[XXII] Seoul in Love

6K 317 11
                                    

Menganggap remeh sebuah ikatan pertemanan bisa saja bikin diri kita sendiri kesusahan. Kita yang makhluk sosial ini pastilah butuh bantuan dari orang lain, barang satu atau dua hal yang dapat terbantu karena uluran tangan bantuan dari teman. Rayhan sepertinya ingin hidup seperti itu. Dia bisa saja sujud syukur karena ternyata rekannya saat bertugas di Kongo, yang merupakan tentara Korea Selatan masih mengingatnya. Terlebih lagi, mau membantu Rayhan untuk memberi beberapa petunjuk selama ada di korea.

Well, jangan salahkan Rayhan yang menolak untuk menggunakan jasa biro perjalanan. Rayhan hanya ingin merasakan privasi yang tidak diatur oleh orang lain. Namanya juga bulan madu, siapa yang mau diganggu saat sedang manis-manisnya dengan pasangan?

Seorang pria melambaikan tangannya ke arah Rayhan, dengan setelan jas lengkap dengan kacamata hitam. Tubuh pria itu kekar dan kulitnya lebih gelap dibanding warna kulit orang korea pada umumnya. Potongan rambut cepak membuat penampilan pria itu garang. Dia Letnan Junsu. Teman Rayhan saat dia latihan bersama di Kongo. Tak hanya itu, Junsu juga pernah mengenyam pendidikan bersamanya saat di Amerika Serikat. Keduanya semakin dekat ketika Rayhan dipanggil untuk studi di Seoul selama tiga bulan. Junsu menjadi pusat perhatian, karena tampilannya yang sangar dan mencolok. Tidak ada yang menggunakan kacamata hitam di saat langit gelap karena mendung. Orang-orang mungkin berpikir bahwa Junsu adalah ajudan pribadi Rayhan. Membuat Rayhan dan Asya seperti orang penting yang dijemput dengan cowok ganteng menggunakan mobil mewah.

Rayhan menggandeng tangan Asya, sedikit mempercepat langkahnya dan kemudian menubruk tubuh kekar Junsu. Keduanya melakukan jotos tangan dan menghempaskan tangan di udara.

"Hey Junsu, what happened with your look today?" Rayhan menahan tawanya, begitu juga dengan Asya. Junsu terlihat sangat mencolok dengan setelan seperti itu di pagi hari.

Junsu menyeringai, dia menurunkan kacamatanya untuk sepersekian detik. "Well that's very polite, Captain. You should greet me first and introduce me to your wife. There's nothing wrong with my look, still as cool as I used to be."

Asya tidak berhenti tertawa ketika menyadari bahwa ada lagi makhluk konyol di sekelilingnya. Dia heran, kenapa juga orang yang dia kenal hanya segelintir saja yang lurus otaknya. Bisa saja Asya mengatakan Junsu waras, kalau pria itu tidak bertindak konyol dengan memaksakan diri memakai kacamata saat cuaca sedang mendung.

"Sorry not sorry, but claiming yourself handsome would make you sounds pathetic, Lieutenant," gurau Rayhan. Junsu mendecih, tanpa aba-aba menepuk dengan keras lengan Rayhan. "Take it easy. This is my beautiful wife, Asya."

Junsu melepas kacamatanya, menyimpannya ke dalam saku celana. Dengan mata sipitnya, dia memberi kedipan pada Asya. "Lee Junsu, panggil aja ganteng," ucapnya masih menyalami tangan Asya.

Sontak saja Asya terkaget ketika mendengar Junsu mengucap kalimat dalam bahasa Indonesia. "Lho? Junsu bisa bahasa?" tanyanya polos.

Sepetinya Asya belum sadar juga kalau tangannya masih menyalami tangan Junsu. Rayhan sudah memicingkan matanya geram. Sedangkan Junsu tertawa cekikikan, tanpa menyadari tatapan kesal dari kawannya. "Bisa kalau conversation-nya nggak berat. Ibuku orang Indo, dari Bontang." Jelasnya.

Kemudian Asya membentuk mulutnya menyerupai huruf O. Ternyata itu yang bisa membuat Rayhan dan Junsu sangat dekat. Sedetik setelahnya, Rayhan menepis tangan rekannya yang sebelumnya menempel pada kulit tangan istrinya. "Saekki, juk eul lae?" Rayhan melempar tatapan beringas pada Junsu. [Brengsek, mau mati, ya?]

Bukannya marah, Junsu malah tergelak melihat ekspresi yang ditunjukkan kawannya itu. Tak perlu dia tersinggung, toh guyonan seperti itu kerap hadir di kupingnya. "Sombong udah lancar bahasa Koreanya,"

Would You Still Love Me The Same?Where stories live. Discover now