[16] Beautiful Love

8.7K 658 32
                                    

Rasanya aku pengen garuk-garuk kepala ngelihat komentar-komentar di part kemarin. Pada banyak yang nanyain mereka bakal kecelakaan apa gak. Kayaknya banyak yang peka banget ya sama kaca hitamnya Aldo. hehe.

Lebih baik, berdoa aja deh sebelum baca part ini :")

+++

Aku menoleh ke arah Aldo yang berada di sampingku. Aku mengernyit.

Tiba-tiba ingatanku samar-samar menunjukkan beberapa kesamaan dengan mimpi burukku.

Aku menatap Aldo dengan seksama.

Kami berdua di mobilnya.

Aldo menggunakan kaca mata hitam.

Aldo merahasiakan tujuannya.

Kami berdua berada dalam sebuah perjalanan.

Tiba-tiba tubuhku merinding. Ketakutan itu muncul lagi. Menjalar dan meledak sampai menyesakkan dadaku. Apakah waktunya sekarang?

“Lov, lo kenapa?” tanya Aldo yang masih fokus pada jalanan di depannya. Sesekali ia melirikku sambil mengernyit. Seolah merasakan ada yang berbeda dari bahasa tubuhku.

“Ah.. gue gak kenapa-kenapa,” ucapku sambil tersenyum seolah mengatakan semuanya baik-baik saja. Namun, kenyataannya semuanya tak baik. Aku merasakannya. Perasaan takut semakin besar. Aku gelisah.

“Gak kenapa-napa apanya? Dari tadi gue lihat lo kayak orang gelisah gitu, kenapa?” tanya Aldo lagi sambil menatapku intens.

Aku langsung berjengit. “Aldo, please.. lihat depan!” suruhku langsung. Aldo kembali melihat ke depan.

“Lo aneh, Lov. Gak biasanya lo kayak gini. Pembawaan lo selalu tenang dan cuek sama sekitar. Lo kenapa?” Aldo menghembuskan napas sejenak. “Apa karena mimpi itu ya? Lo mimpi lagi?”

Aku menggeleng tegas. “Entah kenapa. Gue merasakan kesamaan keadaan kita sekarang dengan mimpi gue. Gue cuma takut,”

Aldo menghela napas keras. Aku bisa mendengarnya dari sini. “Jangan pikir yang aneh-aneh, Lov. Lebih baik sekarang lo tidur aja. Semuanya akan baik-baik saja,” kata Aldo.

“Tapi, gak ada salahnya kan kalau gue hati-hati?”

“Ya, gue tahu. Tapi, lo berlebihan. Ini bukan seperti Lov yang gue kenal. Gue yakin semuanya akan baik-baik saja,”

Akhirnya aku mengalah. Entah mengapa aku percaya dengan ucapan Aldo. Ucapannya bagaikan sihir, langsung membuatku tenang seketika. Aku pun kembali bersender di kursi. Mencoba untuk melepaskan bebanku. Melepaskan semua ketakutan-ketakutanku. Dan akhirnya aku terlelap terbuai dengan alam mimpi.

+++

“Lov.. Lov.. bangun,” aku mendengar suara samar-samar. Aku pun mengerang pelan. Lalu, membuka mataku perlahan.

Ketika aku sadar di depanku ada Aldo dan kami berada di mobil, aku langsung terlonjak kaget.

“Kita gak kenapa-kenapa ‘kan, Al?!” tanyaku langsung. Aldo terkekeh geli mendengar pertanyannku.

Ya, ku akui, aku begitu terkejut dengan semua ini sampai aku tak menyadari melontarkan pertanyaan bodoh yang jelas-jelas sudah sangat ku ketahui jawabannya. Tapi, aku hanya ingin memastikannya bahwa aku maksudku kami tak kenapa-kenapa. Kami baik-baik saja. Kami tak kecelakaan. Dan kami masih hidup.

Aku menggelengkan kepalaku merasa geli dengan tingkahku akhir-akhir ini. Tingkah bodohku sangat tidak beralasan. Sangat bukan diriku.

“Lo bisa lihat sendiri ‘kan, Lov? Lo gak kenapa-kenapa malah lo tidur nyenyak di dalam mobil gue,” kata Aldo sambil mengulum senyumnya.

[MS-1] Love and FearsWhere stories live. Discover now