Empat Sembilan

30K 2.3K 54
                                    

"KEPADA--BENDERA MERAH PUTIH--HORMAAAAAT--GRAK!!!"

Ratusan atau bahkan ribuan orang yang berbaris rapi di lapangan utama SMA Bintang Harapan, sontak mengikuti intruksi dari sang pemimpin upacara. Suaranya yang keras dan lantang, membuat bulu kuduk mereka berdiri. Terlebih barisan kaum hawa. Karena para kaum hawa, mati-matian menahan jeritannya hanya karena baru pertama kali merasakan karisma dari seorang Bara Airlangga.

Termasuk Lea. Dia sedari tadi sengaja memilih untuk berbaris di barisan pertama hanya karena ingin lebih dekat dengan Bara.

Ya ampun ya ampun, kenapa pacarnya bisa segagah ini?

"Itu bener Bara 'kan?"

Lea memutar kepalanya sedikit, lantas mengedipkan matanya ke arah Nura yang berdiri di sampingnya.

"Aku juga masih nggak percaya kok."

Kedua gadis itu terkikik, dan baru berhenti ketika sang kepala sekolah memberikan pelototan untuk mereka berdua.

"Bara ... Atau Ciko?"

Lea melirik Nura dari ekor matanya, lalu berbisik pelan. "Kenapa harus pilih yang brengsek ketika yang bisa bikin bahagia berdiri di depan mata?"

Kedua gadis itu lagi-lagi terkikik. Tapi sayangnya, suara mereka terdengar ketika lantunan lagu Indonesia Raya selesai. Sehingga satu sekolah bisa mendengar kikikan mereka.

"ALEA NATASHA DAN NURAYA BELIA DI HARAP BERDIRI DI SAMPING TIANG BENDERA SAMPAI UPACARA SELESAI."

Dua cewek itu mendadak tegang kala suara sang pembina upacara menegur mereka. Pun dengan terpaksa, keduanya berjalan ke depan. Di saksikan oleh ribuan pasang mata.

Juga oleh Bara yang sekarang tengah tersenyum meledek.

***

"Lea!"

Sang empunya nama yang sedang berjalan di koridor, refleks menoleh ke belakang. Kala mendengar namanya di sebut.

Tapi Lea nggak menjawab, dia hanya memutar tubuhnya, lalu menatap lelaki yang berlari ke arahnya.

"Buat lo."

Lea mengernyit. Matanya memandang sekaleng Pocari Sweat yang ada di tangan kanan Ciko.

"Buat aku?"

"Iya. Lo tadi habis di hukum 'kan? Nih gue beliin minum. Biar lo seger lagi."

Lea memutar bola matanya. Menimbang-nimbang apakah dia harus menerima minum dari Ciko atau tidak.

"Bara nggak bakal tau," ucap Ciko seakan mengetahui apa yang Lea pikirkan.

"Maaf. Aku nggak mau ngebohongin Bara lagi."

Ciko mengusap wajahnya gusar. "Yaudah terserah lo. Intinya gue cuma niat buat ngasih ini ke--"

"Ke siapa?"

Ciko memutar kepalanya sedikit ke belakang. Sedikit terkejut dengan Bara yang sudah berdiri di belakangnya.

"Ke Lea!"

Lea menelan ludahnya gugup, feelingnya mengatakan bahwa Bara pasti akan terkena kasus lagi.

Bara pun berjalan melewati Ciko, lantas berdiri di samping Lea. Seraya merangkul bahunya.

"Lo tahu, siapa perempuan yang gue rangkul ini?"

Ciko nggak menjawab, dia malah memandang Bara dengan remeh.

"Asal lo tau ya, anjing neraka--perempuan yang gue rangkul sekarang ini, adalah perempuan yang lo sia-siain beberapa bulan yang lalu! Liat, nyesel 'kan lo?"

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz