alaska; 9

498K 31.9K 877
                                    

ALANA mendesah pendek seraya mengaduk-aduk es kapucino di dalam gelas bening itu. Matanya lurus memandang pengunjung mall di balik kaca stand kafe ini. Terlihat sangat ramai di sana, mungkin karena tanggal muda jadi mereka baru saja gajian dan memilih mengahabiskan uang tersebut di tempat ini.

Seraya mengaduk-aduk minumannya Alana memikirkan kejadian-kejadian saat di sekolahnya tadi, mulai dari ia yang masuk ke ruang BK karena aksi jambak-menjambak dengan anak IPS 7 seangkatannya, dimarahi Bu Asi, sampai mendapat sindiran keras dari seorang Regan.

Alana capek, ia memilih untuk mengistrahatkan kepalanya di atas meja berwarna cokelat teduh itu. Sedangkan, kedua sahabatnya Renata dan Viona tengah berdebat kecil memperebutkan sesuatu yang tidak Alana ketahui.

Kepala cewek itu serasa berdenyut, jambakan Arisa--cewek yang berkelahi dengan Alana tadi--cukup membuat kepalanya sakit. Awal mula mereka melakukan aksi seperti itu adalah karena Alana tidak terima Arisa mendekati Alaska, kecuali cewek yang Alaska suka, egois memang tetapi mau bagaimana lagi, Alana memang seperti itu orangnya. Selesai masalah itu. Bu Asi, wali kelas Alana datang menemuinya, kemudian memarahi cewek itu karena sudah terlalu banyak pelanggaran yang dilakukannya. Alana ingat betul apa yang dikatakan guru itu sebelum pergi dan memberikannya hukuman.

"Gaya banyak, otak gak ada isinya. Kalau kelakuan kamu kayak gitu-gitu mulu, bisa-bisa kamu gak naik kelas."

Saat mendengar itu Alana hanya bisa menghela nafas, beranjak dari tempat duduknya dan memilih untuk tidak melaksanakan hukuman guru itu. Berpanas-panasan di bawah sinar matahari berpotensi membuat kulitnya gelap, karena Alana masih menyayangi kulit putihnya ini jadi ia memilih untuk tidak mengikuti perintah guru itu dan memilih bolos di jam pelaran berikutnya hingga bel pulang berdering.

Pulang, saat Alana hendak keluar dari kelas ia tak sengaja berpapasan dengan Regan, cowok itu memandangnya sebentar seraya memegang kunci motornya. "Bukannya ngebuat Alaska suka, malah buat tambah ilfeel."

Menelan salivanya susah payah, Alana tetap pada posisinya. Kembali ke dunia nyata, matanya tak sengaja menatap seorang wanita paruh bayah yang sungguh familiar di matanya akhir-akhir ini. Itu, Aruna, Bundanya Alaska. Tampaknya wanita itu sedang kesusahan dengan belanjaannya yang banyak.

Kayaknya lagi sendirian deh. Batin Alana.

Cewek dengan seragam putih-abu yang masih melekat pada tubuhnya itu memilih beranjak dari tempat duduknya meninggalkan dua manusia yang masih dengan percekcokannya. Melihat Alana yang pergi tanpa mengatakan sesuatu kepada kedua orang tersebut sontak saja membuat arah pandang Renata dan Viona mengikuti keberadaan cewek itu.

Beralih ke Alana cewek itu berdehem sebentar kemudian setelah Aruna berbalik barulah ia tersenyum. "Maaf, tan. Kayaknya belanjaannya berat deh, mau aku bantuin gak?"

Aruna terdiam sebentar, membuat Alana deg-degan. Bukannya apa-apa, hanya Alana takut. Takut kalau nanti Aruna malah akan membalas niat baiknya dengan tidak sesuai harapannya, tetapi setelah melihat senyum Aruna barulah Alana menghela nafas lega dengan samar.

"Aduh, gak ngerepotin nih?"

"Gak, tan, lagian saya juga gak sengaja liat tante dari sana, keliatannya emang butuh bantuan banget." Alana sedikit mengencangkan suaranya sebab keriuhan mall benar-benar meredam suaranya. Tak lupa ia menunjuk ke arah kafe, di mana ia sedang duduk tadi agar Aruna dapat percaya apa yang dikatakannya barusan. Saat menunjuk ke arah kafe, Renata dan Viona terlihat gelagapan, mereka pada akhirnya memberi senyum-senyum saja.

"Oh yaudah, bisa tolongin tante bawain ke parkiran, gak?"

"Oh bisa, tan." Alana senang, sangat senang. Ia merasa seakan sedang berinteraksi dengan ibunya sendiri. Seketika Alana rindu oleh seorang wanita lemah yang berada di rumahnya. "Btw, itu lambang seragamnya mirip anak tante, murid Angkasa yah?" Alana tersenyum kikuk tetapi mengangguk juga, ia merasa bodoh karena seragam yang ia kenakan ini sungguh tidaklah sangat sopan untuk Aruna liat, pasti Aruna memberi nilai kurang bagus dalam penilaiannya tentang tata cara berpakaian yang benar.

ALASKAWhere stories live. Discover now