[Lima] Kok Dia Lagi Sih?

5.7K 360 8
                                    

Libur kenaikan kelas terasa sepi kali ini bagi Asya. Minggu pertama liburannya hanya berguling di kasur sambil maraton drama korea. Tisu bekas tangis Asya dan juga plastik bungkus snack berceceran di lantai kamar, terlihat seperti kamar remaja putri yang patah hati. Asya bukannya patah hati, cuma terlarut sama jalan cerita drama Descendant Of The Sun, drakor percintaan antara tentara sama dokter itu. Walaupun menghayati alurnya, bukan berarti Asya tidak mengutuk sesekali dalam hati kalau adegannya nggak realistis. Kesel juga dia tentaranya bisa seganteng Joong Ki, coba kalau di sini.... Duh, nggak bakal ada kayaknya yang mulus gitu. Gara-gara keasikan sama drama korea di laptopnya, Asya sampai tidur hingga larut malam. Alhasil, sekarang dia keasyikan nempel sama bantal. Kemarin saja dia tidak mandi. Dia puas-puasin jadi Ratu Kasur dua hari ini, karena Papa dan Mama nya sedang ada kunjungan ke Bandung selama seminggu. Sang Mama juga memberikan waktu bagi Asya memikirkan tawaran, eh, paksaan agar Asya segera berhijab saat kelas dua belas nanti.

Tok tok tok!

Suara ketukan itu membuat Asya menggerakkan badannya tak senang, matanya masih terpejam rapat-rapat. "Uhmmm, masuk." Ucapnya malas, sambil membenamkan wajahnya untuk bertemu bantal.

"Kebo banget sih Asya! Pantes WA nggak dibales, ternyata ngorok masihan. Udah kayak kapal pecah bekas pergulatan hati aja ini kamar," ujar gadis cantik itu keheranan. Tiara menggelengkan kepalanya melihat hasil karya Asya yang berceceran di lantai. Dia berjinjit berkali-kali menghindari lantai yang sekiranya kotor.

Asya mengintip datangnya gadis bersuara lembut itu dari balik bantalnya, kepalanya masih terasa pusing. Mungkin efek kebanyakan menangis tadi malam. Selain itu, tidurnya juga telat dari jam tidur miliknya sehari-hari. "Oh lo ternyata, Tir... Gue kira pacar gue dateng," ucap Asya dengan suara setengah serak. "Aduh stress pikiran gue nih, Tir."

Tiara duduk di kursi baca yang terletak di dekat balkon, membiarkan angin menyibakkan rambut indahnya tersebut. Gadis ini sangat bertolak belakang dengan Asya, di mana dia jauh lebih anggun dan 'cewek' dibanding Asya. Tubuhnya juga tinggi semampai, kulitnya putih mulus, dan senyumannya dapat melelehkan hati, bisa juga bikin adem perasaan orang yang melihat. Cihuy banget 'kan Tiara ini?

"Kenapa sih kamu, Sya? Serius, udah kayak orang ditolak cinta. Cerita lah, terus abis itu kamu mandi. Rambutmu astaga berminyak banget ini! Nggak mandi berapa abad kamu?" Tiara mendekati Asya dan mengacak rambut temannya itu dengan jijik. Tau kalau sahabatnya ini belum mandi.

"Arza kabur, Tir. Terus tiba-tiba Nyokap minta gue buat pake hijab. Maksa malah," Asya bangkit dari tidurnya dan bersender ke bantalnya yang ditumpuk tinggi-tinggi. Helaan napasnya terdengar sangat berat, "Tau sendirilah gue nggak religius kayak Arza. Eh disuruh berhijab. Malu-maluin hijab aja. Gue nggak dibolehin Beliau keluar rumah kalau nggak pakai hijab sekarang, makanya gue di kamar mulu nih sampai busuk." Keluhnya.

Tiara mengangkat bibirnya membentuk senyuman. "Harusnya kamu bersyukur sih, Sya. Gitu-gitu agamamu jelas, nggak bolong-bolong bangetlah kayak aku. Masih bisa belajar dari ortu sama saudara. Lah aku? Jadi agnostik gini, punya agama cuma buat pajangan di KTP. Kalau nggak gitu, anak kayak aku yang sebenernya nggakpunya agama bisa diusir dari Indo kali." Tiara terkikik geli dengan gurauannya, terdengar realistis sebenarnya. "Kalau udah keluar dari SMA, hal yang aku pengen serbu pertama kali itu nyari agama yang menyejukkan buat kupelajari," celoteh Tiara membuat hati Asya terketuk. Dirinya tentu lebih beruntung dibanding Tiara yang hidup dalam keluarga yang individualis dan egois, tetapi sangat banyak keberagaman di dalamnya. Bukannya gampang untuk bersatu, malah jadinya mudah terpecah belah. Alhasil orangtuanya bercerai saat Tiara masih kecil.

Asya memeluk sahabatnya itu, keduanya meneteskan air mata saat keheningan menerpa.

"Lo kuat banget, ya, Tir. Jadi lo, gue udah bunuh diri kali."

Would You Still Love Me The Same?Where stories live. Discover now