[Tiga Belas] Antara Gundah dan Bahagia

4.9K 254 1
                                    

Hubungan Asya dan Rayhan kini semakin dekat. Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama saat Rayhan mendapat pesiar. Itu semua karena Asya sekarang melanjutkan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada, Jogja, dengan jurusan ekonomi dan bisnis. Saat tiba waktu pesiar, Asya akan menjemput Rayhan menggunakan mobil yang diberi oleh Papanya, honda jazz berwarna merah. Waktu mereka berdua yang hanya sedikit digunakan untuk sebaik mungkin. Meski hanya untuk sekadar makan bersama, mengelilingi Magelang, atau nongkrong seperti remaja yang lain di mall.

Asya dan kehidupan kuliahnya berjalan lancar, terlebih minatnya di debat juga tertampung di UGM. Walaupun, untuk menjadi bagian dari EDS UGM cukup susah. Dia harus melalui tes wawancara, tulis, kemampuan, dan sebagainya. Syukurlah Asya berhasil masuk EDS. Dia tidak tahu harus bergabung ke komunitas apalagi selain debat. Toh, debat di dalam dirinya sudah mendarah daging.

Rayhan telah ada di tahun akhir masa pendidikannya. Ditandai dengan serah terima personil Genderang Suling Canka Lokananta dan Resimen Korps Taruna. Sudah purna masa jabatnya sebagai Macan Empat. Ada rasa lega dari dalam dirinya karena sudah tidak lagi latihan fisik super duper keras untuk ketangkasan dan stamina menjadi pemegang bass drum. Latihannya dua kali lipat lebih keras dibanding personil GSCL yang lain. Namun, dia merasa rindu dan tak percaya bahwa gelar Macan Empat itu tidak lagi menempel padanya. Dia harus menurunkannya pada adik-adiknya. Bisa dibilang Rayhan galau karena itu. Asya sudah jengah mendengar keluhan Rayhan karena rasa kangennya pada Macan.

Tetapi Asya sendiri juga kagum melihat Rayhan mengangkat bass drum seberat itu seperti orang gila. Tubuhnya merinding ketika lagu kebanggaan GSCL, yaitu Akabri Darat, dimainkan. Dia menyaksikan Rayhan saat serah terima Genderang Suling Canka Lokananta. Setelah acara itu, Rayhan mengoceh tentang pengalamannya sebagai pemegang bass drum atau macan tidar.

"Masih aja galau, Mas Re? Gila, ya, pesonanya Macan putih lebih kuat daripada aku," kata Asya dengan nada sarkastik di dalamnya.

Rayhan menggelengkan kepala. "Udah nggak kok, Ca. Mas udah rela ngelepas doi. Jangan ngomong sembarangan kamu, macannya Mas ada kekuatan magis. Bisa-bisa kamu dihantuin karena ngomong aneh tentang doi." Sebenarnya Rayhan bercanda, tetapi terdengar menakutkan bagi gadisnya.

Seharusnya Asya ketawa karena gurauan Rayhan, oh atau dia berhak marah karena Rayhan mengagungkan Macan kebanggaannya itu, tetapi sekarang Asya diam. Dia takut karena perkataan Rayhan terdengar seperti ancaman yang nyata. Apalagi, pernah Rayhan mengatakan bahwa ada cerita dibalik performa gila para pemegang bass drum. Tersimpan misteri yang membuat Asya bergidik ngeri ketika mendengar pacarnya bercerita waktu itu. "Ampun, Mas... Nggak lagi-lagi deh Asya ngomong asal tentang Macan putih," Asya menciut menyerah.

Padahal, pacarnya yang cantik itu tidak sedang melawak. Namun, Rayhan terbahak-bahak hingga popcorn yang ada di tangannya melompat dari wadah, berhamburan karena tawa Rayhan yang tidak terkendali. Melihat wajah Asya yang ketakutan karena gurauannya itu sukses membuat dia terkekeh geli. "Padahal Mas cuma gurau tadi," ujarnya sambil menjulurkan lidah.

Asya langsung menghantam punggung Rayhan dengan kepalan tangannya. Hampir membuat Rayhan berteriak mengaduh kesakitan. "Aw, Ca. Udahan ah, anarkis kamu sama pacar sendiri."

"Siapa suruh hobi banget ngerjain Asya? Nih, rasain." Asya memukul lengan Rayhan dengan tas kecil miliknya. Rayhan yang menjadi korban kebrutalan Asya itu hanya bisa pasrah menahan rasa geli dan sakit sekaligus.

"Bulan depan ikut Mas ke Malam Akrab sebelum pelantikan, ya, Ca? Kamu 'kan selalu bilang nggak mau. Jadi, Mas selalu kena omel tahun kemarin karena nggak bawa kenalan."

Memutar bola matanya enggan, Asya masih menggelengkan kepala. "Nggak suka aja. Takut," entah ketakutan apa yang dimaksud Asya. Dia merasa belum siap harus berkenalan dengan lebih banyak tentara, masih ada stereotip negatif dalam dirinya pada tentara, terutama para taruna. Dia menilai bahwa taruna itu seenaknya gonta-ganti cewek. Dia saja masih setengah tidak percaya apa Rayhan bisa setia padanya. Makanya, dia selalu menolak untuk hadir bersama Rayhan ke Pesta Korps, Malam Akrab, dan segala macam pertemuan yang dimaksudkan untuk mempererat hubungan antar calon perwira itu.

Would You Still Love Me The Same?Where stories live. Discover now