Lima

46.7K 2.8K 95
                                    

Bara menghisap rokoknya kuat-kuat, matanya memandangi langit malam yang terlihat membosankan. Tanpa bintang dan bulan. Langit malam kali ini seperti menggambarkan keadaan hatinya. Kosong. Hampa. Dan ... Gelap.

Tapi itu dulu, sebelum ada seseorang yang memasuki hatinya. Alea Natasha, namanya. Gadis yang berparas cantik dan cerewet. Gadis yang masih menggunakan logat aku-kamu di tahun 2017 ini. Bara tahu, sikap Lea yang agak kalem ini sebenarnya karena hatinya yang masih menyimpan luka batin. Dan Bara berjanji, akan menyembuhkan luka yang ada di hati kecil Lea.

Bara memejamkan matanya saat melihat sesuatu yang sangat amat di hindarinya. Rokok yang ada di sela-sela jarinya pun kontan terjatuh karena kedua tangannya dengan cepat menutupi kedua telinganya. Dia berlari cepat memasuki kamarnya dan langsung menjatuhkan dirinya di atas kasur.

Nafasnya tercekat, keringat dingin mulai membanjiri wajahnya, begitu pun juga dengan tubuhnya yang mulai bergetar.

Kejadian belasan tahun silam kembali menggentayangi pikirannya. Kejadian di mana hidupnya mulai berubah.

Dan Bara membenci itu semua.

***

"Pagi, Tasha. Lagi apa? Lagi belajar ya? Belajar apa?"

Lea memutar bola mata malas, sumpah deh dia dateng pagi-pagi gini biar lebih leluasa hapalin materi Ekonomi yang bakal di mulai satu jam lagi tapi justru malah di kacauin sama makhluk bernama Bara ini.

"Udah tau lagi belajar! Malah nanya! Sana pergi, aku jadi nggak konsen tau gak!" seru Lea sembari memukul lengan Bara dengan penggaris plastiknya.

"Belajar apa? Belajar mencintai gue ya? Oh kenapa nggak konsen? Wajah gue malah menuhin isi otak lo ya? Duh gue jadi-- aw!"

Bara mengaduh waktu kepalanya di pukul oleh Lea. Dan wajah Lea mendadak pucat saat Bara menjerit dengan tangan yang memegangi bagian kepalanya yang barusan di pukul Lea. Lea panik banget apalagi teman-temannya juga melihat itu dan menghampiri Bara yang posisinya udah kayak orang kejang-kejang di depan meja Lea.

"Aduh itu Bara lo apain?"

"Bawa ke UKS coba!! Atau panggilin guru!"

"Duh lo mukul pake apaan sih?"

Lea meremas tangannya yang mulai basah, perlahan dia mulai mendekati Bara yang masih menjerit-jerit. "Bar, maaf ..."

"Lea, coba liat kepalanya berdarah nggak!"

Lea mengangguk pelan, baru saja dia hendak menyingkirkan tangan Bara-- tapi tiba-tiba Bara membuka matanya. Semua yang ada di sana tentu saja kaget bukan main, gimana gak kaget coba lagi menjerit-jerit kesakitan tiba-tiba langsung berhenti dan ngebuka matanya.

"Haus gue ngejerit-jerit mulu. Minggir, jangan kerubutin gue kayak gitu, gue gerah. Lo ada minum gak?"

Lea dan yang lainnya melongo. "Wajah lo pucet amat. Kenapa? Panik ya? Kasian amat. Makanya jangan coba-coba lagi buat mukul gue kalo nggak mau kena resikonya. Bye, Tasha. Semangat ya belajarnya."

Krriiingg!!

Oke, bel jam pelajaran udah berdering. Mereka yang menonton tipuan Bara langsung kelabakan. Waktu mereka pun kebuang sia-sia, udah nggak sempet lagi buat belajar. Lea masih melongo sedangkan teman-temannya saling mengumpat merutuki kelakuan Bara yang sangat menjengkelkan. Eh bukan menjengkelkan lagi sih, udah minta di gorok banget.

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now