[9] Kenyataan yang Terungkap

10.2K 738 17
                                    

Haloo, sebenarnya pengen post part ini kemarin, tapi berhubung badan gue sakit semua, jadi baru sekarang ngepostnya. Semoga suka yaa :)

+++

Aku menggeliat dalam tidurku. Aku bisa merasakan sepasang tangan yang mengguncang tubuhku. Siapa lagi kalau bukan Revan. Dia sudah seperti alarm pagi untukku. Aku tak bisa bangun bila tak ada yang membangunkanku. Bahkan aku pernah mencoba sepuluh alarm yang ku letakkan di beberapa titik di kamarku. Dan kalian tahu apa reaksiku? Aku hanya membalikkan tubuhku dan melempar alarm-alarm tersebut dengan boneka-boneka yang ada di kasurku. Lalu, terlelap kembali.

Aku masih ingat kejadian itu, Revan langsung mengutukku habis-habisan karena merusak sepuluh alarm sekaligus. Semenjak kejadian itu, dia selalu rela turun tangan untuk membangunkanku langsung.

Aku hanya benar-benar akan bangun bila dibangunkan seseorang. Apa lagi Revan, entah bagaimana hidupku bila tak ada Revan disisiku.

“Kak, bangun cepetan. Hari ini lo harus ada di sekolah jam setengah tujuh. Kalau gak, lo bisa ditinggal bus, kak!” kata Revan sambil berteriak tepat di depan kupingku.

Aku melenguh malas. Lalu, membuka kedua mataku. “Jam berapa sekarang?”

“Jam enam, kak,”

Aku mengangguk. “Oh, jam enam—WHAATT? JAM ENAM LO BILANG? LO KENAPA BARU BANGUNIN GUE SIH? GILA, GUE HARUS SIAP-SIAP KURANG DARI TIGA PULUH MENIT!!” aku memborbadir Revan dengan teriakanku dan mengguncang-guncangkan kedua bahunya.

“Gue udah dari jam setengah enam bangunin lo, tapi lo gak bangun-bangun. Jadi, gue mandi dulu, terus bangunin lo lagi,” jelas Revan enteng. Ia memutar kedua bola matanya malas.

“DASAR—“

“Stop, kak. Lo bisa terlambat kalau lo gak segera ke kamar mandi,” Revan segera memotong ucapanku sebelum aku mengomelinya dengan segala umpatan yang aku punya.

Aku segera tersedar, lalu melihat jam dindingku. “Astaga, gawaat!” aku langsung berlari ke kamar mandi setelah sebelumnya aku mengambil pakaian dalamku di lemari. Aku segera melepaskan pakaianku dan menyalakan shower, tak ada waktu untuk berendam di bathtub. Aku segera mengambil shampoo aroma raspberryku dan memakainya, lalu memakai sabun cair dengan aroma yang sama. Entah mengapa, Aku sangat menyukai aroma raspberry.

Setelah menyikat gigiku dengan cepat, aku segera membungkus tubuhku dengan handuk, memakai pakaian dalamku dan berjalan keluar. Aku langsung membuka lemariku. Untung aku sudah menyiapkan baju yang ingin ku pakai di hari pertama camping tadi malam. Aku langsung mengenakan sweater lengan panjang berwarna dark blue dan skinny jeans semata kaki.

Lalu, aku segera duduk di depan meja riasku. Mengeringkan rambutku dengan hairdryer dan menyetelnya ke volume yang paling kencang agar rambutku cepat kering. Setelah itu, aku menyisir rambutku dan membiarkannya tergerai. Tak ada waktu untuk menatanya.

Aku pun mengoleskan bedak pada wajahku dengan tipis dan memakai lip balm rasa raspberry. Lalu, mengambil topi berwarna sama dengan sweaterku, memakai flat boots berwarna abu-abu dan mengambil tas selempang kecil yang sudah kuisi dengan I-phone, dompet, power bank, sekaleng kecil permen fox rasa mint, sebotol air, dan tentu saja dua buah novel tebal untuk mengusir rasa bosanku.

Lalu, aku mengambil koper berukuran kecil berwarna merah dan menggeretnya ke lantai bawah. Aku ke ruang makan, meminum susuku dan mengambil kotak bekal yang sudah disiapkan oleh Bik Tari untuk ku makan di dalam bus. Lalu, aku keluar dan menemukan Revan yang sudah siap dengan mobilku. Dia segera mengambil koperku dan meletakkannya di bagasi. Aku pun segera masuk ke mobil dan duduk di kursi penumpang, membiarkan Revan mengantarku sampai ke sekolah.

[MS-1] Love and FearsWhere stories live. Discover now