Dua Sembilan

28.7K 2.1K 112
                                    

Seorang gadis berpakaian khas anak SMA berlarian di lorong rumah sakit yang serba putih ini. Wajahnya terlihat lelah dengan keringat yang terus mengucur di pelipisnya. Matanya pun sudah bengkak, menandakan kalau ia sudah terlalu banyak memproduksi air matanya. Tapi gadis itu nggak peduli soal penampilannya sekarang, yang terpenting dia harus memastikan.

Kalau Baranya baik-baik saja dan ini hanyalah prank darinya.

Tubuh Lea bergetar, ketika melihat ruang ICU yang di penuhi oleh beberapa orang yang di kenalnya. Jordy, sang pengirim kabar yang memberitahu Lea pun seakan menyadari keberadannya. Satu fakta yang cukup membuat Lea terpuruk adalah...

Ini bukan prank.

Mata Lea menelusuri setiap tubuh Jordy yang sedang berjalan ke arahnya. Dan matanya terkunci ketika melihat leher Jordy yang di perban.

"Bara ... Mana?"

Cowok tersebut menggosok bahu Lea, pelan. Berusaha menenangkan meskipun Jordy ikut khawatir.

"Bara bakal baik-baik aja. Dia kuat. Mending lo duduk dulu. Tenangin diri."

"Aku mau ketemu Bara!"

"Lea!"

Jordy berlari kecil mengejar Lea yang sudah berada di depan pintu ICU dengan tatapan kosong. "Lea, duduk dulu. Kita--"

"Kamu pacarnya Bara?"

Lea dan Jordy menoleh. Jordy memundurkan langkahnya sedangkan Lea mengangguk pelan.

"Tante ... Siapa?" cicit Lea.

Wanita tersebut tersenyum ramah. Matanya masih basah dan memerah, pertanda bahwa beliau sama kacaunya dengan Lea.

"Saya Ibunya Bara ... Duduk dulu ya Nak? Biar saya ceritakan apa yang Bara alami,"

***

"Lea udah dong nangisnya. Bara bakal baik-baik aja kok,"

Lea tersenyum paksa. Matanya masih memandang kosong lantai rumah sakit. Sekarang, sudah mulai banyak yang menjenguk Bara. Padahal, Bara belum keluar dari ruang operasi dan belum ada satupun yang tau kabar pastinya, termasuk kedua orang tua Bara.

Lea mengalihkan pandangannya. Menatap kedua orang tua Bara yang duduk di kursi tunggu seberang. Sejujurnya, Lea cukup terkejut dengan kedua wajah tersebut. Karena...

"Keluarga pasien?"

Kedua orang tua Bara bangkit, menemui dokter dengan wajah yang masih terlihat lelah. "Gimana kondisi Bara, dok?"

"Kondisi Bara kritis. Kepalanya mengeluarkan banyak darah dan terdapat memar yang cukup parah di kepalanya. Tetapi kalian tidak perlu terlalu khawatir, Bara hanya mengalami gegar otak ringan yang masih bisa sembuh jika rutin check up,"

Dokter tersebut terdiam sebentar. "--tapi, Bara membutuhkan banyak darah dan kami--"

"Lakukan apa yang terbaik, dok."

"Sayangnya kami tidak mempunyai stok darah yang cocok dengan Bara. Karena... Bara memiliki golongan darah yang cukup langka,"

Kedua orang tua Bara tersentak. Pun mereka memundur perlahan.

"Kalian kedua orang tua Bara? Apa salah satu dari kalian memiliki darah yang sama dengan pasien?"

Dokter tersebut mengalihkan pandangannya waktu kedua orang tua Bara tidak menjawabnya dan beralih ke teman-teman Bara yang ikut duduk di kursi tunggu dengan wajah tegangnya.

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now