[14] Nightmare

10.5K 663 39
                                    

Konflik utama muncul, yeaay! Sebelum baca ini siapkan hati biar gak emosi hehe-.-v

+++

Sekarang aku bersama Aldo berada di dalam mobil Aldo. Kita berada di perjalanan, entah kemana. Aku tak tahu. Tapi, aku merasa pernah tahu jalan ini sebelumnya.

“Lov, gue nyalain radionya ya,” kata Aldo.

Aku mengangguk mantap. Lalu, Aldo memencet tombol bulat dan mencari saluran yang bagus.

Aku tersenyum puas ketika mendengar suara penyiar dari saluran yang ku suka. Aku pun menoleh ke arah Aldo yang sudah kembali serius dengan jalan yang ada di hadapannya.

“Makasih ya, Al. Gue seneng banget,” kataku sambil tersenyum senang,

“Iya, sama-sama. Gue juga seneng bisa ngajak lo,” kata Aldo tanpa menatapku.

“Terus kita ini mau ke mana? Langsung pulang?” tanyaku untuk yang kesekian kalinya. Aldo hanya menyeringai misterius. Membuatku ingin muntah seketika.

Aku menutar kedua bola mataku jengah. “Coba, lo lepas kaca mata hitam lo dan hadap ke sini. Curang lo, mainannya rahasia-rahasiaan,” gerutuku kesal.

“Nanti lo juga bakal tahu, Lovku sayang,”

Aku langsung mencubit pinggangnya. “Sudah gue bilang, jangan panggil gue sayang!”

Aldo langsung melengkungkan pinggangnya menjauh. Ia menoleh ke arahku. “Ampun, Lov. Sakit ish. Cubitan lo kayak cabe-cabean. Pedeess..”

Aku merengut kesal. “APA?” teriakku sambil mencubitnya kembali.

“Astagaa.. Lov! Sakit gila! Berhenti dong,” ringis Aldo sambil memohon padaku. Karena kasihan aku pun melepaskan cubitanku.

“Siapa suruh ngeselin,” aku pun kembali menghadap depan.

Aku tersentak kaget. Mataku langsung membulat sempurna. “Ya, tapi, jangan dicubit juga kali,” celetuk Aldo, aku hanya mendengarnya samar-samar.

Mataku masih melihat ke arah depan dengan tatapan kosong. “ALDO! LIHAT DEPAN!” teriakku histeris.

Dari ujung mataku, aku bisa melihat Aldo yang sedari tadi melihat ke arahku langsung menoleh ke depan. Ia membelalak kaget.

Ada truk besar dari arah depan samping kanan melaju dengan kecepatan tinggi ke arah kami. Aldo berusaha mengelak, tapi terlambat. Semuanya sudah terlambat.

Ckiiit..

Bunyi gesekan ban dengan aspal memekakkan telingaku.

BRUUUKK.

“AAAAAAAAAAAAARGH!!” teriakku nyaring.

Aku langsung tersentak kaget dan terduduk seketika. Aku melihat ke sekitarku dengan was-was. Aku menemukan diriku berada di dalam kamar tidurku.

Aku hanya mimpi.

Aku medesah lega. Lalu, mengelap kasar peluh yang berada di pelipisku dengan punggung tanganku.

Aku melihat jam weker yang satu-satunya masih tersisa di kamarku.

02.30 am.

Aku langsung membanting tubuhku ke kasur. Napasku masih terengah-engah. Berkali-kali aku mengatakan bahwa semua itu hanya mimpi.

Mimpi apa itu? Kenapa menakutkan sekali? Mungkin aku tak tahu akhirnya, siapa yang akan selamat dan siapa yang tak selamat. Tapi, aku tahu, yang lebih rentan untuk pergi adalah aku mengingat arah truk itu.

[MS-1] Love and FearsWhere stories live. Discover now