Thirteen ▶Perubahan sikap

95 30 12
                                    

Permusuhan dan kebencian dimulai dari adanya empati dari masing-masing induvidu


~~||~~

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat akan dimulai. Vanessa yang masih menggeram kesal menjadi keblabakan melihat hukuman nya masih  baris 500, yang berarti 500 kalimat lagi yang harus dikerjakan nya. Ia sengaja memberi nomor setiap baris supaya dia mengetahui berapa lagi yang harus ia tulis.

Vanessa menulis lagi melanjutkan kalimat yang belum terselesaikan tak mau hukuman nya menjadi lebih berat. Lebih baik ia tak istirahat kali ini, ia tak memperdulikan lagi Vero yang dihadapan nya sedang mengernyit bingung.

Vero yang menatap Vanessa merasa heran dengan cewek itu. Bukan nya bel berbunyi kenapa ia masih asik menulis hukuman toh Vero saja tak peduli hukuman nya, bahkan yang ditulisnya pun masih 5 baris tak berubah sedikitpun sejak bu Dian pergi dari perpustakaan.

Vanessa yang merasa ada yang menatap nya pun menengadah "apaan lo liat-liat?! " tanya Vanessa

"kenapa lo masih ngerjain tuh hukuman? Percaya deh sama gue nggak bakal ditagih sama bu Dian," ucap Vero meyakinkan dan dibalas Vanessa mengangkat alis nya satu.

"Percaya sama lo sama aja musyrik, "jawab Vanessa enteng lalu menulis lagi tak mengindahkan tatapan sebal Vero.

"Lo kayak nggak tau bu Dian aja. Mana mungkin dia kesini cuman buat meriksa hukuman kita? bu Dian kan selalu sibuk" didalam hati Vanessa membenarkan tetapi sewaktu-waktu bu Dian bisa saja menanyai hukuman nya. Bimbang dengan ucapan Vero Vanessa bergulat dengan pikiran nya sendiri.

"Yaudah kalo lo nggak percaya gue kasih tau nih ya di rak-rak paling belakang itu biasa nya nggak pernah dibersihin,  liat tuh debu nya kemana - mana," tunjuk Vero mencoba meyakinkan Vanessa.

"Lo tau kenapa nggak dibersihin? pernah nih yah, anak petugas sekolah yang dulu, tepatnya disini mengambil buku buat dia baca dirumah, eh tiba-tiba ada makhluk yang mendekati nya trus si anak ini lari terbirit-birit pulang, malamnya ia demam dan pagi nya dia sudah nggak ada," Vanessa bergedik ngeri mendengar cerita Vero. Apakah itu benar? Tetapi kok dia nggak tau? Pasti Vero mengada-ngada supaya ia kembali kena hukuman.

"Gue tau apa yang dipikiran lo, kenapa lo dan siswa disini nggak tau ? Karena masalah ini ditutup-tutupi oleh pihak sekolah. Coba lo pikir? Siapa yang mau sekolahan nya dibilang banyak hantu? yang ada bukan nya sekolah disini malah kabur semua," ucap Vero meyakinkan, Vanessa mencerna alasan yang diberikan Vero apakah masuk akal atau tidak.

"Yaudah lo kagak dengerin ucapan gue. Tapi gue cuman bilang hati-hati ya kalau lo ketemu sama dia minta foto sama tandatangan dia biar gue pajang dirumah." Setelah mengucapkan itu Vero berjalan santai keluar dari perpustakaan.

Vanessa masih menimbang-nimbang ucapan Vero apakah itu benar terjadi? Tetapi cowok itu malah meninggalkan nya. Oke bulu kuduk Vanessa cukup merinding ia edarkan tatapan nya ke rak tersebut, lalu tanpa aba-aba ia berlari sekuat tenaga nya.

Vanessa telah berhasil keluar dari perpustakaan tampang nya yang ngos-ngosan mendapatkan tatapan bingung dari siswa dan siswi yang berlalu lalang.

Vanessa tak memperdulikan tatapan orang-orang kepada nya. Ia bahkan sedikit berlari menuju kantin karena ia yakin teman-teman nya sedang duduk dikantin.

Bingo! Ia melihat teman-teman nya sedang duduk di meja yang berada di pojok. Setelah sampai di meja itu tanpa babibu ia mengambil cappucino yang ada dihadapan Cyntia lalu meneguk nya sampai habis.

"VANVER"Where stories live. Discover now