Seventeen ▶Permen Karet

75 21 6
                                    

Maaf karena hanya membuatmu kesal aku bisa selalu bersamamu

-Aldrian Vero Bayusta-

~~||~~

Bel berbunyi semua siswa dan siswi berhambur kepintu kelas, ingin cepat-cepat pulang, ntah hang-out bareng teman-teman nya maupun pergi kemanapun asalkan tidak di sekolah. Bagi mereka sekolah itu bagaikan neraka, tetapi kadang jam kosong adalah surganya.

Vanessa mencoba berdiri dari bangku nya, tetapi ada sesuatu yang mengganjal pada rok belakang nya. Vanessa meringis dia tau apa yang dibelakang nya saat ini

"Ness kenapa lo? " tanya Anindya karena teman sebangku nya sekaligus sahabat nya. Dari tadi tidak mau beranjak dari bangkunya, tumben dia seperti itu, biasanya jika bel berbunyi ia mungkin orang pertama yang dulu keluar.

"Oh nggak papa kok Nind, lo duluan aja." Vanessa mencoba tersenyum padahal ia ingin meledak'an emosi nya kepada orang yang teganya meletakkan permen karet di bangkunya.

"yakin nih? " Anindya masih ragu dengan Vanessa, kenapa ia masih mau dikelas, jelas-jelas bel sudah berbunyi.

"Iya, pergi aja sono gue mau beres-beres dulu nih," usir Vanessa dengan senyuman palsu nya mencoba meyakinkan Anindya untuk pulang lebih dulu.

"Oh oke," ucap Anindya ragu tetapi tak ayal juga ia mengi'yakan nya.

Vanessa tersenyum pura-pura membereskan buku nya yang masih berantakan. Setelah Anindya dan teman sekelas nya keluar, Vanessa mengepalkan tangannya emosi tak habis pikir dengan tingkah orang yang mengerjainya. Vanessa memikirkan orang yang jahil kepada nya.

Satu nama terlintas dikepala Vanessa tidak salah lagi, Sudah dipastikan ia mengetahui siapa dalang dibalik semua ini.

"Duh susah banget sih." Vanessa mencoba melepaskan rok nya dari bangku yang tertempel permen karet dengan susah payah.

"Ih tai banget tu orang."

"Liat aja ntar, gue akan balas dendam sama lo" kesal Vanessa mengutuk makhluk 'sialan' itu.

Setelah melalui perjuangan yang berat,Vanessa akhir nya bernafas lega, rok dan bangku nya sudah terlepas. Tetapi ia mencoba melihat rok belakang nya tertempel 3 sampai 4 permen karet, memang sudah lepas tetapi masih ada bekas permen karet yang sangat jelas dibagian rok belakangnya.

"TAIII!! KURANG AJA TU ORANG! LIAT AJA NTAR," emosi Vanessa ia ingin mencabik-cabik'an muka orang yang mengerjainya sekarang.

Vanessa mencoba menenangkan dirinya, ia harus mengeluarkan emosinya diwajah orang yang sudah meletak'an permen karet itu.

Vanessa mengambil tas nya dengan sedikit emosi lalu melangkah pergi meninggalkan kelasnya.

Saat Vanessa dikoridor ia mendengar tawa dan kekehan orang yang melihat rok nya yang dipenuhi bekas permen karet, mereka menatap Vanessa seolah-olah menilai Vanessa dari atas sampai bawah.

Tetapi Vanessa tak menghiraukan tatapan orang-orang terhadap dirinya, ia tetap memandang lurus kedepan tanpa mau meladeni bisik-bisik'an orang yang yang sudah memenuhi telinganya, untung saja siswa nya telah banyak pulang, yang tinggal hanya cabe-cabe yang ingin menuju lapangan melihat Vero dan kawan-kawannya alias cogan-cogan sekolah yang sedang latihan basket.

Vanessa melangkah dengan cepat menuju lapangan basket ia melihat Vero dan kawan-kawan nya sedang berlatih.

Keringat membanjiri dahi mereka membuat para cabe-cabe an yang ada dipinggir lapangan teriak histeris. Tetapi beda dengan cewek yang memantapkan langkah kakinya menuju lapangan, ia memandang datar cowok yang berkeringat itu, malahan ia melihat jijik cowok yang tengah berkeringatan itu.

"VANVER"Where stories live. Discover now