kesusahan Jungkook dengan segera membantunya, tentu saja tuan Jeon merasa terkejut bercampur bahagia saat ini.

"Gomawo Jungkook-ah," ucap tuan Jeon. "Kau tidak duduk?" sambungnya.

Tanpa membalas perkataannya Jungkook dengan sendirinya mendekatkan kursi dan duduk di sebelah ranjang tuan Jeon. Terjadi keheningan setelahnya, tatapannya Jungkook sibuk menghadap ke lantai, tangannya sibuk memainkan kuku jari tangannya. Ia tidak berani menatap wajah ayahnya.

"Appa gwaenchana." ucap tuan Jeon. "Appa senang kau datang, apakah kau datang karena kau mengkhawatirkan appa?" Jungkook tidak menjawab. Lagi-lagi ia bertingkah seperti itu, tuan Jeon tidak peduli yang ia tahu sekarang ini anaknya datang hanya untuk menemuinya itu menandakam bahwa ia mengkhawatirkan dirinya. Tuan Jeon tersenyum kecil.

"Kau pasti marah padaku bukan? Lagi-lagi aku tidak memberitahumu tentang ini. Mianhae, appa hanya tidak mau kau mengkhawatirkanku." ucapnya tersenyum hangat seraya mengelus kepala Jungkook yang masih tertunduk.

"Ini tidak seberapa. Appa baik-baik saja. Hal seperti ini sudah sewajarnya terjadi mengingat umur appa yang tak lagi muda." sambungnya tertawa kecil. "Apa kau lapar? Kajja kita pulang, appa akan memasakanmu sesuatu yang lezat."

Jungkook tidak menjawab, posisinya masih tetap sama. Tidak lama punggungnya bergetar, suara isaknya terdengar, beberapa air mata kini sudah jatuh ke lantai. Ia menengadahkan kepalanya, menatap ayahnya yang terlihat pucat dan lemah tetapi tersenyum hangat padanya.

"Apa kau akan seperti ini terus?" tanya Jungkook seraya terisak.

Tuan Jeon terdiam, senyumnya perlahan hilang melihat anaknya menangis di hadapannya. "Jungkook-ah?"

"Apa aku ini masih anakmu? Mengapa kau tidak mengatakan apapun tentang ini semua? Hanya kau yang aku miliki sekarang ini, bisakah kau tidak membuatku merasa ketakutan? Jebal, jangan sakit appa." ucap Jungkook, air mata sudah membasahi pipinya selama berbicara.

Tuan Jeon terdiam, ia tahu anaknya ini sangat mengkhawatirkannya. Dengan cepat dan jantan tuan Jeon menarik Putra satu-satunya ini ke dalam pelukannya."Arraseo, appa mianhae. Mulai sekarang appa akan mengatakan semuanya padamu. Appa tidak akan membuatmu ketakutan lagi. Appa mianhae." ucapnya menepuk-nepuk pundak Jungkook. Setelah cukup tenang pelukannya terlepas, tuan Jeon tersenyum bahagia sambil menatap Jungkook.

"Geurigo, berhentilah mengirimiku uang, aku di Seol bekerja. Simpan saja uangmu dan perhatikan kesehatanmu, aku akan menambahkannya padamu setiap bulannya." ucap Jungkook.

"Itu bahkan tidak seberapa." ucap tuan Jeon.

"Jika aku bilang tidak perlu kau hanya harus tidak melakukannya." balas Jungkook kembali keras kepala. "Dan, aku mau samgyetang buatanmu. Seharusnya aku mendapatkannya sebelum kemari dan hari ini seharusnya menjadi hari spesial buatku, kau harus membayarnya."

SAY YES (Completed)Where stories live. Discover now