Walaupun - Takao Kazunari x Reader

737 74 7
                                    

Aku tahu kau selalu mengejarnya.

Terus memupuk cintamu walau disakiti berulang kali olehnya.

Aku benci melihatmu bersedih.

Aku benci melihatmu dicampakkannya terus dan kau yang kembali mencintainya saat ia bilang akan berubah.

Tapi aku juga benci pada diriku sendiri, yang hanya bisa mengoceh menghiburmu namun memendam rasa yang sama.

Kuroko no Basket Fanfiction Indonesia

Butterflies「Kuroko no Basket Chara x Readers」
Cerita oleh saya

Disclaimer as always

.
.
.

Walau - Takao Kazunari x Readers

“Midorima-san, aku membelikan jepit rambut polkadot untuk lucky item-mu hari ini!”

Aku tersenyum kecut saat mendengar kata-katamu itu.

Hei, apa kau tidak sadar, (Name)? Gadis di sisinya itu calon istrinya di masa mendatang.

“Terimakasih, -nodayo, aku sudah punya.”

Tidakkah kau lihat, tampang sedih yang kau buat hanya karena tolakan ringannya itu?

“O-oh, begitu ya?”

Aku bangkit, “Udahlah, (Name)-chan, ini mending kamu pakai 'aja!”, aku merebut jepit di tanganmu.

Dapat kurasakan response penolakan darimu. Namun aku tak peduli dan memasangkan jepit itu ke ponimu.

Wajahmu memerah, ah lucunya.

Tapi teriakan yang kuterima, dan sebuah dorongan pada dadaku.

“Apa-apaan kau ini!!”, lalu kau berlari keluar dari ruangan.

***

Sudah bertahun sejak kejadian itu, hari Jumat yang melelahkan di tahun ketiga SMA kami. Seperti biasa aku pulang bersama Shin-chan. Berjalan kaki saja karena ban rickshawku bocor. Jalannya benar-benar terasa lebih jauh. Ditambah lagi lucky item Shin-chan yang begitu berat.

Aku seperti akan mati hari ini juga, rasanya.

Tapi! Itu pemikiranku sebelum melihatmu di sana. Sedang memilih sesuatu, tampaknya es krim, di jajaran lemari pendingin di balik teralis kaca MajiBa. Ingin aku berseru memanggil namamu dan berlarian ke sana, namun kuurungkan saat mengingat ada Shin-chan di sisi.

“Bukannya itu (Surname)?”, Shin-chan bertanya.

Aku mengangguk. Menoleh ke arahnya dan benar-benar terkejut akan rona merah di pipinya.

“Shin-chan, jangan bilang kalian...”, aku meneguk ludah.

Ia mengangguk, membenarkan kacamatanya dengan dua jari, “Kami sudah berpacaran sejak hari Selasa.”

Aku tersentak, “Se-serius?”

Shin-chan mengangguk samar.

“Takao-san, Midorima-kun!”

ButterfliesWhere stories live. Discover now