Forgive Me! (2/5)

953 182 24
                                    

Jeongseon, 21 Juli 2017 (14.05 KST)

Sedari tadi Minhyun mondar-mandir di depan ruang ibunya berada, sementara Dongho dan Jonghyun memilih duduk tak jauh dari ruang tersebut. Stok persediaan darah habis sementara ibunya sangat membutuhkan. Ia telah mencoba menelfon berbagai kerabat, namun tak ada satu pun yang memiliki tipe golongan darah yang sama. Ia sempat teringat dengan kekasihnya, yang juga memiliki tipe golongan yang sama dengan ibunya. Tetapi sayang, transfusi darah diantara keduanya tidak mungkin terjadi saat ini.

Menyadari akan rumah sakit tempat ibunya di rawat, Minhyun tidak heran lagi apabila stok darahnya habis. Rumah sakit ini tergolong rumah sakit yang kecil---dokter dan perawat dapat dihitung jari, peralatan pun seadanya. Bukan karena ia tak memiliki biaya sehingga memasukkan ibunya di sini. Tetapi ini satu-satunya tempat terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama buat ibunya.

Ibu Minhyun senang sekali berpergian jauh seorang diri. Meskipun keluarga mereka memiliki supir pribadi tetapi ibunya ngotot untuk menyetir sendiri. Dan karena itu pulalah ibunya kecelakaan di kota Jeongseon. Tidak ada yang tahu pasti penyebab kecelakaan itu terjadi, tetapi kata orang-orang itu murni kecelakaan tunggal.

Saat mengetahui kecelakaan itu, Minhyun ditemani oleh Jonghyun dan Dongho pun langsung meluncur ke Jeongseon. Untung saja saat itu ia sedang tidak dinas di rumah sakit. Tidak ada jadwal operasi dan konsultasi pasien. Jonghyun dan Dongho pun demikian. Mereka berdua sedang tidak ada pekerjaan saat itu.

Jonghyun dan Dongho merupakan sahabat Minhyun dari kecil. Mereka dipersatukan karena sama-sama tinggal di kompleks perumahan yang sama. Jonghyun juga merupakan teman sekolah Minhyun saat SMA dulu dan mereka berdua memiliki profesi yang sama. Sementara Dongho sedikit berbeda. Sewaktu SMA ia pindah ke Busan dan memilih untuk melanjutkan kuliahnya keluar negeri. Sekitar setengah tahun yang lalu, barulah ia kembali ke Seoul. Profesi Dongho juga berbeda dari Minhyun dan Jonghyun. Dongho lebih memilih untuk menjadi seorang pengacara.

"Permisi, kami sudah mendapatkan persediaan darah untuk nyonya Hwang", ucap perawat kepada Minhyun. Mendengar hal itu, Dongho dan Jonghyun pun mendekat.

"Lakukan segera transfusi darahnya", ucap Dongho yang diikuti anggukan oleh Jonghyun.

"Baik", ucap perawat itu sambil berlalu meninggalkan mereka.

Jonghyun mengikut di belakang perawat yang masuk ke ruang tempat ibunya Minhyun berada, sementara Minhyun memilih untuk tetap di luar ruangan bersama Dongho. Bukan karena ia tidak peduli dengan ibunya, tetapi ia tidak bisa melihat wajah ibunya yang kesakitan. Dan.. Ia takut mengambil alih tugas dokter yang menangani ibunya saat ini. Minhyun tergolong dokter yang berprestasi di rumah sakit tempat ia bekerja. Tapi ia sadar betul bahwa ada dokter lain yang bertanggung jawab atas ibunya saat ini.

Sekitar sejam lebih, Jonghyun akhirnya ke luar dari ruangan.

"Bagaimana?", tanya Minhyun pada Jonghyun.

"Tinggal menunggu eommamu sadar", jawab Jonghyun.

Jonghyun pun kembali duduk pada tempat yang sebelumnya ia duduki. Sementara Minhyun masih saja mondar-mandir tidak jelas di depan ruang itu. Ia masih belum tenang apabila belum melihat ibunya sadar. Ia sadari betul seharusnya ia tidak bersikap seperti itu, tapi dokter juga manusia. Apabila menyangkut tentang orang yang disayanginya, tidak mungkin tenang begitu saja.

"Duduklah. Aku percaya eommamu akan baik-baik saja", ucap Dongho sambil mengusap punggung Minhyun seakan memberikannya energi untuk terlihat tidak rapuh. Ia pun akhirnya mengikuti perkataan Dongho dan memilih untuk duduk di samping Jonghyun.

"Kau harus berterima kasih kepada pendonor darah eommamu. Kalau bukan karena dia, kita tidak akan tahu apa yang terjadi", ucap Dongho kepada Minhyun.

MINISERIES | Minhyun x Joy ✔️Where stories live. Discover now