Delapan Belas

31.5K 2.5K 23
                                    

"Aku sendirian di rumaaah."

Bara mengernyit heran. "Terus?"

Pasti minta di temenin nih anak.

Di seberang sana, Lea mendecak jengkel. "Gak pa'pa."

"Gimana ya,"

Bara melirik sekilas teman-temannya yang asik merokok sambil sesekali melihat ke arahnya.

"Gue lagi nongkrong. Abis ini juga pada mau futsal. Gue gak bisa ke rumah lo dan ngajak lo jalan. Kalo mau ... Ya ikut gue futsal."

"Yaudah gak pa'pa. Jam berapa kamu jemput aku?"

Bara menjauhkan sedikit ponselnya, agar bisa melihat jam yang tertera di layarnya. "25 menit lagi gue jemput."

"Yeay! Udah dulu ya aku mau siap-siap! Bye Onta!"

Bara kembali memasukkan ponsel ke saku celananya lagi setelah gadisnya memutuskan panggilan secara sepihak.

"Cewek lo, Bar?"

Menatap Daffa sekilas, Bara mengangguk dan kembali menyulut sebatang rokoknya.

"Lo mau jalan? Gak jadi fut--"

"Jadi. Dia gue ajak."

Daffa manggut-manggut. Detik berikutnya dia tersenyum miring. "Secantik apa sih cewek lo? Gue jadi gak sabar buat ngelihat,"

Jordy yang sedang memakan kerupuk pun menimpali. "Wah jangan salah, Daf! Ceweknya Bara cantik maksimal! Kulitnya aja putih mulus udah kayak keramik yang di koleksi emak gue!"

"Seriusan, Jo?"

"Gila, punya pacar cantik kenapa gak di kenalin ke kita-kita, Bar?"

"Kenalin lah sini biar bisa di gilir."

Sebagian anak lainnya tertawa pelan mendengar penuturan Daffa.

"Iya. Ikhlas kok bekas temen juga."

Jordy menatap Bara dengan takut. Perasaan bersalah mulai memasuki hatinya. "So--"

"Jam berapa Jo sekarang?" Bara bertanya datar.

Jordy berdehem sebelum menjawab. "Setengah delapan."

"Gue jemput cewek gue dulu. Abriel nyusul 'kan nanti? Gue duluan ya."

Bara perlahan mulai beranjak pergi meninggalkan teman tongkrongannya yang sekarang terdiam. Mereka semua tahu kalau sekarang Bara tengah memendam emosinya yang berhasil di pancing oleh Daffa, rajanya cowok bad. Tapi ada satu hal yang nggak mereka tahu untuk sekarang ini, kalau memukul teman sendiri adalah salah satu perbuatan yang paling Bara hindari.

***

Lea memakan cornettonya dengan tenang. Matanya sesekali menatap Bara yang tengah menggocek, mengoper, atau memasukkan bola ke gawangnya dengan mudah. Keringat sangat membanjiri wajah Bara, tapi Lea gak merasa jijik. Dia justru merasa terpukau. Otak setengah warasnya mengatakan kalau keringat Bara itu bukan racun, tetapi seperti air suci dewa Yunani.

"Halo?"

Lea menoleh. Dia langsung mendapati seorang perempuan berambut sebahu yang tersenyum ke arahnya.

"Kamu nyapa aku?"

Cewek itu mengangguk.

"Nama gue Gendis. Kalo lo?"

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now