[7] Vision Transfer

10.5K 750 20
                                    

Gue bingung nyari judul yang pas, jadinya gini deh. Cocok aja kan ya?-,-

+++

Bel tanda ganti jam pelajaran berbunyi, guru pelajaran sebelumnya sudah pergi dari tadi. Aku mengeluarkan buku pelajaran untuk pelajaran selanjutnya, fisika.

Ku lihat Aldo sedang mendengarkan lagu dari ipodnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dan menghentakkan kakinya bergantian mengikuti irama lagu yang didengarkannya , entah lagu apa itu.

Ia terlihat tak peduli sama sekitarnya dan bertindak semaunya. Lihat saja nanti habis mendengar kabar mengejutkan dari Yogi, pasti dia bakal langsung keteteran.

“Hooooiiii, hosh, hosh,” tiba-tiba Yogi datang sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Dia menunduk dan kedua tangannya bertumpu pada lututnya.

“Apaan sih, Yog?” tanya Wulan sambil mengernyit bingung. Perhatian anak sekelas pun tertuju pada Yogi.

“Gawat, Pak Wowo ngadain ulangan fisika mendadak hari ini!” ujar Yogi. Semua anak langsung menunduk lesu dan mengeluh yaaaah.. tentu saja kecuali aku, dan beberapa anak langsung membuka bukunya untuk belajar sejenak sebelum Pak Wowo datang. Sedangkan cowok yang duduk di sebelahku sibuk memaki-maki Pak Wowo dan membolak-balikkan halaman bukunya, tapi tak membaca. Sama aja bohong, gak bakal ada yang bisa masuk sedikit pun kalau begitu.

Mana nilainya paling rendah di pelajaran fisika lagi.

Dan kemarin kita gak ada belajar bersama, mampus saja dia.

Tiba-tiba Pak Wowo memasuki kelas, menggemparkan seluruh penduduk kelas. Eh, gak, ding, tapi yang jelas anak-anaknya langsung kalang kabut gak jelas sambil nengok kanan-kiri, mungkin janjian untuk saling memberikan contekan. Duh, padahal mereka kelas IPA 1, termasuk anak-anak yang tergolong lebih pintar dari kelas lainnya. Kelakuan-kelakuan.

BRUUUK.

Pak Wowo  menghantamkan penggaris kayu besar nan panjang yang selalu dibawanya kemana-mana untuk memukul pantat para pelanggar peraturan yang sering berserakan di sekitar sekolah. Yaah, selain sebagai guru fisika, Pak Wowo juga termasuk dalam bagian dari kesiswaan—semacam BK gitu deh. Tapi, mereka gak ngajar, cuma jadi penegak peraturan aja.

“Sekarang masukkan seluruh buku kalian dan keluarkan lembar jawaban ulangan kalian!” perintahnya tak terbantahkan. Kelas yang sebelumnya ramai seperti pasar ikan, langsung hening seperti ketika waktu mengheningkan cipta saat upacara. Anak sekelas langsung mengeluarkan lembar jawaban ulangan khusus yang diperuntukkan untuk ulangan harian di sekolah kami.

Pak Wowo pun membagikan kertas ulangan. Lalu, aku mengerjakannya dengan santai. Terlampau santai malah.

Tanganku langsung bergerak menulis rumus-rumus dan angka-angka dengan cepat tanpa perlu berpikir lagi.

Aku hanya perlu memfokuskan mata dan pikiranku. Kalian tahu kan kalau mata itu tersambung ke otak? Dengan magical senses yang aku punya aku bisa mengingat segala macam rumus, angka, kalimat yang pernah aku lihat. Bahkan aku bisa tahu sampai ke halaman dan paragrafnya.

Ketika aku menfokuskan mata dan pikiranku, aku seperti melihat bayangan buku dengan isi yang kucari di dalamnya beserta halamannya, aku jadi merasa seperti ketika aku melihat buku tersebut.

Tak lama kemudian, aku sudah menyelesaikan ulangan dengan dua puluh nomor tersebut. Lalu, aku melirik ke arah Aldo yang sedang berpikir keras. Bisa ku lihat dari sini dia baru mengerjakan nomor satu dan empat.

Aku menarik ujung kemeja seragamnya pelan. Lalu, dia  menengok ke arahku dan mengangkat  sebelah alisnya seolah menanyakan apa?.

“Minggir sebentar dong, gue mau ngumpul,” kataku pelan.

[MS-1] Love and FearsWhere stories live. Discover now