Dua Satu

34.2K 2.5K 132
                                    

"Aku tuh sengaja nggak bilang mau beli es bubble. Takut di bilang kode soalnya,"

Bara menjilat bibirnya sebelum menjawab. "Kode gimana?"

"Ya ... Kode minta di beliin es. Lagian 'kan tadi aku udah bilang, onta-- jangan bayarin aku mulu."

Bara mengernyit, kepalanya ia putarkan ke samping kiri, menatap sang pemilik hati yang berjalan menunduk.

"Uang gue banyak."

"Ih gak usah pamer deh raja minyak!"

Terkekeh, Bara mengacak pelan rambut gadisnya.

"Gini aja ya tuan puteri, gue udah bilang berkali-kali kalo lo di tugasin buat ngebikin gue bahagia. Dan sebagai gantinya akomodasi lo gue yang tanggung."

Lea mencibir. "Akomodasi segala bahasanya."

"Yaudah intinya lo gak usah khawatir kalo duit gue habis. Tenang aja, duit gue bakal cukup walaupun di pake buat biaya hidup anak kita nanti."

"Anak segala. Katanya gak usah mikirin masa depan."

"Siapa yang ngomongin masa depan. Orang gue cuma ngejelasin."

"Yaudah sini plastiknya aku yang pegang aja,"

Bara spontan menunduk, menatap plastik yang sedang di bawanya.

"Kenapa emang? Ini lumayan berat kalo bagi lo."

"Ih nanti di sangkanya aku cewek manja!"

"Emang manja,"

Buggh!

Lea memukul lengan atas Bara dengan kencang, tapi maaf-- pukulan Lea sama sekali gak ngaruh bagi Bara. Abisan, badan peyot kayak gini masa mau mukul badan Bara yang berisi.

"Ini lumayan berat, Tasha. Nanti jari lo pada sakit."

"Gak pa'pa kok."

"Ck. Gak usah ngeyel kalo di bilangin. Nurut aja."

Lea melepas tangannya yang sedang di genggam oleh Bara.

"Kam nyuruh aku nurut mulu! Nurut sama akunya kapan?!"

Gemas, Bara pun dengan isengnya menarik pipi gadisnya hingga melebar. "Emang ada sejarahnya kepala keluarga nurut sama ibu rumah tangga?"

"Terus kamu gak bakalan nurut gitu?!" seru Lea tak kalah gemas.

"Ya nurut."

"Kapan?!"

"Kalo lo ngandung anak gue, gue bakal nurutin apa yang lo mau."

Semburat rona merah menghiasi kedua pipi Lea. Ya ampun, Bara ini sepertinya calon suami siaga!

"Termasuk jalan-jalan keluar negeri? Korea? Dubai? Prancis? Umrah? Swiss?"

Bara mengangguk mengiyakan. "Ya. Termasuk."

"Kamu serius?"

"Gue harus nunjukkin buku rekening gue dulu ya biar lo percaya?"

***

Ibnu menyesap kopi hitamnya yang masih panas dengan sangat hati-hati. Kedua garis matanya yang mulai keriput ketika tersenyum pun sekarang menatap Bara yang sedang duduk di sampingnya.

Ibnu menghembuskan nafasnya melalui mulut, dan mulai mengintrogasi pacar putri sulungnya yang malam ini terlihat berbeda.

"Tatap saya."

Bara memutar tubuhnya, menghadap sang calon mertua dengan berani.

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now