alaska; 8

523K 33.9K 1.6K
                                    

[ATTENTION!]
Jangan lupa baca author note di bawah yah!

SAAT teriakan peringatan dari seorang Alaska merasuk ke indra pendengarannya sontak hal tersebut membuat Alana berbalik cepat ke belakang dan betapa terkejutnya ia saat melihat seorang cowok yang berlari cepat ke arahnya hendak memukul dirinya menggunakan senjata tumpul.

Alana mengerjab perlahan, kakinya seakan tertempel di sana hingga membuatnya tak bisa berlari menghindar, badannya kaku seakan sulit untuk digerakkan pikirannya bercabang memilih antara pasrah atau menyelamatkan diri. Sumpah kepalanya mendadak buntuh hanya untuk memikirkan itu.

Semakin dekat, hingga Alana mulai dilanda rasa gemetar baik pada kakinya dan seluruh badannya pun seperti itu. Semua orang sibuk, sibuk dengan lawan mereka masing-masing dan Alana harus terima konsekuensinya jika ia masih tetap berdiri mematung di sana.

Hingga pada saat berjarak empat langkah, Alana benar-benar mematung saat mobil hitam yang hendak keluar dari gerbang sekolahnya menabrak cowok itu hingga terbaring mengenaskan di jalan.

Hal yang pertama yang dilakukan Alana sesaat setelah kejadian itu terjadi adalah memukul pipinya keras-keras dan berfikir mengapa seperti ini?

"Ska, woy, tolongin Si Alana!" merasa namanya disebut Alana berbalik menoleh ke arah belakang di mana Alaska tengah berlari penuh keringat menuju ke arahnya. Persetan dengan kejadian tadi intinya ia melupakan hal itu saat tangan besar cowok jangkung di hadapannya ini menariknya asal ke atas motor hitamnya kemudian membawa Alana pergi dari kerumunan tersebut. Haruskah Alana berterima kasih kepada Adrian? cowok yang telah memberi perintah kepada Alaska untuk membawanya pergi dari rombongan tawuran itu.

Intinya, Alana tidak tau harus merasa sedih atu senang. Di satu sisi ia masih takut akan kejadian tadi dan di sisi lain ia merasa senang, walaupun Alaska mengantarnya bukan karena dari keinginannya langsung tetapi tetap saja lelaki itu kembali mengantarnya sampai di rumah dengan selamat dan tak lupa Alana yang berusaha mengajak Alaska berbicara. Berulang kali cewek itu hendak memeluk Alaska dengan berbagai macam alasan tetapi tetap saja Alaska tidak mau dengan tolakan akan menurunkan gadis itu di jalan.

Mendesah kesal karena perjuangannya itu sia-sia Alana mengambil tasnya yang tersampir dipunggungnya. Membuka resletingnya kemudian mengambil hansaplast dari dalam tas kulit berwarna putih tulang itu. Alana menyimpan tiga bungkus kecil ke dalam kantung jaket Alaska secara diam-diam. Setidaknya benda itu akan berguna nantinya.

Langit pekat di atas sana menandakan bahwa sebentar lagi sang surya akan tergantikan oleh sang purnama. Angin semakin lama, semakin berhembus dengan kencangnya membuat Alana yang tidak memakai jaket sebagai penghangat tubuh merasa kedinginan. Jikalau di film-film yang ia ketahui saat sedang seperti ini cowoknya akan memberikan jaket kepada sang cewek, nah dia, Alaska mah boro-boro mau memberikan Alana jaket, menanggapi pertanyaan cewek itu saja malasnya minta ampun.

Motor hitam yang dikendarai oleh Alaska berhenti tepat di depan sebuah rumah ber-cat putih, rumah Alana. Rumah besar dengan pagar yang besar pula tetapi di rumah itu hanya ada kesunyian di dalamnya.

Menghela nafas sebentar kemudian menuruni motor besar itu. "Makasih yah, kamu pulangnya hati-hati, luka kamu jangan lupa diobatin," setelah mengatakan itu Alana menepuk telapak tangan Alaska dua kali seraya memberikan senyum terbaiknya. Hal yang akan menjadi kebiasaannya jika diantar pulang oleh Alaska.

"Hmm."

"Pendek amat jawabnya, awas lo nanti yang tadinya 'hmm' bakal jadi 'kangenn'," ujar Alana seraya terkekeh, hal itu membuat Alaska berdesis kemudian menancapkan gasnya meninggalkan Alana yang masih terus menatap punggungnya seraya melambai-lambaikan tangan.

ALASKAWhere stories live. Discover now