Twenty ▶Kedekatan

92 14 16
                                    

Didekatmu aku merasakan kenyamanan. Tetapi hanya sebatas kenyamanan, dan tidak lebih. Apakah kenyamanan itu akan berubah? Aku juga tak tahu

-Vanessa Gabriella Triarta-

~~||~~

"Ih lo kok bego amat sih," kesal Vero.

Sedari tadi Vero mengajarkan Vanessa bagaimana fungsi tombol-tombol stik PS, tetapi tak sedikitpun yang masuk kedalam otak Vanessa.

"Namanya juga lagi belajar dodol," ucap Vanessa tak kalah kesal dari pada Vero, sedari tadi ia harus menghafal fungsi dari tombol PS itu, memang tombolnya sedikit tetapi jika dimainkan dengan game ia mulai bingung dengan fungsi tombol PS itu.

"Yaudah deh game yang mudah dulu," putus Vero dan mengambil kaset game balap-balapan.

"Awas lo nggak bisa tombol yang gue ajarin," ucap Vero memberikan peringatan agar Vanessa tak salah lagi dengan fungsi tombol stik PS.

Vanessa pasrah, ia juga penasaran bagaimana memainkan PS, kenapa kebanyakan laki-laki terlalu asik dengan PS, Vanessa penasaran dimana letak serunya bermain PS.

Vanessa hanya berdehem bukan  menandakan ia mengerti dengan ucapan Vero tetapi mengiyakan bahwa ia mendengar ucapan Vero.

"Lo mau duel apa sendiri? " tanya Vero, masih ragu dengan Vanessa yang mengerti dengan tombol yang diajarkannya.

"Ya duel lah, ya kali gue sendiri aja. Tapi bagusannya sih gue sendiri dulu mau ngafalin jalan balapnya," ucap Vanessa dengan cengirannya.

Vanessa mengernyit melihat arena sirkuit balapan yang ditayangkan, sekali-kali ia manggut-manggut sendiri karena mencoba menghafal jalanan arena balap yang nantinya akan banyak tikungan.

"Napa lo ngafalin jalan balapnya 'oon' lo cuma belok kanan, belok kiri, lurus, sampe finish" koreksi Vero dengan ucapan Vanessa

"Kalau gue nggak tau jalan pulangnya gimana? " tanya Vanessa polos, membuat Vero seketika ingin mengarungi Vanessa untuk dibawa pulang *eeh

"Lo jadi cewek ribet ama dah," kesal Vero yang sedari tadi di buat pusing oleh Vanessa.

"Nama nya juga cewek, kan gue calon eman-emak sejati," bangga Vanessa dengan senyuman pepsodent nya, menampakkan deretan gigi nya yang rapi.

"Ooh... Pantes calon emak-emak ternyata." Vanessa mengembungkan pipinya lalu maju mendekat kearah Vero, yang tak terima dengan kata 'pantes' diucapkan Vero seolah-olah kerjaan cewek selau ribet *tapi emang bener sih.

"Napa lo? Minta dicium? " tanya Vero membuat Vanessa kecut lalu menjauhkan wajahnya dari hadapan Vero.

"Yaudah lo main sendiri kan? " tanya Vero lalu diangguki Vanessa.

"Siap-siap ya.. Satu.. Dua... Tiga mulai," ucap Vero setelah menekan kata 'play'

Vanessa tampak serius dengan mobil balap nya yang bewarna pink, katanya biar keren.

Vanessa mencoba menghalangi mobil balap yang hampir terkena dinding pembatas. Jika ia akan belok kekanan, ia akan menekan tombol 'RIGHT' yang diikuti oleh badannya yang juga digerakkan kekanan begitu juga jika ia berbelok kiri malahan badannya juga ikut goyang kekiri.

Menimbulkan gelak tawa bagi Vero, tak percaya dengan kemampuan bermain PS yang dimiliki Vanessa.

"Anjir. Lo main balap-balap'an apa kuda lumping sih," gelak tawa Vero menatap Vanessa yang tengah fokus dengan layar TV nya.

Vanessa mendengus sebal mendengar ejekan Vero, tetapi ia tak peduli, ia terus melajukan mobil balapnya agar tak terkena mobil balap orang lain.

"KAMPRET!! " Teriak Vanessa ketika ada mobil balap lain memotong jalannya, padahal ia sudah berusaha sedari tadi untuk menyalip orang yang berada di depannya, alhasil sekarang ia berada diposisi terakhir.

"VANVER"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang