Tiga Enam

30.7K 2.4K 71
                                    

Suasana WBJ siang ini cukup gaduh, karena banyak anak lelaki yang asik memanjat pohon yang mulai berbuah di sekitaran markas mereka, seperti Bara contohnya. Wajah cowok itu terlihat bahagia walaupun keringat mengucur deras di dahi, leher dan punggungnya.

"Tolol, jambu masih se kerikil batu malah di petik!" makinya kepada Jordy.

"Gak ada lagi!"

"Ya kalo udah abis lo'nya turun! Jangan metikin semua jambu!"

Jordy menatap Abriel tajam, dalam benaknya dia menggerutu, kenapa dia selalu menjadi bahan bully kedua sahabatnya?

"Ada ulet bulu di kerah baju lo," kata Abriel seraya mengunyah jambu bijinya. Sedangkan Bara yang mendengar itu hanya menatap Abriel dan Jordy sebentar, lalu kembali sibuk memilih jambu yang menurutnya cocok di makan.

"Bar?"

Bara dengan wajah polosnya menoleh ke arah Abriel dengan sebuah jambu yang ada di genggamannya.

"Lo udah sebulan ya sama Lea?"

Bara mengangguk.

"Wah, traktir dong!"

Bara berdecak, lalu dagunya ia arahkan ke kedai tersebut. "Ambil aja apa yang lo mau. Biar gue yang bayar."

"Jordy doang, Bar?"

"Semuanya."

Kedua mata Jordy dan Abriel berbinar. Lantas Jordy berteriak ke arah anak-anak lainnya yang masih sibuk memetik berbagai macam buah.

"Woi dapet traktiran dari Bara!"

"Serius nggak nih?" kata Rahmat sambil membersihkan celananya yang kotor.

Bara menjawab, "Iya serius. Ngerayain hari jadi pertama gue sama Lea."

Hanya karena perkataan itu, semua anak laki-laki yang ada di sana pun langsung ke arah kedainya Bang James, untuk sekedar menambah rokok, gorengan, kopi ataupun mie. Mumpung di bayarin, mereka bilang.

Bara kembali duduk di salah satu bangku panjang sembari menunggu gadisnya yang sampai sekarang belum datang menemuinya juga.

Dan itu cukup membuat perasaan Bara sedikit gelisah.

Mengeluarkan ponselnya, pun Bara berniat mengirimi pesan kepada sang gadis.

Bara Airlangga : Di mana?

Sent.

Bara menghembuskan nafasnya panjang waktu melihat wallpaper ponselnya yang berlatar gambar gadisnya tengah bersandar manja di bahu kokohnya.

Ya ampun, dia benar-benar rindu dengan gadisnya. Karena rasanya aneh, ketika dia tidak bertemu Lea. Walau cuma satu hari.

"Bar! Ada cewek lo."

Bara mendongak dan matanya langsung menangkap sosok Lea dan Nura. Lea yang berpenampilan kacau dan juga Nura yang berusaha menenangkan Lea.

Sial, gadisnya kenapa?

***

Bara tertawa kecil waktu melihat penampilan Lea yang kacau. Gimana nggak kacau coba kalau rambut awut-awutan seperti nenek lampir, hidung merah yang kembang-kempis, mata bengkak, bibir gemetar menahan tangis. Oh, satu lagi, pakaian Lea terlihat kusut.

"Nangis aja, gak usah di tahan-tahan." kata Bara yang entah sudah ke berapa kalinya.

Lea menunduk dalam, meremas rok ketatnya bersamaan dengan matanya menatap flatshoes yang sedang di pakainya. Dia masih enggan menceritakan masalah yang menimpanya, bukan karena apa, tapi dia takut kalau nantinya jawaban Bara justru membuatnya kecewa.

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now