Empat Enam

30.5K 2.5K 126
                                    

"Masih lama ya?"

Bara berdecak sebagai jawabannya, membuat Lea terkikik geli karena sudah berhasil membuat Bara-nya kesal.

Lalu, jari jemari Lea bergerak naik, merapihkan rambut Bara yang sedikit menutupi dahinya.

"Besok, rambutnya di pangkas, ya? Biar lebih rapih."

Kali ini Bara berdehem, karena dia sedang fokus dengan sebuah kanvas yang ada di pangkuannya.

"Kukunya juga di potong, udah pada panjang."

"Hm."

"Tas sekolahnya di cuci setiap minggu, terus kaos kaki juga."

"Hm."

"Ih, kamu denger nggak sih?!"

"Denger lah tolol. Kalo gue nggak denger ya gue budek."

Lea mengerucutkan bibirnya. Dalam hatinya dia menggerutu, kenapa sih Bara emosian?

Pun gadis yang rambutnya di kuncir tengah tersebut mendesah panjang, lantas karena bosan, dia menaruh kepalanya di sisi kanan bahu Bara yang tegap.

"Aku ada tugas Matematika, kamu bisa bantu nggak?"

Bara menghentikan gerakannya sesaat, sambil memutar dan menundukkan kepalanya sedikit, menatap gadisnya.

"Gue gak jago hitung-hitungan. Coba aja lo tanya gue soal perkalian, di jamin ... Gue nggak bisa ngejawabnya."

Lea mendongakkan kepalanya, sedikit terkejut dengan pengakuan Bara.

"Serius?"

Bara mengangguk tanpa membalas tatapan gadis yang tengah merebahkan kepala di bahunya.

"Terus kalau ulangan, gimana?"

"Ya ... Ngasal. Atau nggak nyontek."

"Emang Mama kamu nggak marah?"

"Marah. Di suruh les juga, tapi nanti aja, menjelang kelas dua belas."

Lea mengangkat kepalanya, lantas jari lentiknya mulai menelusuri permukaan wajah Bara yang terbilang lembut. Pertama, Lea menyentuh dahi Bara yang berkeringat, lalu menurun sedikit ke alis tebalnya. Merapihkannya.

"Kamu pasti waktu kecil suka di pakein minyak kemiri sama Mama kamu. Iya 'kan?"

Pun Lea mendengus jengkel, waktu Bara merespon pertanyaannya dengan lirikan singkat.

Tapi Lea nggak peduli soal apa yang bakal Bara respon, toh dia mengerti kalau Bara memang sedikit error.

Lea menatap dengan seksama bulu mata Bara yang sangat lentik. Ah ya ampun, ini lebih indah dari bulu mata Syahrini atau extension.

Ck ck, ciptaan Tuhan memang lebih indah.

Jari telunjuk Lea menurun, menyentuh batang hidung Bara yang lumayan mancung. Dan lagi-lagi gadis itu tersenyum.

"Jangan bikin gerakan kayak gitu, bego. Gue geli."

Masa bodoh!

Gadis itu perlahan mulai memberanikan diri untuk menyentuh salah satu bagian wajah Bara yang menjadi favoritnya setelah mata.

Yaitu kumis tipis Bara.

Hembusan nafas Bara yang hangat, menerpa kulit Lea. Yang menyebabkan bulu kuduk Lea berdiri.

Karena rasanya ... Aneh.

Dan entah karena malu atau geli, Bara menepis jari pacarnya dengan lembut.

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now