Kuroko no Basket Fanfiction Indonesia
Butterflies「Kuroko no Basket Chara x Reader」
Cerita oleh Aomine RinKuroko no Basket milik Fujimaki Tadatoshi
Segenap OC milik Aomine Rin.
.
.Sesuatu yang Berharga - Himuro Tatsuya x Reader
Setiap hari hanya dihabiskan dengan bekerja bekerja dan bekerja, kadang kala merenung.
Bayang masa lalu masih menyisakan traumatik mendalam di hati. Aroma penyesalan terkadang masih tercium samar saat mengamati kondisi sekitar, maka ia tak pernah mengedarkan pandang ke sekeliling.
Kamu mengenalinya sebagai Himuro Tatsuya. Lelaki yang terlihat begitu tangguh lagi lembut, namun sejatinya menyimpan beribu berkas lama yang kelam dalam laci-laci ingatan pada otaknya. Suami tercintamu.
Kamu mengenalnya dari seorang sahabat, perlahan mendekat dan akhirnya berhasil dipersunting pria berambut hitam dengan tampang cantik itu. Sebut saja Kagami Taiga, ia kini ada nun jauh di Amerika sana, sama-sama membina rumah tangganya sendiri selayaknya dirimu.
“Hei,” panggilmu saat mendapatinya merenung di balkon. Sepiring kue kering dan segelas susu hangat diletakkan di meja pojok kemudian mendekati sosok yang berdiri menjangkung di dekat pembatas.
Ia melempar senyum, seperti biasa.
“Ada yang ingin kau katakan?”, pertanyaan diberikan seraya menumpukan tangan di pembatas besi berukir.
Masih tersenyum, ia menggeleng pelan. Maniknya yang kelam kembali berfokus pada langit malam yang dipenuhi bintang.
Kalian berdua menatap langit yang persis. Sama-sama melemparkan lamunan pada ribuan bintang yang berkerlip lembut. Namun tak saling singgung sama sekali.
Pandanganmu menyayu, tersenyum getir saat mendengar langkah kakinya menjauh. Setelah pintu tertutup, hening merambat.
Tubuhmu merosot. Ambruk ke lantai bersama setitik air mata yang lolos dari manik.
***
Setelah membasuh wajah selepas seharian berkutat dengan debu dan perlengkapan berat, kamu mendaki tangga dengan pelan. Langkah kaki terhenti saat berhadapan dengan pintu kayu yang meredam bunyi berisik peraduan dua benda.
Itu yang selalu dilakukan Tatsuya. Pria itu tak pernah, dan sepertinya tak akan pernah, menghentikan seluruh penyesalannya.
Kamu melempar pandangan getir saat suara berdebum peraduan tongkat baseball, yang dulu digunakan Tatsuya bermain golf dua minggu sekali, terdengar teredam dari balik pintu kokoh itu.
Selalu begitu.
Setiap dini hari menjelang Tatsuya akan naik ke kamarnya setelah separuh malam merenung di balkon. Melampiaskan rasa sesalnya dengan memukuli dinding kamar dengan tongkat baseball atau benda keras sejenis hingga kelelahan dan jatuh tertidur.
Kamu pernah sekali mencoba masuk, setelah mengetuk dan hendak menapakkan kaki, sebuah ayunan hampir mengenai dahimu. Maka kamu tak pernah mencoba masuk setelahnya.
“Maaf, tapi Tuan Tatsuya mandul.”
Bibir digigit pelan. Tak ada suara lagi setelahnya, mungkin Tatsuya telah terlelap dalam tidurnya yang lelah.
Kamu menghembuskan napas. Memutuskan memutar kenop pintu dan mengintip masuk.
Seperti biasa kamar Tatsuya berantakan. Dinding bercat putih tampak berlubang di sana sini, kertas kertas bertebaran dan penuh coretan. Sementara pria itu terbaring di bagian bawah ranjangnya, masih menggenggam tongkat baseball.
Air matamu menggenang tanpa bisa ditahan. Dan tubuhmu ambruk terduduk ke depan bersama isak tertahanmu.
“Maaf?”
“Kami tak bermaksud kasar, Tuan, tapi sesuai hasil pemeriksaan penghalang kehamilan Nyonya Himuro adalah anda sendiri, Tuan.”
Kalimat itu. Kalimat itulah yang membuat Tatsuya kehilangan gairah hidupnya. Jiwanya seolah turut menguar bersamaan dengan ucapan sang dokter yang terhempas kesunyian delapan belas tahun silam. Semenjak itulah kalian pisah ranjang. Tidak bercerai, hanya berbeda kamar.
Ia menjadi raga tanpa jiwa. Sebuah cangkang kosong yang hanya mau bekerja dan tersenyum tanpa mau menyampaikan keluh kesahnya.
Perlahan kamu bawa tubuhmu mendekati tubuh pria tercintamu itu.
Tanganmu dengan gemetar merengkuh tubuh besar Tatsuya.
Ujaran pelan terhembus seiring isakan tertahan yang tak kunjung mereda, kamu bisikkan tepat di telinganya.
“Maafkan aku.”
The End
17 Desember 2017
Aomine Rin

KAMU SEDANG MEMBACA
Butterflies
FanfictionKami tak menyinggung cinta. . . . . . Kami tak pernah menyalahkan perasaan. . . . . . Bukan sebuah kesalahan jika ada banyak hal tak terduga dalam diri kami. . . . . . Hanya perasaan meluap yang butuh dilampiaskan. Dan saat kami melakukannya, seo...