Nine ▶Berutang budi?

118 41 17
                                    

Jatuh cinta itu tak memandang fisik
Jika jatuh cinta memandang fisik
itu jelas hanyalah nafsu semata

-Aldrian Vero Bayusta-


~~||~~

Gadis itu bangun dari tidurnya, masih menyisakan mimpi yang mungkin hanya setengah, tanpa tahu jalan ceritanya dari awal. Lalu hilang dalam sekejap mata.

Vanessa mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya yang masuk keretinanya. Mengumpukan nyawa yang belum sepenuhnya ada, setelah pengumpulan nyawa selesai ia mengingat-ingat perbuatan Vero yang menjengkelkan tadi di Sekolah, perdebatan yang tidak bermutu.

Vanessa mempunyai ide yang bagus untuk menumpahkan kekesalannya akibat cowok songong itu. Langsung saja ia menyambar handphone nya yang berada diatas nakas. Jari-jemari nya menari-nari diatas keyboard handphone miliknya.

Sesudah Vanessa mengupload foto ia lalu pergi keruang makan karena sejak tadi mama nya teriak-teriak menyuruh makan.

"Vanes tadi itu si Vero, ganteng bingo yah," sesampai Vanessa dimeja makan dahinya mengernyit bingung. Apaan mamanya? si Vero ganteng? Udah dibutain kali mata mamanya. Lagian kok mamanya tiba-tiba bilang si Vero ganteng sih? Perasaan mama nya bertemu si Vero 2 minggu lalu deh kenapa bahas-bahas si Vero sekarang? pikir Vanessa.

" Iya, itu baru cowok bertanggung jawab, papa setuju sama nak Vero? " dahi Vanessa semakin berkerut dengan ucapan papanya. Apaan sih mama dan papanya, main setuju-setuju an aja.

"Apaan sih ma, pa Vanessa nggak ngerti deh, kenapa bahas si Vero? Lagian papa kenal dari mana sih?"

Memang Vanessa nggak ngerti sekali maksud dari papa dan mama nya, kenapa mama dan papa nya malah tersenyum nggak jelas? bahas si Vero lagi.

"Si Vero nganter lo pulang barusan. Katanya lo pinsan di kelas, karena lo nggak bangun-bangun di UKS lalu dia punya inisiatif sendiri buat nganter lo," jelas Aldo sejujur nya.

"APAA?!!!!" Vanessa berteriak kencang,  membuat Aldo, mama dan papa nya meringis mendengar teriakan Vanessa yang begitu nyaring.

"Gak bisa dengar lagi gue nanti Nanes," ucapan Aldo tak dihiraukan oleh Vanessa, ia mengulang-ulang apa yang terjadi tadi siang.

Memori itu mengulang-ulang seperti kaset dari perdebatannya dengan Vero ia lupa memakan bekal dari mama nya, lalu pada saat pelajaran bu Indah ia meringis karena pasti mag nya kambuh, karena gelisah ia tidak fokus dengan pelajaran Biologi saat itu, ia disuruh menjawab pertanyaan, pada saat ia mau maju ia tak ingat apapun lagi semua nya gelap.

Pantas saja ia tiba di rumah dengan selamat, barusan ia pikir halusinasi karena melihat sekilas wajah Vero yang mengendong nya ke UKS jadi itu nyata? Tapi itu nggak mungkin kesambet setan apa si Vero mau menolongnya, ia menggeleng-geleng.

"Kenapa lo geleng-geleng udah inget semua? " ucap Aldo menyadarkan nya dari lamunan.

"Yakali si Vero nganterin gue pulang. Dia kan rival gue di sekolah." Vanessa masih tak percaya ia yakin abang dan kedua orang tuanya ini pasti bercanda, nggak mungkin lah. Ya nggak mungkin.

"Makanya kalau di bilang sarapan itu ya sarapan ini nggak mau. Udah dibuatin bekal, eh nggak dimakan, kambuh kan mag kamu ngeropotin Vero aja kamu," cerocos mama nya kesal.

"VANVER"Où les histoires vivent. Découvrez maintenant