Fourteen ▶Wanita pemberani

121 31 17
                                    

Melihatmu menangis karenaku, membuatku merasa bersalah. Dan aku tak tahu bagaimana cara menghentikan tangisanmu, tapi aku akan memberikan pelukan kehangatan untukmu

- Aldrian Vero Bayusta-


~~||~~

Bel telah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu. Semua siswa dan siswi telah meninggalkan kelas semenjak bel berbunyi. Hanya satu siswi yang masih berada dilingkungan sekolah.

Vanessa berjalan menuju kelas XI MIPA 3 setelah dipanggil oleh pak Toto selaku wali kelas nya.

Sejauh Vanessa berjalan sejauh itupun kebingungan Vanessa dengan situasi lingkungan sekolah yang sudah tak berpenghuni, biasanya masih ada satu atau dua siswa yang menunggu jemputan. Tetapi hari ini benar-benar tidak ada siswa sama sekali.

Vanessa terus berjalan menuju kelas nya, tentu saja kelas nya sudah kosong sedari tadi, ia memang menyuruh teman-teman nya untuk pulang terlebih dahulu karena merasa tak enak jika teman-teman nya harus menunggu.

Setelah Vanessa mengambil tas ia buru-buru menuju gerbang untuk segera pulang. Takut dengan sekolah yang sudah tak berpenghuni, jika ia terperangkap disekolah tidak akan ada yang tahu. Bisa-bisa besok nya ia hanya tinggal nama.

Vanessa mendengar kegaduhan di depan gerbang seperti ada yang berkelahi. Vanessa mencoba mengintip dari celah-celah gerbang, ternyata ia memang benar ada tawuran antara sekolahnya dengan sekolah "Satu Bangsa", yang ia ketahui dari lambang yang dipakai salah satu siswa yang tawuran itu.

Sekolah itu memang terkenal dengan kenakalan siswa nya dan mencari kegaduhan dengan SMA "Bhakti Jaya". Kedengkian dan kenakalan SMA "Satu Bangsa" memang tidak perlu ditanyakan lagi. Mereka iri dengan SMA "Bhakti Jaya" yang selalu memenangkan semua pertandingan apapun.

Vanessa mengembuskan napas nya meredakan kegugupan nya bisa-bisa nya ia hanya sendiri disekolah ini. Vanessa mencoba mengintip lagi dari celah gerbang mencari cara agar ia bisa pulang dengan aman.

Vanessa memikirkan cara agar ia bisa keluar dengan selamat tanpa ada luka sedikitpun. Tapi cara untuk keluar tidak ada, pilihan yang ada satu-satu nya hanya menunggu tawuran itu selesai.

Vanessa melihat seksama tawuran yang saling menjatuhkan lawan, Vanessa meringis ia tak bisa membayangkan jika ia terlibat dalam tawuran itu.

Vanessa melotot mencoba menajamkan mata nya. Benar itu adalah gerombolan Vero yang sedang terlibat tawuran dengan SMA "Satu Bangsa" tidak hanya terkenal dengan kedengkian dan kenakalan nya SMA "Satu Bangsa" juga terkenal dengan kecurangan nya dalamal hal apapun. Tetapi tetap saja mereka kalah, karena itulah SMA "Satu Bangsa" memendam kebencian yang sangat mendalam.

Vanessa lagi lagi meringis betapa ganas nya Vero menjatuhkan lawan nya, Vanessa harus memikir dua kali jika adu mulut dengan Vero jika tak mau seperti lawan Vero yang hampir tak berdaya itu.

Pantas saja Vero berekspresi datar tadi siang. Mungkin karena SMA "Satu Bangsa" mengajak gerombolannya untuk tawuran. Seperti itulah perkiraan Vanessa.

Vero terus saja menonjok rahang pipi lawan nya walaupun sudah terdengar bunyi sesuatu yang patah, ia tak akan berhenti jika mereka tak memulai.

Vanessa merasakan ngilu ketika Vero terus menonjok rahang pipi cowok itu antara kasihan dan geram. Tak tega dengan lawan Vero yang sudah babak belur dengan banyak lebam biru dan sobekan di bibir nya, sedangkan di wajah Vero juga terdapat sobekan di bibir nya tak jauh dari sobekan diwajah lawan nya itu.

"VANVER"Where stories live. Discover now