[Dua Belas] Mabuk Cinta

4.9K 308 1
                                    


Kemana pikiran Asya dulu yang selalu mencela penampilan Rayhan? Mengatai cowok yang sekarang menjadi pacarnya itu dekil lah, kurang rapi kek, atau tidak menarik sama sekali. Asya telah mengkhianati pikirannya sendiri. Nyatanya, dia hampir meneteskan liur melihat Rayhan dengan Pakaian Dinas Pesiar Malamnya. Kalau bisa memberi penilaian seberapa keren Rayhan di mata Asya kali ini, dia akan memberi Rayhan sepuluh jempol untuk itu. Jempol kaki, tangan, dan pinjam tetangga kalau perlu.

"Ngelamun aja, Bu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngelamun aja, Bu. Udah sejam tuh, ngelamunnya," gurau Rayhan dengan menarik tali tas milik Asya. Asya makin hapal dengan kebiasaan unik Rayhan yang satu ini.

Asya pun mengikuti langkah Rayhan, berjalan beberapa meter di belakang pacarnya, menatap punggung tegap itu. Mungkin orang-orang akan menghujat betapa tidak romantisnya cowok seperti Rayhan, tidak etis meninggalkan pacarnya untuk mengikuti langkahnya di belakang. Atau mungkin beberapa mengatakan seharusnya mereka bergandengan tangan, menunjukkan kalau cowok itu mau melindungi kamu.

Asya masa bodoh dengan hal receh semacam itu, sudah jelas dia tahu kalau Rayhan tidak ingin membuat kontak fisik berlebih dengannya. Bukan karena jijik atau apa, itu semua karena Rayhan tidak ingin bertindak melampaui batas. Asya pun sepemikiran dengan Rayhan, dia juga tidak yakin Papa akan suka dengan pacaran yang diluar batas.

Ngomong-ngomong soal Papa...

"Oh, ya, Mas. Papa udah tau kalau Mas Re itu pacarku," kata Asya, mendekat beberapa langkah ke arah Rayhan. "Asya nggak bisa baca ekspresi Papa, yang jelas tadi Asya denger Papa nyuruh Mas Re buat menghadap. I am not sure what does that mean,"

Rayhan menghentikan langkahnya seketika. Membuat Asya yang di belakangnya terantuk tubuhnya yang keras. Mengaduh kesakitan sambil mengelus jidatlah yang dilakukan Asya karena perlakuan Rayhan tadi. "Bisa diproses nih Mas, harus siapin alasan apa ini?" Rayhan terdengar panik.

Mereka berdua sudah sampai di depan barak Arza, mobil keluarga Asya juga terparkir di sana. Melihat Arza sudah berganti seragam coklat dan menenteng beberapa tas, dibantu oleh Kila. Gibran berdiri tepat di depan pintu barak, tepat di hadapan Rayhan. Dia menelan ludahnya susah payah. Setelahnya, dia memberi hormat kepada Gibran.

"Izin, Pa."

Gibran mendekati Rayhan, mencengkram pundak pemuda itu cukup keras. Rayhan menahan diri untuk meringis kesakitan. "Izin-izin gimana ini, Han? Ngasih tau Papa hubunganmu sama Asya saja tidak," ucap Gibran dengan penekanan di kata terakhir.

"Siap, salah, Pa!"

Kemudian, tawa itu menyembur dari mulut Gibran. Dia senang menyambut datangnya Rayhan untuk masuk lebih dalam ke keluarganya, meskipun belum resmi menjadi bagian keluarga. "Sontoloyo kamu, Han. Curi-curi anak gadis kesayangan Papa nggak pake bilang." Dia merangkul pundak Rayhan, "Tau kalian saling suka, dari awal Papa bakal jauhin kamu dari Asya, Han. Dia anaknya nggak pantes sama kamu, Han. Bandel anaknya,"

Would You Still Love Me The Same?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang