[Enam Belas] Pernyataan Cinta

4.2K 314 25
                                    

Asya memijit dahinya pelan. Semua ini terlalu tiba-tiba. Asya masih ingat betul tadi sewaktu resepsi pernikahan Gendis, Gibran melempar tatapan marah kepada Rayhan. Sekarang dia melihat sang Papa cekikikan dengan Rayhan dan juga Om Radit. Rasanya Asya ingin mencekik Rayhan untuk meminta penjelasan.

"Nah, ini si Cantik udah datang," cetus Wina. Dia menatap Asya dengan senyuman hangatnya. Asya membalas senyumannya dengan kikuk.

Rayhan sudah duduk manis di sofa ruang tamu lengkap dengan seragam lorengnya. Asya heran, masih terhitung cuti begini, Rayhan sering sekali mengenakan seragam kebesarannya. Muka itu nampak seperti orang tidak berdosa, cengar-cengir yang membuat lesung pipi itu nampak jelas di mata Asya. Jantung Asya seperti ditabuh tidak beraturan. Apa benar Rayhan yang melamarnya? Mengapa secepat ini?

Tampak Radit menyenggol lengan putranya, memberi isyarat agar Rayhan buka suara. Gugup dirasa Rayhan, jemari tangannya bertautan, sesekali dia meremasnya karena deg-degan.

"Jadi, begini, Pa, Ma. Maksud kedatangan Rayhan dengan Ayah Bunda malam ini untuk menindak lanjuti perintah Papa tempo hari, waktu Rayhan datang sendiri dengan maksud meminta Asya untuk jadi pendampingnya Rayhan," tampak Rayhan menghirup oksigen dalam-dalam. "Masih dengan maksud tujuan yang sama, disini Rayhan beserta keluarga hendak meminta restu untuk bisa meminang Asya," lanjutnya.

Asya menundukkan kepalanya malu ketika pandangan mata Rayhan tertuju padanya. Bingung harus berbuat apa di saat yang super canggung seperti ini. Baru pertama kali dia dihadapkan dengan lamaran dadakan seperti apa yang dilakukan oleh Rayhan. Dia juga ikut gugup menanti jawaban apa yang akan dilontarkan oleh Gibran untuk menanggapi lamaran Rayhan dan keluarganya.

Gibran berdehem dan menepuk pundak lelaki yang melamar Asya. "Rasanya ngebut sekali, bukan, Han? Kamu terburu-buru kenapa? Temanmu pada nikah? Jangan jadikan ini ajang perlombaan untuk siapa yang cepat nikah," sahutnya.

Rayhan menelan ludah susah payah. Memutar otak untuk menjawab tanggapan dari Gibran. "Rayhan tahu mungkin Papa masih ada rasa kecewa karena perlakuan Rayhan terhadap Asya waktu itu. Sekali lagi, maksud kedatangan Rayhan murni ingin mempersunting putri Papa, Asya. Selain karena Rayhan akan segera ditugaskan dengan Kontingen Garuda, Rayhan juga nggak pengen Asya direbut pria lain. Rayhan ingin mengikat Asya dengan suatu komitmen," ujarnya panjang lebar.

Asya menggigit bibir bagian dalamnya. Penjelasan Rayhan itu menyimpan rasa frustasi di dalamnya. Asya tahu itu. Aduh, dirinya bingung harus menjawab apa lamaran Rayhan ini nantinya.

"Papa bukannya dendam sama kamu, Han. Dengan kejadian itu dulu, Papa harap kamu bisa berkaca diri, jangan lagi-lagi kau buat aneh-aneh putriku ini. Papa kasih restu buat kalian. Ma, gimana?" Gibran menyentuh telapak tangan Kila, istrinya, menagih pernyataan lanjutan.

Kila tampak mengembangan senyuman. Dia melirik Wina sekilas, "Mama kasih restu. Lumayan, besannya udah kenal dekat," ucapnya dengan nada gurauan yang membuat suasana di ruang tamu itu menghangat. "Semua balik lagi ke yang bersangkutan, ya. Jawaban mutlak ada di putrinya Mama. Asya, ayo jawab,"

Deg! Harus bagaimana dia menyampaikan jawabannya? Asya sendiri masih terkejut. Rasanya waktu berjalan sangat cepat. Dia kesusahan menafsirkan satu persatu makna dari ucapan halus Rayhan yang bermaksud melamarnya. Membuat dirinya untuk menjadi pendamping hidup pria itu.

Semua pasang mata kini menyergap Asya, menuntut jawabannya. Radit salah satunya.

"Gimana, Nak Asya? Rayhan diterima atau tidak? Jangan sungkan-sungkan mau nolak, udah lapang dada kok anak ini," Radit melempar senyuman geli. Membuat Rayhan tampak pias ketika mendengar kata tolak-menolak di ucapan sang Ayah.

Asya tampak bingung, takut salah menyuarakan jawabannya. "Hmm, begini, Om, Tante. Asya mau bilang makasih udah datang kesini buat ngelamar Asya. Asya masih pengen lanjut kerja, takutnya keputusan Asya ini malah memberatkan Mas Re," tukasnya.

Would You Still Love Me The Same?Where stories live. Discover now