Prolog

39.3K 1.1K 21
                                    

Sorry, aku ganti prolognya karena menurutku prolog sebelumnya kurang pas, trus gak buat penasaran. Jadi, aku ngerasa gak aku banget, hehe. Semoga suka sama prolog yang ini :*

Oh, yaa, bagi yang belum baca Be My Star baca yaa. #promosi hehe.

+++

Aku kembali mengecek tanggal dikalender, tanggal hari ini yang sudah ditandai dengan spidol merah. Tak terasa ini sudah yang kelima tahun sejak aku pacaran dengannya pertama kalinya.

Ah, dia, memikirkannya sudah membuatku ingin menangis sekaligus tersenyum. Andai saja dia berada di sini.

Tapi, nyatanya dia tak pernah ada. Dia tak pernah muncul lagi semenjak kejadian itu.

Dia menghilang.

Bahkan banyak yang bilang dia sudah pergi jauh dan gak mungkin terjangkau lagi, tapi entah mengapa hati ini masih ngotot untuk mencintainya hingga hari ini.

Setelah merenung cukup lama, ku alihkan pandanganku ke arah cermin. Sekarang aku sudah mengenakan dress corak floral warna biru pastel dan rambut cokelat ikalku sudah tertata rapi dengan kepangan kecil yang melingkari kepalaku seperti bando.

Hari ini aku akan merayakan annivku dengannya yang kelima tahun-sendirian, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Ma, Vica pergi dulu yaa!" teriakku ketika sudah sampai diambang pintu rumah.

Mama yang sedang memasak di dapur hanya menengok sebentar, lalu mengangguk seolah tahu apa yang akan dilakukan dan kemana tempat tujuan putrinya. "Iyaa, jangan pulang kemalaman, Vic,"

Aku bergumam sebelum meninggalkan rumah, lalu melewati garasi dan tetap berjalan menuju pagar. Entah mengapa hari ini aku ingin berjalan kaki saja. Lagipula toko kue langgananku hanya berjarak beberapa meter dari rumah.

Kriing..

Bel tanda ada pengunjung masuk ke toko kue berbunyi saat aku membuka pintu toko. Pegawai yang memakai pakaian serba pink-putih yang berjaga di dekat etalase yang memamerkan beragam macam kue, melihat ke arahku dan tersenyum.

"Eh, mbak Lovica, mau ngambil kue pesanannya ya?" tanyanya ramah. Pegawai toko di sini sudah sangat hafal denganku, karena ini toko kue langgananku sejak aku masih SMA dulu.

"Iya, mbak, sudah jadi, kan?" Pegawai tersebut mengangguk dan mengambil sebuah kotak kue yang tidak terlalu besar dan memberikannya padaku.

"Ini, mbak, seperti biasa," katanya. Lalu, aku menerimanya dan memberikan sejumlah uang.

"Makasih ya, mbak, saya pergi dulu," Pegawai itu mengangguk. Aku pun segera berjalan keluar toko, menuju tempat tujuanku selanjutnya. Sekolahku dulu.

Aku bersenandung sambil melihat sekitar. Tiba-tiba saja mataku bersitatap dengan seorang nenek yang berada di seberang jalan tempatku berpijak.

Ah, mana sih cucuku ini? Dasar, cucu durhaka. Neneknya sudah tua begini ditinggal-tinggal.

Bukan, itu bukan suara sang nenek. Tapi, itu pikirannya. Lagi pula aku tak mungkin bisa mendengar suara nenek tersebut bila jarak kita jauh, dipisahkan dengan jalan raya pula.

Bukan, aku bukan seorang mind reader atau apapun itu seperti yang kalian maksud. Vampire? Bukan, sangat bukan. Aku manusia sama seperti kalian.

Mungkin aku memang agak berbeda dari dari manusia lainnya. Yang membedakannya adalah aku mempunyai magical senses. Semacam kelebihan pada salah satu alat indera, dan aku punya itu dimataku.

"Eh, coba lo liat dia, cowok yang disana itu!" seru salah satu cewek dari ketiga anak remaja yang berdiri tak jauh dihadapanku.

Mereka melihat ke satu arah, tepat di belakangku.

Sumpah, dia ganteng banget!

Bukan, itu bukan aku. Tapi, salah satu pikiran dari ketiga anak remaja yang kutatap. Aku pun terdiam ketika melihat ke dalam mata salah satunya, aku melihat seorang cowok memakai kacamata hitam yang berjalan dengan santainya tanpa peduli dengan sekitarnya.

Ia sibuk menatap handphone yang ada ditangannya, dan..

Bruuk.

"Auwww," aku tejatuh dan kueku ikut terlepas dari genggamanku. Aku menatap nanar kueku yang sudah agak rusak. Tutup kotaknya terbuka, dan krimnya berceceran. Tapi, aku masih dapat melihat tulisan 'Happy Anniversary 5th, Lovica-Aldo' diatasnya.

Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku. Aku mendongak dan melihat ke arahnya, ternyata dia cowok yang dikagumin sama ketiga anak remaja tadi dan dia pula yang menabrakku dari belakang, tapi aku gak tau bagaimana ekspresinya karena dia memakai kacamata hitam.

Melihat lebih jauh kedalamnya? Aku memang bisa, tapi aku malas karena ini butuh energi, tidak seperti membaca pikiran orang lewat tatapan yang terjadi sendirinya.

Ia menatap ke arah kue dan aku bergantian, entah apa maksudnya. Tapi, akhirnya dia menatapku dengan intens.

"Lov?"

Deg.

Panggilan itu.

Panggilan yang telah membuat duniaku berubah.

+++

Posted on March 23, 2014.

A/N : Hai, readers yang nampak maupun tak nampak, duh apaan sih. hehe. Gimana dengan prolog cerita baruku? Aku muncul lagi dengan cerita berseries dan cerita ini berbeda dengan ceritaku sebelumnya karena disini aku pakai POV1. Semoga aja kalian suka dengan gaya ceritaku yang baru ini :)

Jangan lupa vote dan komennya ditunggu yaa :)

[MS-1] Love and FearsWhere stories live. Discover now