[Tujuh Belas] Keraguan

4.1K 302 11
                                    

Maaf nih awut-awutan karena ngerjainnya nyuri-nyuri waktu, hehehe. Kalau ada typo atau nggak nyambung maafkan ya, boleh dikoreksi juga... :)

Selamat membaca!

Love, Sha.

***

Asya tidak tahu ternyata bekerja bisa sesantai ini. Atau mungkin hanya pekerjaannya saja yang seperti itu? Sudah hampir enam bulan dia bekerja di Zomato, sebagai sales manager. Perusahaan tempatnya bekerja ini dimulai dari India. Untuk di Indonesia sendiri, perusahaan startup tersebut tergolong baru. Karena pemiliknya bukan orang Indonesia, mau tak mau Asya selama ini jika menyajikan presentasi, menyimak laporan, dan lain sebagainya itu dalam bahasa Inggris. Syukurlah, dia tidak terlalu bodoh dalam hal yang satu itu.

Oh, ya. Di tempatnya bekerja tidak seserius perusahaan lain. Mungkin karena kebanyakan yang bekerja di tempatnya adalah pemuda-pemudi yang inovatif, jadinya tempat kerja dibuat sesantai dan senyaman mungkin. Seringkali Asya dan juga rekan se-timnya bermain uno, werewolf, dan permainan kartu lainnya untuk menghilangkan kebosanan saat bekerja. Satu hal yang pasti diterapkan di perusahaannya yaitu, santai asal tepat waktu. Jadi, jangan harap dia bisa seterusnya bersantai hingga melalaikan tugasnya. Bisa-bisa dia kena omel atasan.

"Nggak minat lanjut debat, Sya? Gue aja lanjut debat, masih jadi adjudicator juga," ucap Janice, team lead-nya Asya.

Asya yang selonjoran di sofa sambil memainkan game di ponselnya itu hanya menggeleng, "Nggak ada yang mau nampung aku jadi juri, Jan," guraunya.

Meskipun Janice lebih tua dari Asya, dirinya menolak untuk dipanggil Mbak atau Kak. Di perusahaan ini tidak ada yang memakai panggilan formal, karena mereka pikir teamwork akan dibatasi oleh kesopanan dari panggilan itu. Jadinya, semua seperti teman sepantaran di perusahaan tech startup tempat Asya bekerja ini.

Gerald, yang sedang membawa kopi, datang menghampiri Janice dan Asya yang ada di pojok ruangan bersantai. "Sya, udah lo kirim belum emailnya?" tanyanya, kemudian menempatkan diri duduk di karpet sebelah Janice.

"Tenang, cuy. Udah beres pokoknya," Asya mengacungkan jempol ke udara.

Mereka yang sedang ayik mengobrol tiba-tiba terdiam ketika Janice menceletuk, "Nikah kapan lo, Ger?"

Sebal, Gerald pun menyikut pelan lengan Janice. "Tau sendiri 'kan lo, gue nungguin Asya peka," sahutnya yang merupakan gurauan.

Janice terbahak-bahak mendengar pernyataan Gerald, "Apa lo bilang? Selera Asya tuh jelas, kayak tunangannya tuh, gagah dan macho. Ganteng gila! Nah lo, yang menyimpang-menyimpang gitu langsung didepak sama Asya." Janice mengunyah marshmallow di mulutnya sambil meneruskan kalimatnya, "Apa lo suka sama tunangannya Asya, ya, Ger? Hahaha!"

Seketika mereka tergelak tawa karena candaan si Janice. Walau memang sebenarnya Gerald sedikit mencurigakan. Terkenal dengan wajah ganteng campuran Arab, dikelilingi banyak wanita, dan belum pernah berpacaran sama sekali. Janice menduga, teman-teman wanita Gerald bukanlah bentuk pelampiasan seperti laki-laki pada umumnya. Melainkan teman bermain Gerald atau hang out suatu kelompok. Secara tidak langsung, Janice mengatai Gerald adalah seorang gay. Mereka sendiri sudah banyak menemui teman-teman yang seperti itu, jadilah mereka open untuk hal tersebut.

Mendengus geli, Gerald menyangkal ucapan Janice. "Nggak homo lah gue, Kampret. Lagi nyari yang pas, butuh waktu lama. Kalau lo mau, boleh dah Jen gue coba dulu," ucapnya yang langsung diberi dampratan oleh Janice, tambahan jitakan dari Asya pula.

Asya menatap lurus ke arah Gerald, "Bukan karena belum nemu yang pas deh, emang situnya aja ngeles nggak mau serius," sergah Asya penuh sarkasme. Dia pun menjulurkan lidah untuk mengejek si Playboy Gadungan, Gerald, dengan raut muka bahagia. Gerald pun diam tak bersuara karena sindiran Asya!

Would You Still Love Me The Same?Where stories live. Discover now