Tujuh Belas

37.1K 2.3K 44
                                    

Keadaan kelas 11 IPS 4 siang ini cukup tenteram. Hanya ada suara hembusan AC yang menyala, dan suara maut Bu Hazami yang cukup membuat telinga sedikit sakit. Tapi tidak bagi Bara, dia sekarang justru sedang tertidur lelap di mejanya karena semalaman baru tidur jam setengah 3 pagi tadi.

Drap! Drap! Drap!

Suara sepatu hak Bu Hazami semakin mendekat ke arah meja Bara, karena Beliau menyadari ada salah satu muridnya yang asik tertidur pulas. Melihat itu, Abriel mendadak panik, sedangkan Jordy santai-santai saja sembari mengupil.

"Sst, Bar!"

Brak!

"BANG-- eh, Ibu? Ngapain Bu ke meja saya?"

Bu Hazami berkacak pinggang, matanya menatap Bara dengan intens. "Kalo kamu mau tidur di rumah saja sana!"

"Saya juga penginnya begitu, Bu. Tapi 'kan saya nggak bisa pulang."

Brak!

Penggaris panjang berbahan dasar kayu itu sudah menggebrak meja Bara untuk yang kali kedua. "Kamu itu bodoh atau apa sih hah!"

"Ya saya emang bodoh, Bu. Makanya saya sekolah biar pinter,"

Beliau terbelalak. "Oke sekarang mana PR kamu?!"

Bara mengernyit. Tangannya menggaruk kepalanya yang sedikit gatal. "PR yang mana ya Bu?"

"BERDIRI DI DEPAN TIANG BENDERA SAMPAI PELAJARAN SAYA SELESAI!"

Bara menahan nafasnya. Gurunya ini abis makan apa ya?

"Panas, Bu." jawab Bara setelah melirik ke arah lapangan dari jendela kelasnya.

"Gak usah kayak anak cewek kamu! Kulit kamu 'kan udah cokelat! Mau kena panas pun gak masalah! Ayo berdiri!"

Bara berdecak pelan. "Ya biarin. Daripada Ibu, kulitnya putih ... Putih di muka doang maksudnya,"

Murid-murid kelas 11 IPS 4 menahan tawanya, termasuk Abriel dan Jordy. Mereka semua salut sama Bara, paling berani ngebantah ucapan guru. Terutama Bu Hazami yang sepertinya mempunyai seperempat gen T-Rex.

"Melawan ya kamu!"

"Saya nggak ngelawan, Bu. Ya udah saya keluar kelas dulu,"

Bara bangkit dan mengambil sebuah topi dari dalam tasnya. Lalu berujar, "Saya pamit ya, Bu. Lehernya jangan lupa di kasih pemutih juga biar gak belang. Assalamualaikum."

"ANAK GAK TAU SOPAN SANTUN!"

***

Bara mengusap peluh yang bercucuran di dahi dan lehernya. Sudah 15 menit dia berdiri seraya hormat di depan tiang bendera, dia merasa sangat gerah sekarang di tambah tenggorokannya yang terasa kering. Oh, belum lagi matanya yang masih terasa berat.

Shit.

"Bara! Ngapain di situ?"

Bara menengok ke arah kiri ketika mendengar suara perempuan yang memanggil namanya.

"Nyuci baju."

Perempuan itu mengerucutkan bibirnya. "Serius ih!"

"Mata lo katarak emang?"

"Mau minum gak? Nanti gue beliin deh,"

Bara spontan menggeleng. "Gak. Gue gak haus."

"Bohong! Orang bibirnya kering gitu!"

Match Made in Heaven[SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now